Delia menikahi pria yang juga mencintainya. Danur adalah pacarnya saat dirinya menginjak kelas 3 SMA. Danur adalah pindahan dari Kota lain.
Setelah menikah Delia harus menahan pil pahit, karena sang suami memutuskan untuk menikah lagi dengan masa lalu nya.
Sebagai wanita tentu saja Delia tidak terima jika di madu. Dan yang lebih menyakitkan lagi, orang yang menjadi duri dalam rumah tangganya adalah sepupunya sendiri.
Semenjak hari itu, kehidupan Delia di penuhi pemandangan suami dan madu nya.
Istri mana yang sanggup di madu dan melihat suami bermesraan dengan wanita lain...
Namun di tengah kebimbangan hati untuk tetap bertahan atau menyerah, Seseorang malah memendam perasaan pada Delia.
Bagaimanakah kisahnya? akan kah Delia bertahan dalam rumah tangga yang di masuki orang ketiga atau melanjutkan hidup sendiri?
Jangan lupa mampir🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkejut?
💔Pagi harinya
Delia sudah bersiap-siap dan sudah sarapan juga. Pagi-pagi sekali Dirinya sudah beberes rumah, karena hari ini Dia akan ke Perusahaan. Tadi malam Dia sudah melamar, jadi hari ini akan di review. Jadi memang harus pagi sekali agar tidak terlambat, ,mengingat di pagi hari kota ini akan padat. Berbagai kendaraan umum akan memenuhi jalan ibu kota. Dari orang kantoran, buruh hingga anak yang akan ke sekolah. Jika pergi nya santai-santai sudah jelaskan terjebak kemacetan.
Bagi Delia, sebagai calon karyawan, selain pintar dirinya juga harus menunjukkan integritas. Bukan karena ingin mendapat kerja saja, tapi ini lah yang di tanamkan olehnya saat membangun bisnis Kosmetik saat itu hingga usahanya cepat maju tapi takdir berkata lain. Usahanya yang di bangunnya dari nol harus kandas karena kebakaran hebat.
Setelah memastikan tak ada barang yang tertinggal, Delia segera meninggalkan kost-an nya.
Setengah jam kemudian,.mobilnya telah di parkir di pelataran sebuah Perusahaan yang besar. Delia pikir perusahaan mantan mertuanya cukup besar, tapi ternyata ada yang lebih besar dan megah. Terlihat sekali jika perusahaan ini maju. Bagaimana tidak, ini sangat megah hanya untuk ukuran Cabang. Jika cabangnya saja sebesar ini, lantas bagaiman perusahaan pusat yang ada di eropa sana?
Sambil berjalan masuk ke lobi, Delia sungguh di buat berdecak kagum. Dia mendadak nervous, takut tak diterima. Mendadak saja wanita ini minder, bagaimana bisa Dirinya berani melamar di perusahaan sebesar ini? sungguh tingkat kepedean yang tinggi sekali! Pikirnya.
"Permisi, anda yang bisa kami bantu?" seorang petugas bertanya ramah.
"Eh, ah ya. Maaf, saya mau melamar kerja disini. Berkas lamaran sudah saya kirim via online." jawab Delia.
"Oh begitu. Baiklah, Mbak silahkan menunggu di depan ruang HRD. Mbak naik lantai 2, lalu belok kiri. Mbak jalan aja nanti ketemu Ruang HRD nya" petugas memberi petunjuk.
"Iya Mbak. Terima kasih, kalo gitu permisi!" Delia mengangguk sejenak lalu berjalan menuju lift.
Tiba di lantai 2, Delia menuju ke lorong yang sudah di beritahu tadi. Tak lama Dirinya sudah berada di depan pintu yang bertuliskan Ruang HRD. Tampak seorang sudah duduk di ruang tunggu.
"Sini Mbak, nanti nama kita akan di panggil sesuai huruf awal nama kita" ujar wanita yang juga pelamar.
Delia hanya mengangguk lalu duduk di sebelah wanita itu. Keduanya hanya diam, sesekali hanya ngobrol.
Tak lama seorang pria keluar, di tangannya memegang berkas. Lalu di ikuti wanita, tapi wanita itu berhenti sejenak.
"Maaf, mohon tunggu sebentar ya. Pak HRD sedang mengantar berkas lamaran yang telah di print ke CEO. Setelah ini baru akan di panggil. Mungkin ini akan membutuh beberapa waktu, jadi Mbak berdua boleh ke kantin. Ada menu gratis untuk pelamar kerja" ujar wanita itu.
"Iya lah?" Delia agak tak percaya juga.
"Iya Mbak" balasnya, lalu pamit undur diri.
Delia yang nafsu makannya meningkat senang sekali mendengarnya. Dengan semangat 45 keduanya menuju kantin.
