Naima dan Arga akan segera menikah tak lebih dari dua Minggu lagi. tapi nyatanya Arga berse-ling-kuh dengan wanita yang tak lain adalah anak dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Naima memergoki Arga dan dia datang kepada ayah dari Wanita itu untuk meminta pertanggung jawaban darinya. tapi tanpa di sangka malah duda dua anak itu bertanggung jawab dengan cara menikahinya.
apakah pernikahan mereka akan bahagia? saksikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naima 22
"Kenapa ada memaksa sekali sih Pak! Ternyata Anda ini selain jutek juga pengaksa!"kesal Naima.
Setelah dia mengomel-ngomel dari tadi kepada Angkasa. Pria itu malah menarik dia masuk ke dalam toko perhiasan. Tanpa banyak bicara atau tanpa menjelaskan alasan nya. Benar-benar pria yang menyebalkan menurut Naima. Rasanya dia sudah tidak sabar ingin pergi ke luar kota setelah menyelesaikan semuanya hari ini. Dan semua harus selesai hari ini, tidak boleh ditunda lagi.
Naima tidak mau berurusan lagi dengan mereka, hari ini Angkasa, besok mungkin Gisel, besok lagi mungkin istri dari pria ini. Karen salah paham dengan apa yang mereka lakukan di sini. Berkat ulah pria yang tak mengerti juga dengan ucapan Naima berkali-kali kepadanya. Diulang-ulang juga sepertinya pria itu tidak paham. Naima malah meragukan kenapa dia bisa menjadi pimpinan sebuah perusahaan besar.
"Berikan kami cincin pernikahan yang terbaru dan juga yang mewah,"ujar Angkasa dengan dingin.
Pelayan di sana malah ngelirik ke arah Naima yang berdiri di sebelah Angkasa. Seolah tidak percaya jika mereka berpacaran. Karena mereka lebih cocok seperti kakak dan adik. Apalagi wajah Naima yang terlihat seperti anak remaja. Begitupun dengan penampilannya yang kontras dengan Angkasa yang terlihat keren. Pakaian yang digunakannya juga adalah pakaian branded.
"Kika kamu tidak mau melayani kami, panggil managermu saja yang melayani kami!"tegur Angkasa saat tahu jika pelayan itu malah menatap ke arah Naima di sebelahnya.
"Ah iya Pak, maaf,"ujarnya karena ketahuan.
"Tidak perlu! Aku sudah malas dilayani oleh kamu. kamu carikan aku cincin pernikahan yang paling bagus terbaru dan juga mewah di toko ini!"minta Angkasa kepada pelayan yang lain.
"Baik Pak. Mohon ditunggu sebentar, saya akan ambilkan perhiasan yang anda inginkan,"ujar pelayan yang baru.
"Pak saya tidak akan kabur kok, Saya tunggu di luar saja ya. Sepertinya mereka tidak nyaman dengan penampilan saya yang seperti ini. Saya janji tidak akan pergi kemana-mana saya akan menunggu Anda di luar saja,"bisik Naima yang sadar jika keberadaannya menjadi sumber perhatian para pelayan di sana.
Angkasa tidak menjawab, dia malah menatap tajam ke arah Naima. melihat ekspresi dari angkasa, membuat sayur mencabikan bibirnya kesal sekali dengan pria itu. dia mencoba untuk pergi Tapi tangannya masih dicekal oleh angkasa dari tadi tidak dilepaskan.
"Benar-benar pria menyebalkan! Kalau sampai ada yang salah paham kamu harus bertanggung jawab Pak! Jangan sampai mereka menggunjing aku dan menghina aku ya!"kembali Naima kesal kepada Angkasa.
Angkasa masih berdiri dengan tenang di samping Naima dan tangannya juga masih memegangi tangan Naima.
"Apa kamu jarang makan? Kenapa tangan kamu kurus sekali? Atau mungkin kamu diet?"Angkasa malah bertanya Yang lain-lain. Tidak memperdulikan omelan dari Naima.
"Udah dari sananya kecil! Makan aku banyak sekali!"jawab Naima.
"Silahkan Pak, ini ada empat model cincin pernikahan terbaru di toko kami,"ujar pelayan yang membawa tempat pasang cincin pernikahan.
"Pilihlah. Kamu mau yang mana?"tanya Angkasa kepada Naima.
