Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 bagian 2
Hening.
Instruktur Li berdiri mematung di depan Lin Feng. Mulutnya masih setengah terbuka.
Dia menatap pedang kayu Lin Feng. Lalu dia menatap wajah Lin Feng yang terlihat "polos" dan "bingung".
"A-Apa...?" gumam Instruktur Li.
Dia adalah seorang guru "presisi". Dia menghabiskan tiga puluh tahun hidupnya untuk menyempurnakan "bentuk" tersebut.
Dan Lin Feng, si Vas Bunga, si Teoris Sialan, baru saja mengeksekusi bentuk tebasan yang 100% sempurna. Lebih sempurna daripada tebasan Instruktur Li sendiri.
Tentu saja, tebasan itu lambat, lemah, dan menyedihkan. Tidak ada Qi sama sekali.
Tapi bentuknya...
"Mustahil," batin Instruktur Li. "Dia... dia pasti... Itu semua hanya kebetulan?"
"HAHAHAHA!" tawa si Kakek meledak di kepala Lin Feng. "LIHAT WAJAH SI KUMIS TIPIS ITU! KAU BARU SAJA MENGHANCURKAN SELURUH REALITASNYA! DIA MENGHABISKAN 30 TAHUN UNTUK JURUS SAMPAH ITU, DAN KAU MENYEMPURNAKANNYA DALAM 3 DETIK!"
"Hmph!"
Instruktur Li akhirnya pulih dari keterkejutannya. Dia tidak mungkin memuji Lin Feng. Itu melawan hukum alam.
Dia harus mencari kesalahan.
"BENTUK SAJA!" bentaknya, suaranya sedikit terlalu keras. "BENTUK SAJA TIDAK ADA GUNANYA! APA GUNANYA BENTUK JIKA TIDAK ADA KEKUATAN DIDALAMNYA?!"
Dia menatap Lin Feng dengan jijik. "Seni pedang itu untuk membunuh, Tuan Muda! Bukan untuk menari! Ayunanmu itu... bahkan tidak bisa mengusir lalat!"
Dia benar. Tebasan Lin Feng tadi mungkin tidak bisa memotong selembar kertas tisu.
Para murid lain yang mendengar itu tertawa pelan. "Benar juga." "Dia tetap saja sampah."
Lin Feng, bagaimanapun, tidak terlihat tersinggung.
Dia justru memasang ekspresi "pencerahan" yang tulus.
"Ah!" katanya, seolah baru saja memahami rahasia alam semesta. "Jadi... kekuatan. Begitu, ya."
Dia membungkuk sedikit pada Instruktur Li. "Terima kasih atas bimbingannya yang berharga, Instruktur. Saya... mengerti sekarang. Saya akan berlatih lebih keras."
Sikapnya yang sopan dan penurut itu... entah kenapa, jauh lebih menyebalkan daripada jika dia membantah.
Instruktur Li bergidik. "Hmph! Terserah!"
Dia berbalik dengan kesal. "SEMUANYA! ULANGI! AYO, AYO, AYO! Tangan kalian seperti puding!"
Dia berjalan pergi, masih menggerutu tentang "anak muda zaman sekarang yang hanya peduli pada penampilan".
Di barisan depan, Xiao Ning'er, yang mendengar seluruh interaksi itu, tidak tertawa.
Dia menatap punggung Lin Feng dengan mata menyipit.
'Dia... melakukannya lagi,' batinnya, genggamannya pada pedang mengerat. 'Dia meniru. Dia meniru Instruktur Li... dalam sekejap.'
Xiao Ning'er merasakan hawa dingin menjalari punggungnya.
'Dia bukan seorang Teoris,' pikirnya. 'Dia... monster macam apa dia sebenarnya?'
Lin Feng, di barisan belakang, mengabaikan Instruktur Li yang sedang marah-marah.
Dia mengangkat pedangnya lagi.
Wusss
Dia melakukan tebasan lemah yang sempurna lagi.
Tapi matanya... matanya tidak lagi menatap Instruktur Li.
Mata kirinya yang tersembunyi kini terasa hangat.
"Oke, Kek," batinnya, senyum licik terkembang di bibirnya. "Instruktur Li adalah hidangan pembuka yang payah."
"Saatnya... melihat prasmanan lainnya."
Lin Feng berdiri di barisan belakang, melakukan "pekerjaan"nya.
Bagi siapa pun yang melihat, dia adalah murid paling malas di dunia.
...wusss...
Tebasan vertikalnya lambat dan lemah.
...wusss...
Tebasan horizontalnya lebih mirip orang yang sedang mengelap meja dengan sangat malas.
Instruktur Li, yang meliriknya, hanya bisa mendengus. "Sampah... tetap saja sampah."
Tapi di balik mata Lin Feng, badai data sedang terjadi.
[Menganalisis: Teknik Kaki Berputar Klan Wang (Murid Baris 5)]
[Status: Lumayan. Kelemahan: 8. DISALIN.]
