NovelToon NovelToon
Cinta Arjuna

Cinta Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cintapertama
Popularitas:170
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.

Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?


Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha


Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.


Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21.

🕉️🕉️🕉️

"Lo serius?" Pancali menganggukan kepalanya dengan wajah sedihnya itu, ia di tolak oleh Juna. Sebelumnya Pancali juga berniat untuk membuat Juna, cowok yang menarik baginya dan kesayangan guru-guru seni di sekolah menjadi pacarnya. Namun kejadian kemarin cowok itu tau niatnya.

"Udahlah Dewayu." Sita menenangkan hati Pancali yang katanya baru saja di tolak.

"Tenang Dewayu, biar mbok Dayu yang urus itu." Pancali yakin pada kakaknya itu yang ingin membuat hubungan antara Juna dan Pancali

"Pokoknya mbok harus bikin Juna sama Dewayu. Dia harus terima aku sebagai pacarnya." ucap Pancali pada kakaknya yang setuju dengan pernyataan adiknya.

"Dewayu, mbok akan urus dia. Pada akhirnya Juna akan tunduk sama kamu." Dinda tersenyum licik, ia tau siapa yang harus ia urus sekarang.

Sanis pergi ke toilet untuk mengganti bajunya karena tadi ada pelajaran olahraga. Dinda memperhatikan Sanis yang menyisir rambutnya itu.

'Aws ...'

Sanis kesakitan karena mendapatkan jambakan secara tiba-tiba dari Dinda yang entah kapan ia datang. Sanis merasakan sesuatu niat tidak baik darinya.

"Jauhin Juna!" ucapnya sambil tersenyum licik, Sanis masih menahan sakit di kepalanya karena tarikan dari Dinda.

"Kenapa?" tanya Sanis sambil meringis.

Dinda melepaskan tangannya dari rambut Sanis yang kini berantakan, sambil merapikan rambut Sanis. Dinda punya rencana sepertinya, perasaan Sanis semakin tidak enak hati.

"Gue pengen sama Juna lagi, dan yang harus Lo lakukan adalah jauhin dia sejauh-jauhnya."

"Tapi gue cuma ....."

"Ish banyak alasan banget Lo! Pokoknya Lo harus jauhi dia, atau Lo tau akibatnya." nada Dinda merendah dan sinis.  Lalu pergi dari dalam toilet, gadis itu mengancamnya lagi.

Setelah gadis itu keluar dari toilet, gadis cantik yang terkenal dengan prestasinya ini masuk ke dalam toilet dan menatap wajah Sanis.

"Boleh juga Lo," ujarnya yang memperhatikan Sanis, ia tau gadis cantik ini adalah Pancali. Banyak orang yang menginginkannya, tapi ia mengincar Juna.

Sanis adalah korban lagi, kenapa harus dirinya. Bukan orang lain saja?

"Maaf sebelumnya tentang Mbok Dayu," gumam Pancali yang melirik ke depan cermin yang memantulkan bayangan Sanis yang tersenyum padanya.

"Kak Sanis tau kan kalau dia nolak aku." ucap Pancali yang menundukkan kepalanya sedih.

Sanis menatapnya, ia tau gadis ini baru saja di tolak oleh Juna. Juna yang memberi taunya.

"Kak bujuk kak Juna biar dia bisa balas perasaan aku, hatiku ingin walaupun hanya sementara kak." Mohon Pancali  pada Sanis, karena ia tau perasaannya pada Juna.

Sanis mengajak Pancali ke taman dan duduk disana. Apapun yang terjadi ia harus membantu gadis ini.

"Padahal Juna sudah cerita ke kakak, tentang Kemarin." Sanis menceritakan tentang Juna kemarin yang menolak seorang gadis.

"Iya kak, aku pengen banget punya hubungan sama kak Juna dan aku sangat menyukainya, Kakak tau gak Pancali atau Putri Api yang ada di cerita Mahabarata kalau nama terkenalnya Dewi Drupadi seorang putri yang di nikahi oleh sang Arjuna, aku senang bisa satu project dengannya." Sanis menganggukan kepalanya mengerti, gadis ini memang menyukai Arjuna.

"Nah, maka dari itu aku mencari yang namanya Arjuna dan membuat hubungan dengannya. Siapa tau kan ya bisa seperti yang di cerita Mahabarata itu." Lanjutnya senang dengan perasaannya. Gadis ini tidak pemalu, menurut Sanis ia cocok dengan Juna. Hatinya khawatir dengan Dinda sekarang.

