NovelToon NovelToon
Senjakala Di Madangkara Dalam Kisah Mengais Suka Diatas Luka

Senjakala Di Madangkara Dalam Kisah Mengais Suka Diatas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Action / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:96
Nilai: 5
Nama Author: Eric Leonadus

Setelah mengusir Arya Widura dari Madangkara, Permadi dan Shakila menjadi orang kepercayaan Prabu Wanapati. Hubungan Dewi Garnis dan Widura pun kandas. Akan tetapi, Widura bersumpah, tidak akan pernah berhenti membongkar kedok Permadi dan Shakila sebagai orang Kuntala. Dewi Garnis dan Raden Bentar berjanji untuk membersihkan nama baik Widura.

Ternyata, bukan hanya Widura saja yang tahu identitas Permadi dan Shakila, ada orang lain lagi, seorang laki-laki misterius yang selalu mengenakan cadar hitam. Lewat si cadar hitam, Bentar dan Garnis mendapatkan kebenaran tentang siapa Permadi dan Shakila itu. Mereka adalah orang-orang licik yang berusaha untuk menggulingkan Kerajaan Madangkara dan mengembalikan kejayaan Kerajaan Kuntala. Menghadapi orang seperti mereka tidak bisa menggunakan kekerasan akan tetapi, harus menggunakan siasat jitu. Berhasilkah Bentar dan Garnis membongkar kedok mereka ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Babak Kedelapan Belas

# 18

Shakila menoleh, seorang pria berkulit hitam dan berwajah bopeng tersenyum nakal. Gadis Hindustan itu merasa risih dan jijik sekali, ia sangat menjunjung tinggi harga diri dan kehormatannya sebagai seorang wanita, tak sembarangan orang boleh menyentuh tubuhnya... jangankan tubuh, menyentuh sedikit pakaiannya ia anggap sebagai pelecehan. Dengan gusar, ia mencengkeram tangan pria bopeng itu dan meremasnya keras – keras lalu dengan gerakan yang susah diikuti oleh mata, tubuhnya bergerak cepat sekali dan tahu – tahu pria bopeng itu jatuh terbanting dan meringis kesakitan, “Tolong jaga sikapmu, tuan !” ujar Shakila ketus sementara kaki kanannya bergerak menendang perut pria bopeng itu, “Jangan salahkan aku kejam !”

Tendangan Shakila sekilas hanya tampak seperti tendangan biasa, namun, mampu mendorong tubuh pria bopeng itu ke belakang beberapa inchi. Wajahnya merah padam, matanya nyalang menatap ke arah sekawanan berandal itu. “Kak, kita tak perlu pindah tempat, lebih baik kita usir saja mereka dari sini. Tindakan mereka benar – benar membuatku geram !”

Garnis yang menyaksikan itu tersenyum simpul, “Baiklah, siapa takut ! Aku hanya tidak ingin membuang – buang tenaga untuk memberi pelajaran pada mereka,”

“Kalian telah melukai salah seorang teman kami, apakah kalian tidak tahu siapa kami ?” ujar pria berjambang itu.

“Aku tidak peduli siapa kalian. Yang jelas, kalian telah membuat kenyamanan kami terganggu. Jangan salahkan kami bila bertindak kejam !” sahut Shakila.

“Kurang ajar ! Anak – anak, serang mereka !!”

Kesembilan orang itu segera mencabut senjatanya masing – masing dan bergerak menyerang Dewi Garnis dan Shakila yang sudah memasang kuda – kuda. Dewi Garnis berhadapan dengan 5 orang dengan tangan kosong sementara, Shakila sudah mencabut kipas bambu kuningnya untuk menangkis pedang 4 orang yang datang bertubi – tubi.

Sekalipun kipas Shakila hanya terbuat dari bambu kuning yang tipis, namun, di tangan pemiliknya, kipas itu merupakan sebuah senjata yang mematikan. Saat kipas itu terayun, menimbulkan suara suitan, saat kipas itu beradu dengan pedang, menimbulkan suara dentingan yang cukup keras dan memekakkan telinga. Tubuh Shakila bergerak kesana – kemari, menghindar atau menangkis sabetan dan tusukan pedang, gerakannya luwes dan cukup indah terkadang membingungkan para penyerangnya. Belum lagi gerakan kipasnya yang mampu memecah perhatian lawan. Sesekali Shakila melemparkannya ke udara, sesekali pula berputar – putar sambil bergerak menyambar tubuh lawan yang berada tidak jauh dari tempat Shakila berdiri. 2 orang berhasil dirobohkan, itu membuat 2 yang lain terkejut dan terpaku.

Di sisi lain, Garnis juga berhasil merobohkan 3 penyerangnya, kini yang tersisa tinggal 4 orang termasuk pemimpin kawanan berandal itu. 6 orang sudah roboh, itu sama sekali di luar dugaan.

“Kalian semua mundurlah !” terdengar suara menggema, suara itu berasal dari rimbunan pepohonan pinus yang tumbuh berjajar di tepian sungai. Bersamaan dengan itu sebuah bayangan berkelebat dan berdiri di hadapan Garnis dan Shakila. Dia adalah seorang pria paruh baya, mengenakan baju abu – abu, bertubuh tinggi kurus sementara sepasang bola matanya menatap tajam ke arah 4 orang yang berdiri beberapa tombak di samping kanannya, perlahan – lahan beralih ke arah 2 wanita cantik di hadapannya.

