NovelToon NovelToon
Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Suami Tak Berguna / Penyesalan Suami / Selingkuh / PSK
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ame_Rain

(Based on True Story)

Lima belas tahun pernikahan yang tampak sempurna berubah menjadi neraka bagi Inara.

Suaminya, Hendra, pria yang dulu bersumpah takkan pernah menyakiti, justru berselingkuh dengan wanita yang berprofesi sebagai pelacur demi cinta murahan mereka.

Dunia Inara runtuh, tapi air matanya kering terlalu cepat. Ia sadar, pernikahan bukan sekadar tentang siapa yang paling cinta, tapi siapa yang paling kuat menanggung luka.

Bertahan atau pergi?
Dua-duanya sama-sama menyakitkan.

Namun di balik semua penderitaan itu, Inara perlahan menemukan satu hal yang bahkan pengkhianatan tak bisa hancurkan: harga dirinya.

Kisah ini bukan tentang siapa yang salah. Tapi siapa yang masih mampu bertahan setelah dihancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si Ular, Ayam Jantan, dan Kucing

[Kapan mereka bertemu?]

Jariku spontan mengetik kalimat itu begitu membaca pesannya. Mas Hendra menemui perempuan itu lagi? Untuk apa? Bukankah dia bilang dia akan mengakhiri hubungannya dengan Dewi?

Lalu kenapa mereka masih bertemu lagi.

Mas Hendra, kalau kamu macam-macam lagi, aku akan---

[Kata teman, Mami menghadang Mas Hendra di jalan untuk meminta balikan beberapa hari yang lalu. Mas Hendra enggak mau. Akhirnya mereka cekcok disana.]

Aku terdiam sejenak, mematung.

Setelah aku mampu mencerna apa yang Dena katakan, barulah aku bisa menghela napas yang sempat kutahan tanpa sadar.

Dewi meminta balikan... tapi Mas Hendra menolak.

Ini serius? Mas Hendra benar-benar berubah?

[Kamu enggak bohongin Mbak, kan?]

Aku sampai tak percaya mengetahui hal itu. Mas Hendra sudah sangat menyakitiku, wajar kalau aku bertanya-tanya mengetahuinya menolak perempuan itu, kan?

[Enggak lah, Mbak. Kapan sih aku bohongin Mbak?]

Aku menghela napas lega.

Meski Dena sebenarnya anak buah si Dewi, entah mengapa nyaman saja bicara padanya. Dia juga tidak pelit berbagi info. Semoga saja dia benar-benar jujur, dan Mas Hendra memang tidak sedang bermain api lagi.

[Ada hal lain?]

[Enggak, sih. Cuma kan Mbak tahu sendiri Mami itu seperti apa. Kemarin saja dia sampe kirim-kirim santet meski enggak benar-benar sampai ke Mbak. Mungkin karena Mbak rajin shalat atau bagaimana. Cuma, Hati-hati saja. Siapa tahu karena penolakan ini, Mami jadi makin ganas nantinya.]

Aku mengangguk pelan meski dia tak bisa melihat.

Yang Dena katakan memang benar. Aku percaya dengan adanya sihir dan hal-hal sejenis lainnya karena itu sudah ada sedari dulu. Meskipun secara pribadi aku tidak benar-benar paham tentang hal itu.

Tapi jika Dewi melakukan hal itu lagi demi mengganggu ketenangan kami, atau bahkan menyakiti kami, aku tentunya tidak bisa tinggal diam. Ustadz kemarin sudah cukup bagus, tapi serangannya masih sering tembus. Karena disini tidak ada Ustadz lain yang paham tentang hal itu, perlukah aku mencari Ustadz yang lain?

Saat Mas Hendra pulang, aku pun tidak menanyakan hal ini padanya. Takut dia marah-marah lagi karena merasa tidak dipercaya seperti hari itu, atau bahkan menjadi waspada karena sadar aku mata-matai. Jadi, biarlah aku 'cukup tahu' saja. Agar aku bisa diam-diam mengamati tingkahnya lagi tanpa dia waspadai.

Dia pun bertingkah seperti biasa saja tanpa membahas kemunculan Dewi padaku. Hanya pulang, mandi, makan, lalu pergi main lagi. Entah jam berapa dia pulang ke rumah karena aku sudah tidur lebih dulu. Yang jelas, pastinya sudah lewat dari tengah malam karena biasanya pun dia pulang sekitar jam segitu.