"Tapi belum tentu kan ya, hubunganmu persis seperti mereka." Sanis khawatir karena gadis ini akan mempermainkan temannya Juna.

Pancali menggelengkan kepalanya, wajahnya sendu secara tiba-tiba.

"Aku gak akan ngelakuin itu. Kakak itu sahabatnya bukan ?" Sanis sekali lagi menganggukan kepalanya setuju.

"Nah, makanya bujuk aja kak Juna, biar impianku tercapai."  Senyum Pancali membuat Sanis yakin bahwa gadis itu tulus pada Juna.

...................

Gadis itu menyerahkan sebuah formulir pendaftaran jegeg bagus SMA Garuda Kencana, kepada Juna.

"Ayolah Arjuna ini kesempatan untuk menjadi pasangan Pancali pas pemilihan jegeg bagus SMA Garuda Kencana. Pasangan sesungguhnya dari sang Arjuna." Juna terlihat kesal dengan kata-kata Sanis.

"Gue setuju Jun, kapan lagi sekolah kita punya pasangan couple persis seperti Mahabarata." Sahut Kris yang girang dan bertepuk tangan.

"Gue setuju sama Sanis. Kenapa Lo terima dia aja Jun?" Tanya Indra pada Juna yang mendukungnya.

"Gue sebenernya .....-"

"Ayolah Juna, Lo terkenal dan dia juga terkenal apalagi jika kalian sama-sama. Sekolah kita semakin besar namanya."

Juna tak ingin menyakiti hati seseorang sebenarnya, tapi jika ini demi sekolahnya. Maka ia akan lakukan.

Cowok itu berdiri dari tempat duduknya, dan mengambil pulpen yang di pegang oleh Sanis.

"Gue akan ikut, demi sekolah ini. Seperti kata kalian ya." ucap Juna membuat keputusan, Sanis senang dengan pernyataan Juna.

Juna pergi dengan wajah datarnya terlihat lebih terpaksa melakukan itu. Sanis menyadari hal tersebut, namun berbeda dengan Arra yang meminta Sanis untuk menyusul Juna.

"Jun, sebenarnya gue...."

"Iya tau, gue harus menerima ini demi sekolah kita Sanis!" Juna mengangkat telunjuknya ke wajah Sanis yang kaget dengan pernyataan dari Juna.

Sanis merasa jika ia memaksa Juna melakukan ini. Beberapa Minggu kemudian Juna dan Pancali ikut serta dala pemilihan jegeg bagus SMA Garuda Kencana lagi. Semua antusias dalam kegiatan tersebut.

Lagi lagi mereka masuk ke babak final dan resmi menjadi duta SMA Garuda Kencana.

"Lo selalu keren Jun," Sanis turut senang kali ini, Pancali terlihat seperti biasa mereka merayakan keberhasilannya.

"Ouh ya Nis, besok kelas Pancali dan ekskul kita ngadain acara kecil-kecilan dengan lomba cerdas cermat waktu itu." ujar Juna pada Sanis yang menikmati es krimnya itu.

Sanis menganggukan kepalanya setuju dengan pernyataan dari Juna. Cowok itu tertawa melihat sudut bibir Sanis yang terkena es krim.

"Kenapa ketawa?"

Juna mengambil tissu di meja dan mengelap sudut bibir gadis itu yang tertegun dengan tingkah Juna, segera menepis tangannya itu.

"Lo lucu sih,"

"Gak ada yang lucu." ketus gadis itu yang membuat Juna tertawa lagi, Sanis kesal dengan sikap cowok itu.

"Ouh ya gue mau ngajak Lo sih entar ke tempat acara itu."

"Kok gue ?"

"Iya, kan biasanya kita bareng." Sanis menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lo sama Pancali aja," saran Sanis membuat Juna memudarkan senyumannya.

"Gue gak mau!"

"Maunya sama Saniscara!" Juna menarik tangan Sanis menuju ke parkiran sekolah.

"Ih Jun, gue ke toilet dulu." Sanis menepis tangannya itu dan berlari menuju toilet.

"Denger Sanis jangan pergi sama Juna." gadis itu menarik rambut Sanis yang meringis kesakitan.

