Beban Kelahiran Yang Tragis

Dua minggu setelah kepulangan Fajar, Binar, dan Cahaya dari rumah sakit, rumah tangga Senja dan Damar kembali normal, namun Damar berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tender proyek konstruksi ramah lingkungan telah memasuki fase akhir. Ini adalah proyek paling bergengsi yang pernah ditangani perusahaannya.

​Damar nyaris terisolasi. Ia bekerja dari pagi hingga larut malam, terkadang meeting dadakan dengan tim di luar kantor, dan malamnya, ia sibuk memfinalisasi presentasi.

​"Maaf, Sayang. Aku harus memastikan semua angka sempurna. Ini kesempatan terbesar kita," ujar Damar, mencium kening Senja sebelum kembali ke ruang kerjanya.

​Meskipun Senja mengerti, isolasi ini menyuburkan kecemasan. Damar yang biasanya selalu menceritakan detail harinya, kini hanya berbicara tentang meter kubik dan estimasi biaya. Ini secara halus mengingatkan Senja pada Damar di awal pernikahan mereka, saat Damar masih menanggung beban Paramita.

​Kecurigaan Senja yang tertunda akibat si kembar yang sakit, kini kembali menghantui. Aroma parfum asing itu, yang ia cium di hari Damar mengantar Sofia pulang, terus berputar di pikirannya.

​Suatu sore, saat Damar sedang berada di kantor, Senja membuka lemari pakaian suaminya. Ia menemukan jas yang Damar kenakan malam itu. Meskipun sudah beberapa minggu berlalu, aroma parfum yang mahal dan khas itu masih samar tercium di kerah jas.

​Senja, dengan tekad bulat, mengambil sepotong kain kecil dan menggosokkannya ke kerah jas Damar. Ia membawa kain itu ke counter parfum mewah di salah satu pusat perbelanjaan.

​"Bisakah Anda bantu saya mengidentifikasi aroma ini?" tanya Senja kepada pramuniaga.

​Pramuniaga itu mencium kain itu dengan hati-hati. "Ini adalah Baccarat Rouge versi extrait de parfum, Bu. Parfum wanita kelas atas, sangat kuat dan khas. Mahal sekali, dan hanya dipakai oleh orang-orang tertentu," jelas pramuniaga itu.

​Senja merasa dingin. Parfum mahal, khas, dan asing. Ia tahu Damar tidak akan membelikannya untuknya. Fakta ini menghantamnya: itu adalah aroma seorang wanita, dan Damar tidak pernah menyebutkannya.

​"Mungkin dia bertemu klien wanita. Tapi kenapa ia tidak cerita? Kenapa ia menyembunyikannya? Aku harus percaya dia, tapi trauma masa lalu ini... menakutkan." batin senja bergejolak

​Malam itu, Senja berusaha memancing Damar saat mereka sedang membereskan mainan si kembar.

​"Damar, tender ini pasti melibatkan banyak orang. Ada rekan bisnis wanita yang membuatmu terkesan dengan ide-ide mereka?" tanya Senja, berusaha terdengar santai.

​Damar, yang pikirannya penuh dengan deadline dan presentasi, tidak menyadari maksud terselubung Senja.

​"Tentu, ada banyak. Tapi yang paling krusial, ada Pak Handoko dari tim keuangan dan Pak Wijaya dari konstruksi. Mereka sangat membantu," jawab Damar. Ia menyebut nama-nama pria kunci yang ia anggap penting bagi proyek.

​Damar secara fatal mengabaikan nama Sofia. Ia benar-benar menganggap insiden di hotel itu sebagai 'bantuan kemanusiaan' yang tidak relevan dengan pekerjaan, dan lupa sama sekali bahwa ia pernah berada sedekat itu dengan wanita lain hingga parfumnya menempel di jasnya.

​"Oh, begitu. Jadi, semua rekan kerjamu hanya pria?" Senja mencoba lagi.

