Bagaimana rasanya menjadi istri yang selalu kalah oleh masa lalu suami sendiri?
Raisha tak pernah menyangka, perempuan yang dulu diceritakan Rezky sebagai "teman lama”itu ternyata cinta pertamanya.
Awalnya, ia mencoba percaya. Tapi rasa percaya itu mulai rapuh saat Rezky mulai sering diam setiap kali nama Nadia disebut.
Lalu tatapan itu—hangat tapi salah arah—muncul lagi di antara mereka. Parahnya, ibu mertua malah mendukung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Barra Ayazzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Jalan-jalan
Setelah menikmati sarapan bersama Rezky, Bu Aina duduk santai di ruang keluarga. Dia menyalakan televisi bermaksud untuk menonton acara kesukaannya_gosip selebritis. Namun, baru saja memindahkan-mindahkan channel, gawainya berdering.
Dia langsung mengambil gawai yang ada di meja, ternyata panggilan dari sahabatnya_Bu Wati. Calon besan yang lama diimpikan dan sebentar lagi akan segera terwujud. Bu Aina mengusap layar gawai ke atas.
"Jeng, apa kabar? Lama gak berkabar." Bu Aina langsung bertanya kabar sahabatnya tersebut.
"Kabar baik, cuma ya itu, lagi repot banget. Soalnya seminggu lagi kan punya gawe besar. O ya, Nadya ada di rumah gak? Dari malam ditelponin hpnya mati."
"Lho, Nadya kan sudah pulang dari kemarin, Jeng. Dia gak jadi nginap di rumah. Katanya mau langsung balik ke Jakarta kalau semuanya beres."
"O ya? Duh itu anak, selalu bikin orangtuanya khawatir. Bisa jadi mereka menginap di hotel."
"Apa? Nginsp di hotel?" Bu Aina terkejut bukan main.
"Ya soalnya belum dateng Sampai sekarang. Ya gak apa-apa sudah pada dewasa ini, yang penting mereka bisa jaga diri."
"Iya iya." Bu Aina hanya bisa menjawab itu.
"Rezkyyy, telepon adikmu. Ternyata dia belum balik ke Jakarta, kata Jeng Wati kemungkinan besar nginsp di hotel."
"Apa? Nginap di hotel? Berdua?"
"Ya iyalah, sama siapa lagi? Ibu yakin mereka nginep sekamar, gak mungkin seorang-seorang." Wajah Bu Aina tertutup memdung.
"Rame-rame bareng teman kali, Bu."
"Semoga aja gitu."
Rezky mencoba menelepon adiknya, mau konfirmasi benar tidaknya mereka menginap di hotel berdua. Tapi berkali-kali ditelpon, ternyata tidak nyambung juga. Sepertinya sengaja dimatikan.
*****
Raisha sudah memasukkan semua orderan kue kering dan kue basahnya ke dalam mobil. Rico dan Pak Hartanto bersiap untuk mengantarkannya. Kalau hari libur memang yang suka mengantar pesanan Pak Hartanto dan Rico, sementara kalau hari biasa kadang menggunakan ojek online.
Sementara itu, setelah membantu memasukan orderan ke dalam mobil, Raisha langsung masuk rumah lagi. Dia tidak mau berlama-lama ada di garasi, karena Bang Edgar masih ada di sana. Sepertinya dia serius ingin ikut jalan-jalan bersama keluarganya.
"Bang Edgar masih ada di garasi, Kak?"
"Ada lah, kan katanya mau ikut kita jalan-jalan."
"Ih amit-amit, jangan ah. Kakak tahu gak kalau Kak Tina itu cemburuan banget? Kalau dia tahu Bang Edgarnya ikut jalan-jalan, bisa-bisa kita disemprot."
"Terus, gimana cara mencegahnya? kan kamu tahu sendiri tadi sudah dilarang juga keukeuh mau ikut."
"Gampang, sini-sini." Resty menarik tangan kakaknya untuk mengikuti ke kamar.
"Kamu mau ngapain?"
"Mencegah Bang Edgar ikut kita lah, apalagi?'
"Caranya?" Raisha terlihat penasaran.
"Telepon istrinya lah, bertato gitu kan dia takut juga sama istrinya." Resty berkata demikian, sambil mencari-cari kontak yang ingin dia tuju.
"Assalamualaikum, Kak Tina ya? Ini aku Resty." Terdengar suara Resty yang menghubungi istrinya Bang Edgar.
"Wa'alaikum salam. Ada apa Res?"
"Bang Edgar ada di sini lho Kak. Jangan-jangan dia lagi nongkrongin cewek-cewek cantik yang suka order kue di mamaku. Secara kan banyak banget tuh cewek-cewek bening yang bolak balik order kue."
"Seriusan Res?"
"Untuk apa aku bohong? Gak ada untungnya juga buat aku." Resty berlaga simpati.