"Loh kamu ...."

"Iya, makasih ya sebelumnya tapi untuk sekarang. Jangan ambil Juna," gadis itu melepaskan tangannya dari rambut Sanis kini berantakan dan keluar dari toilet.

.............

Juna sampai di depan rumah mewah dan besar pastinya, ukiran gerbangnya sangat estetik ala rumah Bali tetapi modern. Ia meneguk ludah kasar, Juna lupa jika yang ia jemput sekarang adalah anak pejabat.

Juna menekan tombol hijau untuk menelpon pemilik rumah tersebut dan tak ada jawaban dari sang pemilik rumah.

"Eh siapa tuh nelpon?" tanya gadis yang sedang merias rambut panjang temannya.

"Juna," gadis itu langsung menjawab telepon dari Juna.

"Halo kamu di rumah kan ya, aku dah di depan rumahmu." ucap Juna yang langsung menutup telepon itu tanpa jawaban dari sebrang sana.

Gadis itu menyibak korden kamarnya dan melihat seseorang di depan pintu gerbang rumahnya. Segera ia bersiap-siap untuk pergi menghampiri Juna.

Gerbang rumah besar itu terbuka otomatis, sepertinya berisi mesin dan seorang gadis yang penampilannya minimalis menghampiri Juna. Ia menatap gadis itu dengan tatapan heran, bisa-bisanya anak pejabat berpenampilan minim. Baju agak terbuka dan celana di atas lutut serta flatshoes nya.

"Seriusan mau pakek celana pendek?" tanya Juna pada gadis ini, yang tersenyum lebar.

"Iya, eh mana mobilnya?" Tanya Pancali pada Juna yang mengerutkan dahinya untuk pertanyaan dari gadis itu.

"Mobil apa?" tanya Juna lagi yang berjalan menghampiri motor maticnya itu.

"Kenapa gak pakek mobilnya lagi?"

"Itukan punya papa aku." jawabnya santai sambil tersenyum dan meminta untuk naik ke atas motornya, lalu menyerahkan helm kepada Pancali.

"Motor ini punyaku," jelasnya lagi pada Pancali, yang menganggukan kepalanya mengerti.

Gadis itu menghilangkan senyumannya, dan menerima helm dari Juna dan menaiki motornya. Juna tersenyum puas, ada rasa kecewa dengan raut wajahnya.

Setelah beberapa menit perjalanan menuju tempat nongkrong yang biasa teman-temannya berkumpul. Tiba-tiba motor Juna terasa sangat lambat.

"Jun, agak cepetan ya. Kita hampir terlambat." ucap Pancali pada cowok itu.

"Iya sabar, aku cek dulu ya."

Juna menepikan motornya dan meminta untuk Pancali turun terlebih dahulu.

"Juna kenapa?" tanya pancali pada cowok itu yang menepikan motornya ke pinggir jalan.

"Dewayu, turun dulu." Gadis itu turun dari motornya dengan kesal berharap agar mereka bisa cepat sampai.

"Ada yang rusak?" tanya pancali pada Juna, yang menganggukan kepalanya.

"Ini, bannya kempes kita cari bengkel dulu ya." ucap Juna pada Pancali yang kaget, mendengarnya. Gadis itu udah cantik-cantik dan malah bannya Juna kempes.

"Kita jalan ke bengkel ya, disana." ajak Juna pada gadis itu yang mendorong motornya.

"Tapi Juna panas," rengek Pancali yang mengibaskan tangannya dan berjalan malas.

"Tuh disana deket kok, sabar ya. Cuma sebentar aja." Pancali menghentakan kakinya kesal karena Juna memintanya berjalan kaki.

Mereka sampai di bengkel dan membeli angin untuk ban motornya. Ternyata bukan kekurangan angin tapi ban motornya pecah mereka harus menunggu lagi.

"Duduk dulu," ajak Juna yang menyondorkan minuman kepada Pancali.

"Aku gak mau!" kedua tangan gadis itu dilipatnya didada, dengan wajah kesalnya dan menggerutu dalam hati.

"Jun disini bau, ayo pindah aja." decak Pancali yang menarik tangannya, dan di tahan oleh Juna.

"Duduk aja gak apa-apa, bentar lagi selesai." pinta Juna yang menarik tangannya untuk duduk bersama di depan warung kecil di sebelah bengkel itu.

