SEAN DAN SAFIRA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh satu
holaaaaa
akyu kambek nih, adakah yang rindu?
sumbang poin yaaa
happy reading
****
"Gimana kabar lo?" Adalah pertanyaan pertama Sean sesaat mereka memasuki Coffee Shop yang berada di depan gedung Bara Group.
Raga menyunggingkan senyuman terbaiknya. "Baik, Mas."
"Kapan pindah ke Jakarta?"
Raga mengesap sedikit kopi miliknya, lalu pandangannya beralih keluar jendela. "Beberapa bulan yang lalu." Matanya kembali menatap Sean. "Gue kangen Om sama Tante, apa kabar mereka?"
"Hm ... masih resek kayak dulu, nyokap masih cerewet dan suka mukul." Sean mengakhiri kalimatnya dengan kekehan pelan.
Raga tersenyum. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana cerewetnya Tante Olive, dan bagaimana jiwa muda Om Bagaskara saat mengajaknya bermain dulu. Raga juga masih ingat ketika mereka kecil, Tante Olive akan memukul mereka berdua kalau berkelahi.
"Jadi, Safira itu istri lo, Mas?"
Sean menghentikan gerakan tangannya pada cangkir kopi. Wajahnya sedikit menegang saat setiap kali ada yang menyebutkan kalau Safira adalah istrinya.
"Yaa, gitu," ucapnya seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Wah ... akhirnya seorang pemikat wanita tumbang juga," ledek Raga dengan tawa yang dapat didengar Sean. Lelaki itu pun hanya membalasnya dengan tawa kecil. "Gimana bisa? Setahu gue tipe cewek lo bukan Safira banget."
Sean menerawang kembali pada saat pertemuan pertamanya dengan Safira. Gadis itu memang bukan tipe nya, bahkan bisa dibilang sangat jauh dari tipe idealnya. Saat pertama kali melihat Safira bahkan ia tidak terpikir untuk benar-benar menikahinya.
Sean terkekeh pelan. "Emangnya tipe cewek gue kayak gimana?"
"Kayak Arrabella."
Sontak Sean menegang. Raga tahu tentang Bella, tentang kisah cinta mereka. Makanya Raga terlihat sangat terkejut saat mengetahui kalau Sean malah menikahi perempuan lain.
"Oh iya, gimana kabarnya dia?"
Sean melemparkan pandangan keluar jendela kemudian mengesap kopi miliknya. Mendengar nama Bella membuat dirinya merasa gugup sesaat.
"Baik." jawabnya singkat.
Raga mengangguk sejenak. "Gue gak terlalu ngikutin berita, jadi gak tahu kalo lo udah nikah. Selamat Mas buat pernikahan lo."
"Hm ... makasih."
***
"Kamu sama Raga udah kenal lama?"
Sean menganggukan kepalanya, lelaki itu masih fokus pada jalanan di depan sana. Wajahnya terlihat biasa saja dengan pertanyaan Safira barusan.
"Kalian temenan?" Untuk sesaat Sean terdiam dan hanya meliriknya.
"Sepupu," jawabnya santai.
"Loh, kok bisa?" Safira terkejut aneh, membuat Sean mendengus kesal dan mengalihkan pandangannya pada perempuan itu.
"Emangnya kenapa gak bisa? Pertanyaan lo aneh banget, sama kayak orangnya." jawabnya ketus
Sontak Safira merengut. "Bukan itu maksud saya, saya cuma bingung, kok kamu sama Raga sepupuan tapi saya gak tahu. Saya kenal semua sepupu kamu yang dateng ke nikahan kita, tapi aku gak lihat Raga," ujar Safira menjelaskan.
Ia pun merubah duduknya menjadi menghadap ke arah Sean. Terlihat sekali raut penasaran di wajahnya saat menunggu jawaban Sean.
"Emang apa untungnya kalo lo tahu?"
"Ih!" Safira mencebik kesal. "Saya kan cuma mau tahu!"
"Gak perlu tahu tentang keluarga gue, elo juga cuma bakalan bertahan selama delapan bulan di kelurga ini, jadi mending gak usah tau."
Hati Safira mencelos sakit, wajahnya memerah menahan rasa itu. "Jahat banget omongan kamu." Saat itu juga ia langsung merubah posisi duduknya dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Bisa tidak sih Sean menghargainya sebagai istri selama delapan bulan saja?
