Mr Soldier Is Mine

"Jadi kamu ditolak bokap?" tanya Mandasari sambil memberikan es teh ke Wira yang masih tercenung.

"Iya ...."

"Karena elu ngawur! Elu itu pacaran kagak, main lamar asal plus kagak romantis, masih nekad minta ke bokap ... Pancen cocok dadi Wiro Sableng Kowe!" omel Mavendra sambil duduk dengan kaki bersila dan gaya songong.

Wira bisa melihat kesamaan Mavendra dan Mandaka, sama-sama songong, tapi mereka tetap Sembodo.

"Sembodo" dalam bahasa Jawa berarti bersikap atau bertindak dengan rasa bertanggung jawab dan rela berkorban untuk kepentingan umum. Secara umum, "sembodo" menggambarkan seseorang yang tidak hanya omong kosong, tetapi juga memiliki tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat atau kelompoknya.

"Kamu itu ... Gini deh. Wira, aku tidak mau takabur tidak suka sama kamu karena bisa jadi nanti aku kena bolak balik hati dari Big Boss. Bagaimana jika kita sama-sama mencari petunjuk bapak presiden pemilik semesta alam, apakah kita memang berjodoh atau tidak," ucap Mandasari dengan wajah lembut.

Wira menatap Mandasari kagum. Terlepas gadis ini kalau ngomong amburadul dan sering membuat bingung banyak orang ( plus readers Membagongkan ), tapi satu hal yang Wira salut. Mandasari tidak pernah lupa beribadah. Wira sendiri bukan tipe pria yang mewajibkan pasangannya untuk berhijab karena itu panggilan hati. Bagi Wira, yang penting hati, manner dan iman karena percuma tertutup tapi masih saja julid, masih saja tidak berakhlak dan masih saja tidak bisa menempatkan dirinya di kehidupan bermasyarakat.

Satu hal yang Wira suka dari keluarga Mandasari, tidak ada ikutan fomo atau dance viral di sosial media. Justru mereka lebih flexing pencapaian akademis dan prestasi pendidikan. Mereka kaya raya iya, tapi tidak ada pamer aneh-aneh dan sangat gambaran old money yang tidak butuh validasi.

"Aku sudah melakukannya, nona random."

Mandasari dan Mavendra melongo. "Melakukan apa?"

"Sholat istikharah."

Mandasari dan Mavendra saling berpandangan. "Dia sudah duluan, mbak. Demi bisa sama nona random tuh!" ucap Mavendra.

Mandasari menoleh ke Wira. "Lalu, apa petunjuknya?"

"Kamu adalah jodohku," jawab Wira tenang.

Mandasari tertegun.

***

"Mbak ... " Mavendra melihat kakaknya agak galau usai mendapatkan jawaban Wira seperti itu. Wira sendiri sudah kembali ke hotel tempatnya menginap usai makan malam bersama duo M.

"Aku bingung dik ... Kita terbiasa kan dengan cerita para Eyang, Opa dan Oom yang super duper nekad klaim Eyang putri, Oma dan Tante kita tho? Macam Eyang Bima ke Eyang Arimbi dari jaman SMA atau bahkan Opa Duncan ke Oma Rhea padahal saat itu Oma masih di perut Eyang Dara. Tapi aku ngalami sendiri itu ... Beyond my imagination deh!" ucap Mandasari.

"Apakah perut kamu macam naik roller coaster usus? Amburadul rasanya?" goda Mavendra.

"Semacam itulah."

Mavendra merangkul bahu Mandasari. "Dengar kakakku sayang, terlepas dia Wiro Sableng tapi ingat mbak, dia bakalan gendeng beneran kalau tidak bisa bersama kamu. Wiro Sableng itu memang endingnya harus melepaskan gadis yang dicintainya menikah dengan pria lain ...."

"Lha, apa aku harus menikah sama orang lain dulu?" pendelik Mandasari.

"Nggak gitu, cumiii ! Gini, dari sisi Wiro Sableng, kamu adalah jodohnya tapi apakah dari sisi kamu sama jodohnya? Kelihatan lho dia serius sama kamu, nekad sama kamu karena tidak mau dijodohkan sama emaknya, dan berani meminta kamu sama bokap meskipun dengan gaya slengean. But intinya, mas Wira itu patut diperhitungkan! Aku sudah menyelidiki semuanya sama Pip. Tidak ada indikasi aneh-aneh selama dia pendidikan di Magelang atau selama menjadi tentara di Indonesia. Kalau biasanya tentara suka tebar pesona, tidak mas Wira. Boleh dibilang, dia mirip dengan Wiro Sableng yang bukan tipe nyenyenye sana sini sama cewek hanya karena pakai seragam. Boleh dibilang dia termasuk hutan bakau yang langka." Mavendra menatap wajah cantik kakaknya.

