NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Reno menatap tubuh Shanaya yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Kelopak matanya terpejam, wajahnya pucat, dan selimut putih membungkus tubuh rapuhnya. Penyesalan menyesak di dada Reno, ia terlambat menyelamatkan wanita yang dicintainya. Yang lebih menyakitkan, penyebab penderitaan Shanaya adalah anak buahnya sendiri.

“Shanaya... maaf, sayang,” bisiknya lirih. Tangannya terulur, membelai lembut rambut Shanaya dan menyingkirkan helainya dari wajah sang istri.

Namun, ia tak bisa leluasa menunjukkan perhatiannya. Di sofa besar di dalam ruang rawat bangsal VVIP, Sadewa duduk dengan tenang. Wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi, namun matanya tajam mengawasi Reno.

“Kamu pulang saja. Dia istriku, aku akan bertanggung jawab,” ucap Reno tanpa basa-basi, nada suaranya mengusir.

Sadewa tampak hendak berdiri, namun niatnya terhenti. Ada bagian dari dirinya yang belum rela pergi.

“Aku yang menolongnya,” jawabnya singkat.

Reno menatapnya dengan pandangan menilai. “Kamu mau imbalan? Uang? Akan aku berikan.”

Sadewa menatap Reno dengan sorot dingin. “Apa aku terlihat seperti orang kekurangan?”

Reno mengepalkan tangan. “Lalu, kamu mau apa? Jangan berharap apa pun. Shanaya tidak akan pernah melihatmu karena hatinya hanya untukku.”

Sadewa hanya mendengus pelan. Sebuah tawa dingin tanpa suara. Ia memejamkan mata sejenak dan menyilangkan tangan di dada, membuat Reno makin geram.

Reno melangkah maju, berniat menarik Sadewa keluar. Namun, gerakannya terhenti ketika tubuh Shanaya menunjukkan sedikit gerakan. Jemari halus itu bergerak pelan, dan kelopak matanya perlahan terbuka.

“Sayang, Shanaya... kamu sudah bangun,” ucap Reno panik namun penuh perhatian. Ia segera mendekat, tangannya terulur hendak menyentuh wajah Shanaya.

Namun Shanaya menepis tangan itu dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Tatapannya tajam, dingin, penuh luka.

“Jangan lakukan sesuatu yang membuatku makin jijik,” desisnya.

“Shanaya, aku mohon... mari kita akhiri pertengkaran ini. Aku gak mau terus seperti ini,” ucap Reno lirih, mencoba meredam gejolak.

Shanaya tertawa kecil, getir. “Sampai di titik ini, kenapa kamu masih begitu tidak tahu malu, Reno?”

Reno menarik napas dalam-dalam, menahan diri agar tak terpancing emosi. Ia mencoba kembali menjadi pria yang dulu, pria yang Shanaya cintai. Tujuannya hanya satu, mengembalikan Shanaya ke sisinya, sebagai istri dan sekretarisnya.

“Baiklah... aku minta maaf. Aku janji, aku akan memperbaiki semuanya.”

Shanaya menatapnya tajam, lalu menggeleng pelan. “Kaca yang retak tidak bisa diperbaiki begitu saja. Bahkan jika bisa, tetap akan terlihat goresannya.”

“Aku tahu,” sahut Reno cepat. “Tapi kali ini aku benar-benar serius. Kita mulai dari awal. Shanaya... kartu janji yang aku berikan, masih kamu simpan, kan? Aku ingin memakainya. Ini akan jadi terakhir kalinya. Aku ingin kita seperti dulu.”

Shanaya menghela napas, lalu mendengus sinis. “Apa kamu lupa... saat kamu mengurungku di rumah itu?”

Reno terdiam. Wajahnya menegang, tatapannya kosong, seolah berusaha menggali kembali ingatan pahit itu. Seketika tubuhnya tampak dingin.

“Kartu itu sudah invalid,” ucap Shanaya datar. “Meski tersisa empat lagi, kamu sendiri yang tidak menginginkannya. Kamu yang menolak kepercayaanku, bukan aku.”

Reno terdiam. Kata-kata Shanaya menusuk lebih dalam daripada pisau mana pun. Ia menatap wajah lemah itu, wajah yang dulu selalu tersenyum padanya. Kini hanya ada dingin, luka, dan ketegaran yang tak bisa ia tembus.

“Shanaya… tolong. Aku tahu aku salah. Tapi aku masih cinta sama kamu. Bahkan waktu kamu marah, dingin, rasa itu nggak pernah hilang,” ucap Reno, suaranya bergetar, nyaris pecah.

Shanaya mendongak, menatap langit-langit, mencoba menahan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya. “Kamu tahu apa yang lebih nyakitin daripada dihancurin orang asing, Reno?”

Reno menunduk, diam. Nafasnya berat, tapi dia nggak sanggup menjawab.

“Dihancurin sama orang yang katanya cinta,” lanjut Shanaya pelan. “Kamu nggak pernah sadar apa salahmu. Selalu aku yang disalahin. Aku diem aja waktu ibumu terus-terusan hina aku. Aku nggak pernah maksa kamu ngakuin aku sebagai istri sah kamu. Tapi satu hal yang nggak akan pernah bisa aku maafin, perselingkuhan. Sekeras apa pun kamu mohon, bahkan kalau kamu sujud di kakiku sekalipun, aku nggak akan bisa nerima kamu lagi.”

“Aku khilaf, aku salah. Tapi aku mau benerin semuanya. Sekarang aku di sini, aku mau kita mulai dari nol, sayang…”

Reno coba menyentuh tangannya, tapi Shanaya langsung menariknya menjauh.