...wusss...
[Menganalisis: Jurus Pedang Tusukan Ular (Murid Baris 7)]
[Status: Sampah Licik. Kelemahan: 14. DISALIN.]
...wusss...
[Menganalisis: Jurus Pedang Es Halus (Xiao Ning'er)]
[Analisis Selesai. 65% Teknik Disalin (Versi Tidak Lengkap - Butuh Observasi Lebih Lanjut).]
"DIA MENCOBA MENYEMBUNYIKANNYA!" raung si Kakek di kepala Lin Feng. "SI DADA TERSEMBUNYI ITU LICIK! Dia sengaja hanya menggunakan prinsip dasarnya, tidak menunjukkan jurus intinya! Dia tahu kita sedang mengintip!"
Lin Feng melirik Xiao Ning'er. Benar saja. Gadis itu sedang berlatih dengan gerakan kaku yang disengaja, tidak lagi mengalirkan Qi es-nya. Dia menatap Lin Feng dengan penuh kecurigaan.
"Hah. Pintar juga," batin Lin Feng.
Instruktur Li, di sisi lain, sudah muak dengan sikap malas Lin Feng. Dia memutuskan sudah waktunya untuk mengakhiri penghinaan ini dan membuktikan siapa gurunya.
"CUKUP!" teriak Instruktur Li.
Seluruh kelas berhenti.
"Kalian semua payah!" bentaknya. "Tebasan dasar kalian seperti ikan mati! Kalian pikir seni pedang itu mudah?!"
Dia melangkah ke depan, wajahnya penuh kesombongan.
"Kalian ingin lihat jurus yang sebenarnya? Jurus yang butuh presisi? Yang butuh bakat?"
Dia melirik tajam ke arah Lin Feng. "Sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang atau wajah tampan."
Dia mengambil posisi.
"Perhatikan! Ini adalah jurus kebanggaanku, 'Tiga Tebasan Willow'!"
SWISH—SWISH—SWISH!
Instruktur Li bergerak.
Dia menebas tiga kali dalam satu tarikan napas. Pedangnya bergerak seperti daun willow yang ditiup angin... lembut, tapi tiba-tiba berubah arah. Itu adalah jurus yang cepat, elegan, dan... cukup rumit untuk murid dasar.
Para murid terkesiap kagum.
"Wow!"
"Indah sekali!"
"Itu Instruktur Li!"
Xiao Ning'er mengangguk pelan. "Kontrol yang bagus."
Instruktur Li mendarat, wajahnya berseri-seri denan bangga. "Lihat? ITU baru seni pedang! Butuh sepuluh tahun latihan untuk mencapai..."
"SAMPAH! SAMPAH LEVEL TERTINGGI!"
Jeritan mental si Kakek di kepala Lin Feng begitu keras hingga Lin Feng nyaris tersentak.
"ITU JURUS TERBODOH YANG PERNAH KAKEK LIHAT! KAU LIHAT ITU?! KAU LIHAT KELEMAHANNYA?!"
Tentu saja Lin Feng melihatnya. Mata kirinya sudah memindainya.
[Menganalisis: Tiga Tebasan Willow (Versi Instruktur Li)]
[Kategori: Level Menengah-Rendah (Pamer)]
[Kelemahan Fatal Terdeteksi: 24 (SERIUS!)]
[Rekomendasi Perbaikan: 12 Versi]
"DIA MEMBUKA SELURUH TUBUHNYA DI TEBASAN KEDUA!" seru si Kakek. "DAN PERGELANGAN KAKINYA! DIA MENEMPATKAN SEMUA BEBANNYA DI SANA! SEORANG ANAK KECIL BISA MENJATUHKANNYA DENGAN SATU JENTIKAN JARI! DIA AKAN MEMBUNUH DIRINYA SENDIRI DENGAN JURUS INI!"
"Tsk, tsk. Menyedihkan," batin Lin Feng.
Instruktur Li, masih dalam puncak kebanggaannya, menatap lurus ke arah Lin Feng.
"Sekarang," katanya dengan senyum sinis. "Tuan Muda yang 'Tercerahkan'. Kau... bahkan tidak bisa meniru satu saja dari gerakan itu, kan?"
Seluruh kelas menoleh ke Lin Feng. Ini adalah eksekusi publik.
Lin Feng menurunkan pedangnya.
Dia menatap Instruktur Li dengan ekspresi... kasihan. Ekspresi tulus seorang jenius menatap seorang idiot yang sedang pamer.
"Instruktur," kata Lin Feng pelan, suaranya terdengar sangat tulus.
"Ya?" ejek Instruktur Li. "Mau menyerah?"
Lin Feng menggelengkan kepalanya perlahan. "Instruktur... demi kebaikan Anda sendiri... tolong jangan pernah gunakan jurus itu lagi."
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