"Gue heran ya ... kenapa keluarga kita itu kalau mau menjelaskan sesuatu itu harus memakai bahasa kalbu?" ucap Mandasari sambil memandang raut usil Mavendra.

"Karena penjelasan standar itu membosankan! Ya kali Keluarga kita gitu-gitu saja. Tidak Férguso, keluarga kita itu tidak suka gitu-gitu saja! Kita bakalan mati bosan nanti ! Apalagi kalau ada gegeran, pasti maju duluan ditambah anggota keluarga kita yang kena." Mavendra tersenyum manis.

"Eh, Vendra, elu itu besarnya mau jadi apa?" tanya Mandasari yang tahu adiknya tidak tertarik menjadi pengusaha seperti keluarganya ataupun menjadi jaksa seperti ayahnya bahkan dokter seperti ibunya.

"Agen FBI !" jawab Mavendra dengan wajah yakin. "Aku suka kerja lapangan apalagi kalau menyamar. Seru kan main cosplay?"

Mandasari ternganga mendengar ucapan adiknya. "Serius kamu macam Oom Rylee, Oom Scott, Oom Junjun dan Opa Omar?"

"Yep! Lulus SMA, aku akan masuk Quantico sambil kuliah online!"

"Papa tahu?"

"Papa tahu."

"Lalu, apa jawabannya?"

Mavendra menggaruk kepalanya. "Jangan nekad macam Oom Vampir kamu."

Mandasari terbahak.

***

Kamar Hotel Wira

"Aku tidak suka dijodohkan, Bu!" protes Wira saat dirinya menghubungi Herdiani. "Aku sudah melamar Sari ke ayahnya tadi siang juga!"

Herdiani melongo. "Apa? Kamu melamar anak jaksa itu tanpa ijin ibu?"

"Aku sudah bilang sama ibu kalau aku memilih Sari bukan Santi! Itu sama saja aku minta ijin sama ibu kan?" eyel Wira.

"Tapi aku ibu kamu!" hardik Herdiani.

"Menurut Undang-Undang Perkawinan, jika calon pengantin pria sudah berusia 21 tahun, ia tidak lagi memerlukan izin orang tua untuk menikah. Jadi aku yang sudah 28 tahun ini, boleh melamar Sari tanpa ibu. Di Islam juga disebutkan bahwa seorang pria boleh melamar seorang wanita, tanpa perlu orang tua tapi wanita harus ada restu dari orang tua karena dia yang akan pergi bersama pria."

"Tapi kamu ... Ya Allah, Wiraaaaaaa! Ibu tidak suka dengan cara kamu, nak! Kita ini keluarga biasa saja! Bagaimana jika kita dihina mereka ! Maka dari itu, ibu lebih suka kamu dengan Santi yang biasa saja !" omel Herdiani.

"Tidak Bu. Aku tidak suka Santi. Titik!" jawab Wira.

"Berikan alasan kenapa kamu tidak suka Santi!"

"Dia manipulatif! Aku tidak suka cewek sok imut, sok manja. Ini bukan soal kekayaaan tapi soal karakter!" jawab Wira tegas.

Herdiani tertegun. "Apa maksud kamu manipulatif?"

"Ibu akan tahu sendiri nanti. Memang dia sudah ikut ibu lama tapi aku setiap hari berdoa, agar ibu melihat siapa sebenarnya dia," jawab Wira sedikit melunak.

Kali ini Herdiani merasa bingung. Apa maksud dari anak Lanang aku?

***

Kamar Mandasari

Mandasari duduk diatas sajadah sambil mengangkat tangannya untuk berdoa usai menjalankan sholat istikharah. Dirinya memang butuh jawaban dari Allah soal kasusnya bersama Wira.

"Ya Allah, jika Wiro Sableng ... Eh Wirasana Gardapati itu adalah jodohku, berikan petunjuk dengan membuat kami saling terikat. Jika bukan jodohku, maka jauhkanlah kami ... "

***

Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️