"Kenapa malah aku yang milih? Emangnya siapa yang akan menikah? Aku ke sini kan hanya mengantar Anda saja,"jawab Naima mendelikkan mataknya kepada Angkasa.
"Merepotkan! Marah-marah mulu!"kesal Angkasa. Naima tak peduli, dan mengangkat kedua bahunya acuh.
Akhirnya Angkasa memilih sendiri cincin yang ada di depannya. Dia memilih cincin pernikahan yang simpel dan elegan. Tapi ternyata cincin itu adalah cincin yang termahal di sana. Harganya sampai lebih dari lima ratus juta. Naima melotot tak percaya mendengar harga dari cincin pernikahan yang dipilih oleh Angkasa.
"Cocok. Dan pas!"ujar Angkasa saat mencoba cincin itu di jari Naima.
"Eh apaan ini? Memang istri anda sama kurusnya dengan saya? Pantas sih. Mungkin dia tekanan batin karena hidup bersama pria seperti anda. Setiap hari harus makan hati. Sungguh kasihan istri anda,"Kembali Naima berbicara. Tapi Angkasa tidak peduli dan tidak menanggapi ucapan Naima.
"Orang kaya mah bebas ya! beli perhiasan sampai ratusan juta aja tanpa dipikir dulu langsung gesek-gesek!"celetuk Naima geleng kepala.
Melihat Angkasa yang tanpa pikir panjang, memberi perhiasan yang dia inginkan.
"Kamu mau beli apa lagi gelang? Atau kalung?"tanya Angkasa sambil menunjuk ke etalase perhiasan yang ada di sana. Naima menggeleng cepat.
"Tidak terima kasih. Jangan membuat saya semakin sulit. Sudah selesaikan Pak? Saya sudah menemani anda berbelanja di sini. Sekarang izinkan saya pulang,"ucap Naima saat mereka sudah ada di luar toko perhiasan.
"Sayangnya belum selesai. Saya lapar mau makan,"jawab Angkasa santai.
"Tapi saya tidak lapar. Saya harus segera pergi Pak menemui orang dari wedding organizer. Saya harus segera membatalkannya. Sebelum mereka membeli segala sesuatunya untuk persiapan nanti. Tolong mengertilah Pak! Jangan buat saya ada dalam situasi yang semakin sulit,"ujar Naima memohon pada Angkasa.
"Bukan urusan saya!"jawab Angkasa santai kembali menarik tangan Naima untuk naik ke atas motor.
Naima berontak dan ingin pergi dari sana. Tapi Angkasa kembali menarik Naima. Bahkan sekarang dia menggendong Naima untuk naik ke atas motor dan memakaikan helm kepada gadis itu.
"Ya Allah, Allahu Akbar. Kenapa aku harus bertemu dengan orang seperti anda. Jujur saya menyesal datang ke kantor dan menemui Anda jika akan seperti ini pada akhirnya. Tahu begitu saya lebih baik diam saja. saya kira ... Ah sudahlah. Percuma mengomel kepada anda. karena pada akhirnya nggak akan pernah didengar juga,"ujar Naima dengan wajah yang memelas.
Sedangkan Angkasa malah tersenyum miring melihat Naima seperti itu. Entah kenapa dia suka sekali mengisengi Naima.
"Makanya jadilah anak yang penurut! Pegangan yang bener!"minta Angkasa saat dia sudah naik di atas motor besarnya.
"Pak apa anda tidak memikirkan perasaan istri anda di rumah? Astaghfirullah ...,"ujar Naima menahan tangisnya dan memeluk pinggang Angkasa. Sehingga membuat tu-buh mereka rapat. Naima bahkan sampai menahan nafasnya. Apalagi mencium aroma parfum milik Angkasa. Aroma maskulin yang khas. Parfum yang mulai terbiasa Naima cium aromanya. Karena dua hari ini mereka selalu bertemu.
Apa kata orang-orang yang melihat dirinya. Dia hanya berharap hari ini akan segera berlalu. Sepertinya dia akan pergi malam ini juga. Dia takkan lagi menunggu waktu besok atau lusa. Naima takut jika orang di depannya ini akan kembali lagi.
"Astaghfirullah, ada apa dengan jantungku? Kenapa malah berdebar kencang seperti ini? Mana mungkin, astaghfirullah! Gak akan bener. Aku harus segera pergi, aku harus segera bersiap dan pergi malam atau subuh nanti,"batin Naima.
makin seru az cerita nya kk outhor ini 🥰🥰🥰