“Jangan panggil aku ‘sayang’. Aku udah bukan milikmu lagi.”

“Shanaya…”

“Cinta kamu itu racun, Reno. Aku nggak mau sembuh cuma buat disakitin lagi sama orang yang sama.”

Hening. Udara di ruangan itu terasa berat. Reno mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Matanya berkaca-kaca, tapi dia berusaha tetap tegar.

“Aku masih suamimu…”

“Sebentar lagi nggak!” suara Shanaya tajam, penuh amarah. “Lebih baik kamu cepat urus perceraian itu. Kalau nggak, aku sendiri yang bakal laporin kamu dan Malika ke polisi.”

Reno membeku. Bukan karena tidak bisa menjawab, tapi lebih karena bingung. “Malika? Kenapa harus bawa-bawa dia?”

Shanaya menatapnya lurus-lurus, matanya sudah tidak sekadar terluka—ia hancur. “Aku tahu kamu suka sama dia. Sekarang kamu bisa bebas, bisa sama dia. Aku nggak akan mempermasalahkan dua orang yang kalian suruh buat ngancurin aku. Tapi satu hal, cepat selesaikan urusan perceraian ini."

“Apa hubungannya sama Malika?” suara Reno meninggi, bukan marah, tapi frustrasi.

Shanaya tertawa kecil, sinis. “Kamu masih tanya? Ah iya, kamu selalu anggap Malika itu orang baik, polos. Tapi kamu harus tahu, Reno… apa yang terjadi padaku hari ini, semua itu atas keinginan kamu dan dia.”

“Aku nggak nyuruh siapa-siapa buat nyakitin kamu! Aku cuma minta mereka cari kamu dan bawa kamu pulang! Yang terjadi tadi di luar kendali aku, Shanaya!”

Shanaya menatapnya lekat-lekat, lalu menghela napas. “Kamu tahu sekarang apa yang tertulis di dahimu?” Ia diam sejenak, lalu menatap Reno tajam. “PEMBOHONG.”

“Pergi.” Suaranya rendah, tapi penuh tekanan.

“Nggak! Aku nggak mau pergi!” tolak Reno.

“Aku serius, Reno! Kalau kamu nggak keluar sekarang, aku benar-benar akan laporin kamu!” ancam Shanaya dengan gemetar.

Reno tahu, Shanaya sudah berada di batasnya. Sekuat apapun dia mencoba membujuk, sekarang bukan saatnya. Ia harus tahu kebenarannya, langsung dari Malika.

Namun sebelum keluar, Reno menatap Shanaya sekali lagi dan berkata, “Aku akan bawa Malika ke sini. Biar semuanya jelas.”

“Pergi!” teriak Shanaya, kali ini lebih keras, penuh luka.

Reno akhirnya berbalik dan meninggalkan ruangan itu, pintu tertutup dengan suara keras.

Beberapa detik kemudian, saat Shanaya hampir menghirup udara lega, ia mendengar suara sangat familiar di dalam ruangan ini.

“Apa kamu nggak bisa sedikit lebih lembut?”

1
Chacha
alhamdulillah...akhirnya yg di nanti" up jg kak💖❤
iqbal nasution
teruss
Chacha
waowwww...apa yg akn terjadi selanjutnya di antara mereka??
Chacha: hrus tutup mata ini mahhh😎
Hayurapuji: mungkin anu kak
total 2 replies
Chacha
semangat Sadewa...kamu pasti bisa, jgn menyerah ya💪
Chacha: siappp menunggu kelanjutan perjuangan si Komodo nichhh😂
Hayurapuji: si komodo, mau berjuang, kita lihat seperti apa, hahhaha
total 2 replies
Chacha
duhhh...reno dtang, apakah dewa akn berubah pikiran
Chacha
nah lohhh...duh shanaya sprti nya akn ada yg makin dingin nichhh auranya...
Chacha
tuhh kan...bru hari pertama dah bikin jagung ga baik" az...sabar mu hrus seluas samudra ya shanaya...semangat 🤗🤗
Chacha
semangat ya shanaya...semoga ga darah tinggi ngadepin bos mong kodomo mu😂😂😂
Chacha
semangat sahanaya...semoga bisa cpet lepas dri reno...n menjalani hidup kedepannya lebih baik lgi💪💪
Chacha: sama-sama kak🤗
Hayurapuji: harus, ini. terimakasih kakak
total 2 replies
Chacha
berharap Sadewa yg akn menolong shanaya
Eca Elsa Srilya
ceritanya bagus bangett, jangan lupa mampir di karya aku yaa "ASI untuk CEO Manja"
mommy Fadillah
cerita nya menarik kak👍
css
Sadewa cemburu dg Arya🤣
Hayurapuji: cemburu sama asisten sendiri, kyak bakal jadi. protektif ya kak 🤣
total 1 replies
css
next 💪💪💪
knp update nya Arsen buk bgt y🫢🫢🫢
Sadewa JD anak tiri 🤔
Hayurapuji: biar cepet tamat dan fokus dimari kak hehehhe
total 1 replies
css
next kakak, tak tunggu karyaMu 💪
Hayurapuji: siap kakak terimakasih
total 1 replies
Nunung Nurhayati
bagus aku suka
Hayurapuji: terimakasih kakak, ditunggu ya updatenya
total 1 replies
Nunung Nurhayati
lanjutkan kakak aku suka novel mu
css
next 💪
Miss haluu🌹
Apa jangan-jangan emg si Reno kampret mandul??🤔
Miss haluu🌹
Suruh aja calon mantu barumu itu, Bue😐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!