Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.
Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.
Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!
Tingkatan kultivasi :
Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang
Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang
Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang
Purification Dao 1-7 Tahapan bintang
Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang
Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang
Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang
Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir
Origin Dao Awal - menengah - akhir
Heavenly Dao
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 3
Napas Mang Acheng perlahan stabil, meski tubuhnya masih dipenuhi luka yang perlahan menutup berkat pil penyembuh dan energi kegelapan pekat yang memenuhi Reruntuhan Raja Iblis.
Jantungnya berdetak lebih kuat, didorong oleh tekad baja untuk bertahan hidup dan menghancurkan musuh-musuhnya. Segel kuno yang menahan roh Raja Iblis Zhaar masih menyala redup di makam batu, namun Acheng tahu waktunya terbatas baik untuk melarikan diri dari tujuh tetua Sekte Bintang Darah yang pasti sudah memasuki reruntuhan, maupun sebelum Zhaar memecahkan segel itu.
Ia bangkit perlahan, menyapu darah kering dari sudut bibirnya. Matanya menyipit, menatap lorong-lorong gelap yang membentang di depannya. “Jika aku ingin hidup, aku harus jadi lebih kuat,” gumamnya, suaranya bergema di dinding batu yang dipenuhi ukiran dao kuno.
Energi kegelapan di reruntuhan ini begitu murni, beresonansi dengan elemen kegelapan dalam tubuhnya. Tempat ini adalah kesempatan langka untuk berkultivasi, dan Acheng tak akan menyia-nyiakannya.
Dengan langkah hati-hati, ia menjelajahi reruntuhan, nyala api hitam di telapak tangannya menerangi jalan.
Lorong-lorong itu penuh jebakan dao—lantai yang tiba-tiba amblas, panah energi yang melesat dari dinding, hingga ilusi yang mencoba menjerat pikirannya. Acheng menghancurkan jebakan dengan tebasan energi kegelapan, matanya tajam penuh fokus.
Setelah melewati labirin yang seolah tak berujung, ia tiba di sebuah ruangan luas dengan langit-langit tinggi, dihiasi kristal hitam yang memancarkan cahaya redup bagai bintang di malam kelam.
Di tengah ruangan, sebuah altar batu berdiri megah, di atasnya terdapat sebuah belati sepanjang 50 cm yang memancarkan aura menakjubkan. Bilahnya berwarna biru gelap, seolah menyerap cahaya di sekitarnya, dengan ornamen emas yang membentuk pola bintang-bintang berkilau.
ZING!
Belati itu bergetar saat Acheng mendekat, seolah mengakui keberadaannya. “Belati Dewa Bintang…” gumam Acheng, membaca ukiran dao kuno di altar.
Pusaka langit ini, menurut legenda yang ia dengar, adalah senjata yang ditempa dari inti bintang jatuh, mengandung kekuatan atribut bintang yang bisa memanipulasi energi kosmik.
Acheng menggenggam gagang belati itu, dan BOOM! gelombang energi kosmik meledak, mengguncang ruangan.
Tubuhnya bergetar saat aliran kekuatan bintang menyatu dengan elemen kegelapan dan apinya. “Senjata ini… sempurna,” bisiknya, matanya berkilat penuh harapan.
Selama ini, ia bertarung tanpa senjata khusus yang benar-benar kuat. Dengan Belati Dewa Bintang, ia bisa menggabungkan kekuatan kosmik bintang dengan kegelapan, membuka jalan menuju teknik-teknik baru yang jauh lebih dahsyat.
Namun, Acheng tahu belati ini saja tak cukup untuk menghadapi tujuh tetua atau Zhaar. Ia duduk bersila di depan altar, mengeluarkan Hati Naga Iblis dari cincin penyimpanannya.
Artefak itu, sebesar kepalan tangan, memancarkan aura kegelapan yang begitu pekat, seolah-olah naga kuno hidup di dalamnya. “Reruntuhan ini adalah tempat terbaik untuk menyerapmu,” gumam Acheng.
Energi kegelapan di sekitarnya begitu murni, menciptakan kondisi ideal untuk berkultivasi dan menyerap esensi Hati Naga. Acheng menempatkan Hati Naga di depannya, tangannya membentuk segel dao.
WHOOSH!
Energi kegelapan dari reruntuhan mulai mengalir ke tubuhnya, bercampur dengan esensi naga yang keluar dari artefak itu. Tubuhnya bergetar hebat, meridian-meridiannya membengkak saat energi murni membanjiri jiwanya.
Rasa sakit yang menyengat menusuk setiap inci tubuhnya, seolah tulang-tulangnya diremukkan dan dibentuk ulang. Acheng menggertakkan gigi, keringat bercampur darah menetes dari dahinya.
Hari pertama berlalu dalam keheningan, hanya diiringi energi yang berputar di sekitarnya. Acheng tenggelam dalam meditasi mendalam, memurnikan esensi Hati Naga dengan teknik Pemurnian Dao.
FWOOSH!
Api hitam menyala di sekitarnya, membakar kotoran dari energinya, membuatnya semakin murni. Di hari kedua, BOOM! auranya meledak, mengguncang altar. Kristal-kristal di langit-langit ruangan berkilau lebih terang, seolah merespons terobosannya.
Acheng membuka mata, cahaya kegelapan dan bintang berkilau di pupilnya. “Dao Venerable Bintang 6!” serunya, merasakan kekuatan baru yang mengalir di meridiannya. Namun, ia tak berhenti. Ia menyerap sisa esensi Hati Naga, mendorong batas-batas ranahnya.
CRACK!
Suara retakan terdengar dari dalam jiwanya, tanda bahwa dinding ranahnya mulai runtuh. Energi kosmik dari Belati Dewa Bintang turut mengalir, memperkuat fondasinya.
Pada malam kedua.
BOOM!
ledakan energi dahsyat mengguncang ruangan. Acheng berdiri, auranya kini jauh lebih kuat, seolah malam itu sendiri tunduk padanya. “Dao Venerable Bintang 7!” gumamnya, suaranya penuh keyakinan. Ia merasakan hukum kegelapan dan bintang di sekitarnya dengan kejelasan yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Tubuhnya telah pulih sepenuhnya, luka-lukanya lenyap, dan meridiannya kini lebih luas, mampu menampung energi dao yang jauh lebih besar. Ia bahkan merasakan pintu menuju Dao Ancestor sudah di depan mata, hanya selangkah lagi untuk menerobos.
ZING!
Acheng mengayunkan Belati Dewa Bintang, dan gelombang energi berbentuk sabit bintang melesat, menghancurkan dinding batu di dekatnya menjadi debu. “Dengan ini, aku punya kesempatan melawan mereka,” katanya, matanya berkilat penuh dendam saat memikirkan tujuh tetua Sekte Bintang Darah.
Namun, Suara retakan dari makam batu di ruang utama menginterupsi pikirannya. Segel kuno yang menahan Zhaar mulai melemah, dan aura mengerikan mulai bocor.
Di saat yang sama, BOOM! getaran kuat dari pintu masuk reruntuhan menandakan tujuh tetua sudah semakin dekat. Acheng mengepalkan belatinya, Hati Naga kini telah diserap sepenuhnya, meninggalkan kekuatan baru dalam dirinya. “Waktunya bergerak,” bisiknya, melangkah ke kegelapan dengan tekad membara.
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.