"Aku ngasih tahu, karena kasihan aja sama Kak Tina. Kak Tina capek-capek ngurusin anak di rumah, eehhh suaminya ngelayap gak jelas."
"Ok, makasih infonya ya Res, bentar Kak Tina telepon deh biar segera pulang. Soalnya tadi pas pamit, bilangnya mau ke temannya."
"Ok deh Kak."
"Rasain." Resty berkata sambil nyengir.
"Ya ampuuuun, kamu tuh ya, ada aja akalnya ." Raisha tertawa ngakak.
"Resty gitu lho."
"Cha, Icha. Terdengar suara Bang Edgar memanggil Raisha.
"Kamu keluar deh Res, bilangin kakak lagi di toilet."
"Siap Kak." Resty menempelkan tangannya di samping dahi seperti seorang prajurit hormat terhadap komandannya.
"Ada apa, Bang? Manggil-manggil Kak Icha? Kak Ichanya lagi di toilet." Resty berkata sesuai pesan kakaknya.
"Bilangin ke kakakmu, Abang gak jadi ikut jalan-jalan bareng kalian."
"Alhamdulillah." Resty spontan mengucapkan syukur.
"Kamu seneng ya, Abang gak jadi ikut?"
"Ya begitulah, Bang."
"Kurang ajar kamu."
"He he, bercanda Bang, jangan marah ah. By the way, kenapa gak jadi Bang? Tadi semangat banget, kok sekarang melempem kayak krupuk disiram air?"
"Sudah lah, gak usah dibahas, bikin bete aja." Bang Edgar berkata begitu sambil keluar rumah dan ngomel panjang pendek. Resty hanya tersenyum melihatnya.
*****
"Ayo Mas, kita checkout sekarang, biar gak kemalaman sampe Jakarta."
"Ayo."
"Waduh Mas, mami menelponku berkali-kali. Jangan-jangan mami nelpon ibumu, Mas. Nanyain kita?"
"Wah bener juga ni."
"Coba cek hpmu, Mas!"
"Wah bener, Nad. Malah Mas Rezky juga ikutan nelepon?"
"Alasannya apa dong?"
"Bilang aja, kita menginap di hotel bareng teman-teman kuliah, janjian gitu lah."
"Ok, ada acara bridel shower gitu ya?"
"Nah itu dia."
"Siap deh. Kamu makin pintar aja berbohongnya, Mas."
"Kan kamu yang ngajarin." Rizal tersenyum penuh arti.
" Yuk ah, keburu makin siang."
"Sebenarnya malas banget aku checkout, pengennya bersama kamu terus di sini, menghabiskan hari berdua."
"Gampang, tinggal menghitung hari kok."
*****
Keluarga Pak Hartanto sudah berada di jalan, mereka akan makan siang di sebuah resto, setelah itu mau membeli beberapa kursi dan meja cafe. Rencana Raisha membuat coffee shop di garasinya akan segera diwujudkan.
"Seriusan kamu ngomong gitu sama Kak Tina?"
"Iyalah, abis sebel sama Bang Edgar, terus aja bilang mau ikutan makan sama kita, ih males banget. Mana matanya jelalatan liatin Kak Icha terus."
"Iya bener, Res. Maksa-maksa juga mau jadi tim Kak Icha katanya. Dia bilang bisa edit video, jadi cameraman lah."
"Tuh kan. Bisa-bisa kita disemprot terus sama Kak Tina, Kak Tina kan cemburuan banget."
"Iya ya, kan Kak Mawar juga disemprot gegara dia berramah tamah sama Bang Edgar. Gak tahunya di belakang ada Kak Tina. Heboh akhirnya."
"Sudah ah, gak usah bahas itu lagi. Sekarang kita bahas aja, bagaimana caranya mengembangkan usaha coffe shop kita yang akan segera launching." Raisha mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Okee, papa setuju tuh kalau obrolannya gak usah bahas orang lain, jatuhnya jadi ngegosip."
"Siaapp." Resty dan Rico kompak.
"Eh Kak Icha, lihat tuh yang sedang di toko oleh-oleh itu, itu kan adiknya Mas Rezky yang aku obrolkan tadi malam. Tuh kan, ceweknya nempel banget ya?" Rezky menunjuk sepasang muda mudi yang sedang belanja, mereka terlihat mesra. Wanitanya terlihat bergelayut manja. Raisha hanya menatap sekilas, dia muak dengan kelakuan mereka, yang tidak peduli dengan keadaan sekitar. Inilah adik iparnya yang sangat dibanggakan oleh suaminya?
"Bentar-bentar, berhenti dulu, Pa." Raisha meminta Pak Hartanto untuk berhenti. "Ric, coba video agak di-zoom, nanti kirimkan ke kakak."
"Untuk apa?"
"Ada deh, nanti kakak ceritakan."
"Ok." Rico mengambil videonya dengan men-zoomnya berkali-kali.