"Kalo kamu gak mau cerita, gak perlu bicara seperti itu," tambahnya.
Sean melirik perempuan itu sejenak, sebelum kemudian melemparkan ledekan. "Ciyeee ngambek ... ngambek mulu lo."
"Kata-kata kamu nyakitin saya."
"Yaelah, Fir, elo gak bisa becanda banget ya?"
"Kamu pikir itu bercandaan?" tanyanya galak.
Sean terkekeh. "Iya sorry-sorry."
Mudah sekali lelaki ini mengatakan maaf.
"Maaf, ya ... yaa ... yaa?" ujar Sean nyeleneh. Sebenarnya ia niat tidak sih minta maaf.
"Kalo gitu tiga buket bunga!"
Sontak Sean mengernyit. "Tiga?"
"Hm," Safira mengangguk.
"Kenapa tiga?" tanya Sean lagi yang tidak mengerti.
"Satu karena kamu udah buat saya nangis kemarin, dan dua untuk yang barusan."
Biar saja Sean kewalahan, siapa suruh membuatnya sakit hati. Biar tahu rasa!
"Kenapa bisa gitu? Terus buat apa bunganya banyak-banyak, nanti hari senin gue beliin lagi."
Safira mendelik tidak suka. "Kamu tuh banyak protes ya, masih tujuh bulan lagi kalo kamu mau protes, saya ini masih istri kamu sekarang. Jadi jangan kebanyakan ngeluh, gak bagus."
Tiba-tiba saja jantung Sean berdetak cepat. Jika tadi Raga yang berkata seperti itu, Sean masih bisa merasa biasa saja. Tapi entah kenapa saat Safira yang mengatakannya, debaran pada jantungnya terpompa sangat cepat.
Ini aneh.
Sean kembali melirik Safira yang terlihat cemberut di sampingnya. Tanpa disadari, dirinya tersenyum melihat raut ekspresi Safira yang seperti itu.
"Lagi juga, Raga itu kan karyawan saya. Wajar kalo saya ingin tahu tentang dia."
"Ya udah, elo tanya aja sama orangnya."
"Nggak sopan."
"Umur lo lebih tua dari dia. Jadi sopan-sopan aja kalo lo nanya sama dia."
Safira menoleh cepat, ia menyoroti Sean dengan tajam. Tak lama bibirnya mencebik membuat Sean tergelak di balik kemudi. "Ih ... ngeselin!"
"Oh ... mau ngambek lagi?" Sean meledeknya dengan tawa kecil.
"Nggak, siapa yang ngambek?" elak Safira yang malah membuat tawa lelaki itu semakin keras.
"Jangan ngambek, muka lo jelek kalo lagi ngambek."
"Iih," Safira kembali menggeram kesal. Benar-benar ya, Sean itu sangat menyebalkan. "Gak lucu!"
"Siapa juga yang ngelucu."
"Kamu."
"Gue sih emang lucu."
Kedua bola mata Safira berputar malas. "Pede banget, nyetir aja yang benar!"
Sean terkekeh geli. Ternyata selain meledek Safira, berdebat dengan perempuan itu sangat menyenangkan dan melihatnya memberengut dengan wajah cemberut seperti itu menjadi kepuasan tersendiri untuk dirinya. Sean menyadari satu hal, eksistensi Safira di kehidupannya memang membawa cerita baru yang menarik.
****
ramein donggsss, promosiin kek huhu biar yang baca sampe sejuta gituh haaha
like komen sama vote ya, terima kasih semuanya. semoga kita selalu sehat dan dilindungi dari segala penyakit yang sedang menyebar.
udah dihapus ya thor?
dimana kalau mau baca kisah mereka lagi...🥺
tp masih ada yg belum diubah itu thor.
hmmm fir fir.. mending kamu biarin jona sm diana. Klo sama medusa, Ga berasa canggung apa ya jdi satu keluarga sm mantan tmn tidur suami? 🙄
lagian knp jd ngurusin dia
otak dipke dong
Ga ada alesan bantuin atau apapun itu. Ingat sdh berumah tangga.
Lemah bgt jd cow, gmn mau ngelindungin anak istri
Bukan kyk sean yg plin plan
Dia begitu krn obsesinya sendiri.