​"Hampir semua. Kenapa, Sayang? Kamu mencurigai sesuatu?" Damar tertawa ringan, sama sekali tidak menyadari betapa seriusnya pertanyaan itu bagi Senja.

​Senja buru-buru menggeleng. "Tidak! Tentu saja tidak. Aku hanya ingin tahu seberapa serius proyek ini. Jangan terlalu tegang, suamiku."

​Senja memutuskan untuk menarik diri. Ia tidak bisa bertanya terus terang tanpa risiko Damar mengira ia paranoid. Ia harus mencari bukti.

​Keesokan harinya, Senja duduk di Perpustakaan Tiga Cahaya, mencoba mencari ketenangan. Cahaya Surya duduk di sampingnya, membaca buku anak-anak tentang detektif yang kehilangan petunjuk kunci (clue).

​Cahaya, dengan pengucapan Bahasa Inggrisnya yang fasih, mendongak. "Mama, di buku ini, detektifnya hampir salah karena dia ignore the missing piece. Papa bilang, kalau ada missing piece di puzzle, itu yang paling penting. Jangan ignore."

​Kata-kata lugu Cahaya itu menghantam Senja dengan telak. The missing piece nama wanita yang memiliki parfum mahal itu. Senja telah mengabaikan clue itu karena takut merusak kepercayaan.

​Senja menyadari, Damar mungkin tidak berbohong, tetapi dia telah melupakan sesuatu yang penting. Dan lupa adalah celah terbesar dalam pernikahan mereka.

​Di kantor, Damar menerima parsel kecil. Itu adalah botol Whisky langka, minuman favorit Damar. Itu dikirim oleh Sofia.

​Di dalam parsel itu, ada kartu kecil bertuliskan: "Semoga ini membantu merayakan kemenangan tender. Terima kasih atas bantuan Anda hari itu, Tuan Damar. Saya tidak akan pernah lupa kebaikan Anda. Pesan: Saya suka parfum yang sama dengan istri Anda, kan?"

​Damar mengerutkan kening. Pesan itu terasa aneh dan sedikit menjijikkan. Ia menyadari bahwa Sofia mungkin salah mengira kebaikannya sebagai ketertarikan. Ia segera membuang kartu itu ke tempat sampah dan memberikan botol Whisky itu kepada salah satu manajernya.

​"Wanita ini sangat agresif dalam bisnis. Aku harus menjaga jarak. Aku akan pastikan dia tidak terlibat lebih jauh dalam proyek ini." ucap Damar

​Damar sama sekali tidak menyadari bahwa parfum yang dimaksud Sofia bukanlah parfum Senja, melainkan parfum Sofia yang menempel di jas Damar. Damar hanya melihatnya sebagai trik bisnis. Ia sudah terlambat.

​Malam itu, Senja menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Matanya lelah, bukan karena mengurus anak, melainkan karena perang batin.

​Kenapa aku mencurigainya? Damar telah membuktikan cintanya berkali-kali. Dia melindungiku dari ibu, dari kecelakaan, dari kegelapan.

​Namun, memori trauma yang diderita Senja saat Damar pertama kali berbohong tentang Paramita masih membekas.

​Senja mengambil keputusan yang sangat berbahaya. Ia tidak akan merusak konsentrasi Damar menjelang presentasi tender besok. Ia akan menunda konfrontasi hingga tender selesai. Ia akan memberikan Damar kesempatan untuk menceritakan sendiri "bagian yang hilang" itu, tanpa tekanan.

​"Aku akan memberimu waktu, Damar. Setelah tender itu selesai, aku akan bertanya, dan aku yakin kamu akan jujur," bisik Senja pada dirinya sendiri.

​Keputusan Senja untuk menunggu, yang didorong oleh cinta dan dukungan terhadap karier suaminya, justru membuka jalan bagi rencana Sofia untuk segera meledakkan bom waktunya.

Semoga aja duluan Damar jujur sebelum Sofia bertindak yaa.... karena kalau sampai duluan Sofia yang bertindak maka aku yakin 100% pasti aku akan di demo para pembaca.. huhh... menyebalkan