Aku yang sedang tertidur nyenyak hingga tak sadar kapan suamiku pulang itu kemudian terbangun karena pergerakan ranjang yang cukup mengganggu. Kepalaku menoleh, masih dengan sangat mengantuk. Kubuka paksa mataku perlahan-lahan. Kulihat, ekspresi wajah Mas Hendra yang sedang tidur itu sudah sangat jelek dengan keringat yang membasahi dahi.

"Mas, Mas bangun!"

Aku menggerak-gerakkan bahunya begitu duduk diatas ranjang. Suamiku itu tidak langsung terbangun, masih terus bergerak gelisah diatas ranjangnya.

"Mas!"

Aku menggerakkan bahunya lebih keras hingga akhirnya dia benar-benar terbangun. Napasnya terengah-engah seolah baru saja dikejar hantu. Dia kemudian menatap wajahku.

Menyadari siapa yang ada di hadapannya, dia akhirnya bisa menghela napas dengan lega. Tangannya yang besar meraup wajah dengan kasar.

"Mimpi buruk?" tanyaku.

Dia mengangguk.

Matanya melirik ke arah jam yang berdetak di atas dinding, masih pukul dua pagi. Helaan napas kembali terdengar dari bibirnya.

"Masih malam, tidur lagi saja." katanya.

Aku mengangguk.

Kurebahkan lagi tubuh ini disampingnya. Aku menarik selimut ke dada, menoleh sejenak ke arahnya. Napasnya masih sedikit terengah-engah, tapi matanya perlahan terpejam saat dia berusaha untuk tidur lagi.

Sama sepertinya, aku pun mencoba memejamkan mata dan kembali untuk tidur.

Dalam tidurku itu, aku bermimpi. Aku berdiri di depan rumah---tepatnya di teras. Di halaman depan rumah kami, muncul seekor ular hitam. Seekor ayam jantan yang juga ada di halaman berkokok dengan keras. Aku mencoba mengusir ular hitam itu, menghalanginya agar tak masuk ke dalam rumah.

"Husss! Husss!"

Sebuah tongkat kayu panjang kupakai untuk menghalau dan memukul ular itu, berusaha membuat ular itu mundur. Tapi, ular hitam itu terus memaksa maju. Aku sampai merasa kebingungan untuk mengusir ular hitam itu

Disaat kebingungan itu, tiba-tiba muncul seekor kucing. Kucing galak itu langsung menyerang si ular hitam. Dia memukul kepala si ular hitam, mencakar, dan menggigitnya. Si ular hitam pun tak diam, dia membelit kucing itu. Tapi si kucing hitam terus menyerang balik si ular.

"Jangan! Jangan dibelit!"

Aku kembali memukuli ular hitam itu, mencoba melepaskan si kucing darinya. Kucing itu kemudian berhasil terlepas. Tapi bukannya kabur, di justru kembali memukuli dan mencakar ular hitam itu, melawannya.

Sedangkan si ayam terus berkokok di kejauhan, menghindari pertarungan di depannya.

Lalu... suara adzan membangunkanku.

Aku duduk di ranjang, terdiam sejenak. Entah mengapa mimpiku barusan rasanya bukan sekedar mimpi biasa. Jantungku pun masih berdebar kencang hingga sekarang.

Aku segera beranjak untuk mandi dan mengambil wudhu, lalu segera shalat shubuh setelah Ibuku selesai. Kami memang biasa shalat berganti-gantian karena ruang shalat di rumahku agak kecil. Setelah aku selesai shalat, gantian anak-anak yang shalat.

Mas Hendra? Shalat saat lebaran saja pun sudah Alhamdulillah. Aku tidak bisa memberitahunya lagi, dia sudah sangat bebal untuk diajari. Jadi, biarlah. Dosa ditanggung masing-masing.

"Bu,"

Ibuku menoleh. Aku baru saja menaruh dua cangkir kopi di atas meja. Kami duduk bersama bersampingan. Sudah kebiasaan kami sehabis shalat subuh adalah minum teh atau kopi bersama di dapur sembari aku memasak.

"Inara ingat, dulu Ibu pernah bermimpi menggembala domba yang punya dua anak saat Inara sedang dekat dengan laki-laki, sebelum ayahnya Meira. Lalu, ibu minta Inara untuk cari tahu karena ibu punya firasat kalau laki-laki itu sebenarnya duda beranak dua yang mengaku-ngaku bujangan. Kenapa bisa begitu?" tanyaku.

Karena mimpi barusan, aku jadi teringat masa lalu. Saat itu aku merasa heran, apa hubungan domba dalam mimpi Ibuku dengan kemungkinan kalau laki-laki yang bersamaku saat itu adalah duda beranak dua? bukankah itu hanya mimpi?