Karena mereka berangkat sore hari, matahari masih memancarkan terik sinarnya. Juna menatap gadis ini yang masih kesal karena kesalahannya ini, tidak memeriksa kondisi motornya terlebih dahulu.

"Ih Jun, panas ini. Aku gak mau panas-panasan." Gerutu Pancali, Juna tersenyum melihat tingkah gadis ini. Banyak orang yang menatap mereka berdua dan menjadi pusat perhatian.

"Dewayu sabar ya, nanti juga bakalan selesai. Dan aku juga minta maaf sama kamu, aku gak tau kalau motor aku bannya bocor." Sesal Juna yang meraih tangan lembut gadis itu. Pancali menghembuskan napas kasar, tidak menjawab pernyataan dari cowok itu.

"Lain kali motornya di cek dulu, dan sekarang aku gimana ? Sebentar lagi acaranya mulai tanpa kita disana acaranya gak akan mulai Jun." Keluh Pancali dan sekarang ia sedang muak dengan orang-orang yang memperhatikan mereka berdua.

"Aku minta maaf, Dewayu. Cuma ini ada di rumah." jawab Juna lembut masih dengan sabar ia menghadapi gadis ini. Gadis itu menghembuskan napas gusar dan menghiraukan cowok itu, berusaha membujuknya.

"Ouh ya, Jun aku udah ada orang yang jemput kesini. Aku mau duluan kesananya." ucap Pancali yang membuat Juna terkejut karena gadis itu di jemput seseorang dengan sebuah mobil mewah.

Pancali berjalan menuju mobil yang berhenti di depan bengkel, tanpa pamitan pada Juna. Gadis itu pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun darinya.

"Sudah biasa terjadi kalau yang itu." ucap Juna yang duduk dan membayar biaya tambal ban itu dan pergi sendiri ke tempat itu.

"Juna?" Sanis memanggil cowok itu yang tersenyum padanya, namun gadis itu terlihat khawatir karena keterlambatannya.

"Gak kemana-mana." Sanis menatap Juna  dengan mata yang berkaca-kaca.

Dan rambut yang berantakan, gadis itu mengajak Juna ke belakang taman kaffe itu mereka duduk berdua. Sinar mentari mulai menyembunyikan sinarnya dan langit jingga menyambut malam.

"Lo kenapa?" tanya Juna pada Sanis yang merapikan anak rambutnya, menyelipkan ke belakang telinganya, Sanis menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Gadis itu memeluk tubuh kekar cowok itu, menyalurkan rasa sedihnya karena kejadian tadi, ia tak ingin menceritakannya sekarang. Gadis ini yang masih menenggelamkan wajahnya di dada lebar Juna.

Sanis tak ingin memberi tau kejadian tadi pada Juna. Jika ia memberi tau kalau ada sesuatu terjadi padanya, maka mungkin ia akan marah besar. Gadis itu tak menjawabnya tak ingin menggelengkan kepalanya ataupun menganggukkan kepalanya.

"Kalau kangen bilang dong," Juna tertawa renyah, menghibur gadis ini.

Sanis terkekeh kecil mendengar pernyataan dari cowok itu, dan mengusap air matanya.

"Kan gue dah bilang berangkatnya sama gue aja," lanjut Juna yang menatapnya sembriwing.

"Enggak bukan gitu," sambil tertawa kecil mendengar ocehan dari cowok itu.

...........

"Dewayu ...." Geram Dinda yang mendengar cerita dari Pancali adalah adik tirinya.

"Tapi mbok, kan Dewayu gak suka." Rengeknya sambil mengoleskan lulur di tangannya dan panas terik matahari membuat kulitnya terasa terbakar.

Nama Pancali itu aku ambil dari kitab Mahabharata dan seorang putri dari kerajaan yang bernama pancala rajanya bernama Drupada aku lupa nama daerahnya apa 😂😂.

Dan Pancali adalah anak seorang pejabat yang berkasta 'Dewa'

Sekian terimaginjal.

1
LyaAnila
wah. kalau gitu kalian akur-akur ya jangan ribut 🥰
LyaAnila: aku udah mampir kak. ditunggu di ceritaku juga ya makasih👍
total 1 replies
LyaAnila
lha bisa-bisanya kok gitu. bapaknya nikah lagi kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!