Setelah meninggal karena tenggelam saat menolong anak kecil, Nadra Elianora, gadis modern yang ceria dan blak-blakan, terbangun di dunia kuno dalam tubuh Li Yuanxin seorang gadis malang yang dibuang oleh tunangannya karena sang pria berselingkuh dengan adik tirinya.
Tersesat di hutan, Nadra membangun gubuk, hidup mandiri, dan menggunakan ilmu pengobatan yang ia kuasai. Saat menolong seekor makhluk terluka, ia tak tahu bahwa itu adalah Qiu Long, naga putih ilahi. Dari pertemuan konyol dan penuh adu mulut itu, tumbuh hubungan ajaib yang berujung pada kontrak suci antara manusia dan hewan ilahi.
Tanpa disadari, kekuatan dalam diri Nadra mulai bangkit kekuatan milik Sang Dewi Semesta, makhluk tertinggi yang jiwanya dulu dipecah ke berbagai zaman untuk menjaga keseimbangan dunia.
Kini, dengan kepintaran, kelucuan, dan keberaniannya, tak hanya menuntut balas atas pengkhianatan masa lalu, tapi juga menapaki takdir luar biasa yang menunggu: menyelamatkan dunia dan mengembalikan cahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Menjelang sore, mereka sampai di tepi desa. Rumah-rumah kayu sederhana berdiri berjajar, suara pasar terdengar ramai, aroma makanan tercium menggoda. Yuanxin berdiri di gerbang desa dengan pakaian putih sederhana, wajahnya bersih tapi memancarkan wibawa tak biasa. Orang-orang menoleh, beberapa sampai menunduk tanpa tahu kenapa.
“Energi ilahi masih menempel padamu,” bisik Feng Yan. “Mereka merasa tertekan tanpa tahu alasannya.”
“Kalau begitu,” katanya ringan, “aku akan menutupi auraku sedikit.”
Ia menepuk tongkat Phoenix-nya, lalu auranya melembut seperti cahaya sore yang hangat. Seketika, orang-orang berhenti gugup dan kembali ke aktivitas
Yuanxin berjalan ke sebuah kedai tua, memesan teh dan roti gandum. Pemilik kedai, seorang pria tua, tersenyum ramah.
“Perempuan muda, kau bukan orang sini, ya?”
“Benar, Paman,” jawab Yuanxin lembut. “Aku sedang dalam perjalanan pulang.”
dan pria itu pun mengerti lalu menyiapkan pesanan Qiu LongLi Yuanxin"
Feng Yan menatap Yuanxin. “lebih baik setelah ini kita menggunakan teleportasi saja agar kita cepat sampai dan kau bisa istirahat"
Yuanxin mengangguk. “Ya. Aku mengerti, kau tenang saja "
Feng Yan si Phoenix dan Qiu Long si naga mendesah, tapi tak menentang. Ia tahu tekad Yuanxin tak bisa digoyahkan.
“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi sebelum itu, kau harus istirahat. Kau belum sepenuhnya menstabilkan energi dua jiwa.”
“Ya, ya,” jawab Yuanxin sambil duduk di beranda. “kalian ini seperti ibu-ibu yang khawatir anaknya lupa pakai selimut.”
Lan’er tertawa keras. “Iya! Feng Yan memang kayak ibu-ibu galak!”
Qiu Long menatapnya tajam sedang kan Feng Yan menjawab kesal. “Aku Phoenix, bukan pengasuh—”
“Sudah-sudah,” potong Yuanxin sambil tertawa kecil. “Kalau kalian terus bertengkar, aku pasangkan saja jadi penjaga pintu kanan dan kiri.”
Keduanya langsung diam.
Qiu Long hanya menggeleng pelan. “Kau sungguh menikmati membuat mereka panik.”
“Tentu,” Yuanxin tersenyum lebar. “Hidup harus seimbang antara perang dan tawa.”
Tengah malam, Yuanxin duduk di depan kolam kecil di taman herbal ruang di mensinya. Bulan perak menggantung tinggi, memantulkan wajahnya di air.
Tiba-tiba, air bergetar pelan sebuah simbol muncul di permukaan, tanda bayangan dari Dunia Gelap.
Yuanxin memicingkan mata. “Mereka datang lebih cepat dari dugaanku.”
Bayangan itu berwujud seperti kabut hitam dengan mata merah. Ia mengeluarkan desisan panjang.
“Reinkarnasi... kau pikir bisa melarikan diri dari takdir?”
Yuanxin berdiri, auranya memancar lembut tapi tajam. “Aku tidak pernah melarikan diri. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk membalikkan takdir.”
Dengan satu gerakan tangan, cahaya emas dan hitam menyatu, membentuk lingkaran pelindung. Roh jahat itu menjerit dan menghilang dalam sekejap.
Feng Yan yang mendengar suara ledakan, bersiap menyerang. “Apa itu tadi?”
“Bayangan utusan Dunia Gelap,” jawab Yuanxin pelan. “Mereka sudah mulai mencari bagian jiwa yang lain.”
“Lalu apa rencanamu?”
Yuanxin menatap bulan, suaranya tenang tapi penuh keyakinan.
“Besok, kita berangkat ke ibu kota. Sudah waktunya dunia tahu, Dewi Semesta tidak mati hanya sedang menulis ulang sejarahnya.”
Lan’er menatap tuannya dengan kagum. “Kau selalu terdengar keren di akhir percakapan, nona”
Yuanxin terkekeh. “Itu karena aku tahu, setiap akhir... selalu jadi awal untuk sesuatu yang lebih besar.”
Angin malam berhembus, membawa aroma bunga liar dan energi sihir yang samar. Di bawah sinar bulan, Yuanxin berdiri di depan rumah barunya, matanya berkilau dua warna emas dan hitam menandakan dua kekuatan besar kini hidup dalam satu jiwa.
Dan di kejauhan, di ibu kota, seseorang di dalam istana bersin pelan.
“Kenapa tiba-tiba merasa tidak tenang...” gumam Feng Zihan.
Yuanxin tersenyum tipis dari kejauhan, seolah mendengar kata itu.
“Karena waktunya sudah dekat, Zihan. Waktunya kau belajar arti ketakutan yang sebenarnya.”
Bersambung
saatnya sekarang tinggal menunggu balasan yang setimpal.
sultan itu bebas melakukan apapun bukan /Facepalm/