Tapi karena Ibuku terus menyuruhku mencari tahu, akhirnya aku pun mencari tahu. Dan, benar saja. Ternyata laki-laki itu benar-benar seorang duda beranak dua yang sial*nnya mengaku-ngaku sebagai bujangan. Padahal saat itu kami sedang merencanakan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, tapi akhirnya semua kandas.

Menjadi duda bukan masalah, asalkan dia jujur. Tapi saat itu, pria itu bahkan menutupi statusnya dan mengaku-ngaku sebagai bujangan. Bukankah wajar jika aku marah?

Untung saja Ibuku memimpikan hal itu dan segera memberitahu. Dan mungkin, itulah yang disebut dengan 'firasat'.

Karena itu, aku ingin tahu. Mungkin saja mimpiku barusan juga merupakan firasat, kan?

Ibu menaruh cangkir kopi ke atas meja setelah menyesap sedikit isinya.

"Dalam mimpi... orang terkadang memang berwujud sebagai binatang yang sifatnya mirip seperti orang itu. Enggak selalu dalam bentuk 'orang'. Misalnya saat kita habis shalat istikharah, atau sedang berdoa meminta petunjuk..." katanya.

"Dan hal seperti ini enggak selalu dimimpikan oleh hanya si orang yang minta dikasih petunjuk. Bisa jadi yang dikasih mimpi justru keluarganya. Nah mungkin karena itulah, Ibu jadi bermimpi menggembala domba yang punya dua anak. Karena si laki-laki itu emang sudah punya dua anak. Dan itu memang terbukti, kan?"

Aku mengangguk. Saat itu mimpi ibu memang benar, sih.

Sedangkan mimpiku semalam... apa artinya, ya?

Bukankah ular hitam biasanya diartikan sebagai santet dan semacamnya? Apa ada santet yang sedang dikirim lagi ke rumah kami?

Sedang dua hewan lainnya...

"Kalau ayam jantan dan kucing, artinya apa, bu?" tanyaku.

***

Apakah ada yang pernah merasakan hal seperti ini?

Komen pengalaman kalian bagi yang sudah pernah merasakan, Kakak-kakak!

Karena author juga penasaran sama cerita kalian! 🙈🙈🙈

See you tomorrow!

1
Nuri_cha
Ceritanya sangat menarik, dekat dengan kehidupan sehari-hari... gaya bertuturnya juga mudah dibaca dan dipahami. Bikin greget n emosi, bagaimana lika-liku seorang wanita yang terkhianati. Sangat layak baca.

Semangat berkarya ya Thor
Drezzlle
betul kalau salah imam yang ada dirumah cuma jadi pembokat doang /Sob/
Drezzlle
kalau bisa jangan terpancing dan ikut salah jalan juga kaya Dewi
TokoFebri
astagaa.. gimana ya si Dewi ini.. dibilang pinter ya pinter tapi ya ga gitu juga bisnisnya 🤣
TokoFebri
ya pasti Reno berubah. harga dirinya terluka. apalagi kalau marahinnya di depan umum.😢
TokoFebri
gila.. wkwkw. konyol banget dah mereka 🤣
Nuri_cha
suaminya ngizinin? gila siiih
Nuri_cha
tapi ttp harus diingat kalo Dena nih anak buahnya Dewi. Jd ttp harus hati2
Anggrek Handayani
Bermanfaat juga ya berteman dengan orang seperti Dena? Bisa tahu sedikit banyak tentang dunia malam.
Anggrek Handayani
Nikah muda ini Si Rena.
Irfan Sofyan
dimana rumah kamu Ra, aku akan ke sana, terus akan ku bom tuh si Hendra 😤
Irfan Sofyan
kamu tidak usah bingung, sudah cerai saja
Irfan Sofyan
inara, tong di denge si eta mah, nya oge bageur
Irfan Sofyan
apa? sebulan?
Irfan Sofyan
oh sudah pasti dong
Rezqhi Amalia
otaknya udh GK berfungsi kali😭
Rezqhi Amalia
ya msih takut , coba nnti klo udh berbulan bulan kemudian psti kmbli begtu
Dedeh Dian
ditunggu up nya author.. makasih
Ameee: Aaakkkhhh, makasih udah baca sampai sini 😆 maap author jadi kegirangan sendiri 🙈😭 author up tiap hari kok insyaa allah, tungguin yaaa 🤭
total 1 replies
Nuri_cha
dari awal yang salah emang Hendra siiih... perempuan gak bakal jadi pelakor kalo lakinya gak ngasih kesempatan
Nuri_cha
wkwkwkwk... beneran jatuh cinta dong. Tiba2 jadi mual /Puke/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!