“Hm, selama 3 tahun ini, belum pernah ada ceritanya 10 ELANG KARANG PARA dikalahkan oleh 2 orang gadis muda dan cantik,” kata orang itu dengan suara berat.

“Terpaksa kami lakukan karena mereka telah mengganggu waktu istirahat kami,” sahut Garnis, “Mungkin mereka tidak tahu dengan siapa berhadapan,”

“Gadis sombong, siapa sebenarnya kau dan apa maksudmu datang ke tempat ini ?”

“Maaf, tuan... kami sebenarnya hendak melepas lelah di tempat ini, tapi, mendadak anak buahmu itu datang dan mengacaukan segala – galanya. Mengenai hendak kemana kami pergi, mohon maaf, kami tidak dapat memberitahu,” ujar Garnis.

“Ini adalah wilayahku ...

“Maaf, tuan... setahu saya tidak seorang pun memiliki wilayah kecuali dia Raja. Dan, daerah Karang Para ini adalah merupakan salah satu bagian dari wilayah Madangkara. Mengapa tuan mengatakan ini adalah wilayahmu ? Apa Tuan berniat melepaskan diri dari kerajaan Madangkara ?” potong Shakila.

“Tutup mulutmu, wanita asing. Aku tidak peduli kalian itu siapa dan berasal dari mana, yang jelas kalian telah melukai anak buahku, maka ...”

“Kau tidak terima ? Kau ingin membalas kekalahan anak buahmu yang tidak becus itu ? Boleh... boleh saja. Tapi, karena kami masih ada tugas yang harus diselesaikan, mohon maaf, kami tidak bisa melayanimu,” ujar Shakila.

Ucapan Shakila ini membuat telinga pria paruh baya itu memerah, “Kurang ajar, tampaknya kalian harus diberi pelajaran tentang tata krama,”

“Sudahlah, Pak Tua... kami tak ada waktu untuk melayanimu. Shakila mari kita pergi dari sini. Kita sudah terlalu banyak membuang – buang waktu di tempat ini,” ajak Garnis sambil menarik lengan Shakila dan hendak melompat ke punggung kudanya. Akan tetapi, entah apa yang menyebabkan dua binatang itu meringkik keras dan lari tak terkendali.

Wajah Garnis merah padam, ia menoleh ke arah pria paruh baya yang kini tersenyum dingin, “Tanpa kuda, bagaimana kalian akan melanjutkan perjalanan, ha ?”

“Baiklah, kali ini kau benar – benar membuatku gusar, Pak Tua. Terima ini !”

Setelah berkata demikian Garnis mengayunkan tangan kanannya, beberapa berkas cahaya berwarna hitam meluncur ke arah laki – laki itu.

“SSIINNGG !!”

Laki – laki itu terkejut, ia sama sekali tidak menduga datangnya serangan itu, dengan gerakan setengah putus asa berkelit ke samping kanan, kiri dan melompat mundur. Ia berhasil menghindari serangan itu, namun, itu harus ditebus dengan kematian dua orang anak buahnya yang berdiri tak jauh dari situ. Pada leher dan dada mereka, tertancap sebuah senjata berbentuk bintang terbuat dari besi berwarna hitam legam. Senjata rahasia khas milik Dewi Garnis. Puteri angkat Brama Kumbara itu telah melontarkan jurus bintang besi, hanya orang – orang tertentu saja yang bisa menghalau serangan tersebut.

Sebenarnya, Dewi Garnis jarang sekali membunuh lawannya dengan Jurus Bintang Besi, akan tetapi, semenjak Si Cadar Hitam mengungkap jati diri Permadi dan Shakila, amarahnya meledak – ledak, tak terkendali. Itu semua karena suasana hatinya yang tidak menentu, merasa dipermainkan oleh semua orang yang pernah singgah di dalam hatinya : Widura, Raspati dan terakhir Permadi. Kini Widura menghilang entah kemana, padahal justru di saat – saat seperti inilah ia benar – benar merasa kehilangan. Ditambah lagi dengan perlakuan kesepuluh berandal ELANG KARANG PARA, semua itu membuatnya lepas kendali.

Di pihak Shakila, ia baru menyadari bahwa Dewi Garnis yang lemah lembut itu ternyata bisa berubah menjadi gadis yang emosional. Ia mulai merasa tidak nyaman berada di dekatnya. Tapi, demi melaksanakan kehendak Ayahnya : Hanggaraksa ( bekas Menteri Kanuruhan kerajaan KUNTALA ) , ia mencoba untuk bersikap biasa – biasa saja.

“Kurang ajar !” pria itu mengumpat, tapi selagi belum selesai menutup mulutnya, kembali seberkas cahaya hitam menyambar, kali ini mengarah ke tenggorokan. Reflek orang itu mengangkat tangan kanannya bermaksud hendak menangkap serangan gelap itu, tapi, malah tangannya terluka cukup parah. Darah menyembur keluar, nyeri dan pedih, buru – buru ia merobek sebagian bajunya dan diikatkan pada lukanya itu. Hanya sebentar saja ia menarik nafas, tahu – tahu sesosok bayangan berkelebat dan menyerangnya dengan gencar. Pria itu mundur dengan cara bersalto beberapa kali, setelah dirasa aman barulah ia berhenti dan seorang wanita bertubuh ramping sudah berdiri di hadapannya. Dialah Dewi Garnis.

..._____ bersambung _____...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!