"Lumayan ini, jika nggak di terima bisa makan gratis" ujar teman pelamar Delia.
"Eh? Jangan gitu dong. Mudah-mudahan kita di terima ya" harap Delia, wanita itu hanya mengamini.
.
...💔💔💔💔...
.
Petugas HRD tiba di lantai 13. Segera dirinya berjalan menuju ruang CEO. Tiba di depan ruangan CEO, pria ini mengetuk pintu.
Tok tok tokk
"Masuk" ucap pria itu masih tetap fokus dengan layar di depannya.
HRD masuk dengan sopan "Selamat pagi Pak. Ini adalah berkas pelamar" ujarnya sambil menyodorkan berkas ke atas meja.
Pria itu langsung mengambil lembaran berkas tersebut, lalu membaca satu persatu. Tangannya terhenti saat melihat satu nama.
"Dia?" gumamnya.
"Ya pak! Ada masalah?" tanya petugas HRD bingung.
"Apakah benar wanita bernama Delia Marwa ini pernah ada Toko Kosmetik?" Pria itu agak speechless juga.
"Benar Pak. Awalnya saya juga ragu, karena jika Dia punya usaha kenapa harus melamar disini? Dan saya lihat saat searching tadi malam, ternyata Toko pusatnya terbakar" ucapnya menceritakan kronologi.
"Benarkah? Pusat? Berarti lumayan besar juga usahanya" Pria itu mengetuk-ngetukkan jari ke mejanya.
"Hem, Anda bilang waktu lowongan Manager marketing belum terisi, jadi masukkan saja wanita ini ke Manager marketing!" tuturnya.
"Ha?" petugas itu melongo.
HRD tentu terkejut, orang yang baru melamar tanpa review sudah bisa langsung dapat kerjaan. Memang status pelamar sebelumnya cukup bagus, tapi tidak bisa main terima saja tanpa bertatap muka. Mana jabatan juga tak main-main pula.
"Kenapa? Apa ada yang salah? Melihat dari pengalaman kerjanya... ralat. Bukan pengalaman, tapi Dia pernah menjadi Owner, jadi ini peluang kita." ujar pria itu.
"Baik Pak. Jadi bagaimana selanjutnya pak? Apakah tidak perlu wanita itu kesini?" tanyanya.
"Tidak perlu. Langsung antar Dia ke ruangannya!" perintahnya tanpa mau dibantah.
"Baik, permisi" petugas langsung keluar dari ruangan.
.
"Bagaimana mungkin? Bukankah suaminya kaya raya?" Ujar pria yang tak lain adalah Devano Alvin Wijaya itu.
Tak habis fikir karena wanita yang di ketahui adalah ipar nya itu, malah melamar kerja di perusahaannya. Sedangkan suami dari Delia punya perusahaan milik keluarga yang cukup besar juga.
💔
"Saudara Delia Marwa!" panggil HRD.
"Ya Pak" Delia beranjak mengangguk sopan.
"Anda di terima kerja disini sebagai Manager marketing. Mari saya antar ke Ruangan anda." ucapnya santai.
"Ha? Apa?! Kok bisa?" Delia melongo, bagaimana bisa belum review sudah di terima, mana jabatan luar biasa sekali.
Delia tak enak hati juga dengan pelamar yang lain yang menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Tentu aneh, mereka sama-sama datang mencari kerja, tapi Delia malah langsung dapat kerja tanpa di review. Beberapa dari mereka sudah mulai bisik-bisik karena iri.
"Ta-tapi Pak, saya belum review. Apakah Anda tidak salah?" Delia menolak percaya.
"Ini perintah langsung dari atasan!" balasnya.
"Baiklah" Delia hanya mampu mengiyakan saja meski masih dilanda kebingungan.
"Pasti ada main sehingga bisa dengan mudah dapat kerja, mana manager pula" ucap salah satu pelamar dengan bibir yang miring julid.
"Hust!!! Jangan asal bicara. Mungkin sudah rezeki nya" balas teman pelamar Delia yang pertama.
"Alah, mana ada begitu. Ini itu perusahaan raksasa, terkenal di eropa. Nggak mungkin bisa langsung dapat jabatan bagus tanpa ada review. Apa lagi nggak ada orang dalam" wanita ini masih tetap dengan tuduhan julidnya.
Begitulah jika manusia sudah dipenuhi iri dan dengki, padahal apa yang di tuduhkan belum tentu benar adanya.
.
"Hamil? bagaimana bisa kamu membawa wanita hamil di perusahaan ini Van?!" sentak paman Devan murka.
.
.
Jangan lupa like dan komentarnya🙏
,, semoga mereka berdua segera dpt karmanya 😔
mksh sudah sering baca🙏🤗