Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Temani Aku Tidur.
Seharian setelah bekerja, Aiden mengajak Amira kencan. Aiden bahkan mengajaknya berbelanja barang-barang mewah, dan makan di tempat yang mewah.
"Terima kasih, Pak Aiden. Hari ini saya menikmati waktu bersama anda. Dan untuk semua ini saya sangat berterima kasih, " ujar Amira.
"Saya senang, jika kamu menyukainya. Saya hanya ingin yang terbaik buat kamu. Besok, kamu harus tampil lebih cantik dari pengantin wanita, " balas Aiden.
Amira tersenyum. "Tentu saja, Pak."
"Tapi, apakah panggilan 'Pak' itu terlalu sedikit... Yah, kamu tahulah. Sekarang kita kan udah jadian dan akan segera menikah. Lagi pula ini bukan di kantor jadi... "
"Sayang? " sela Amira memotong ucapan Aiden.
"Bagaimana dengan panggilan Sayang? Apa anda menyukainya? " sambungnya.
Wajah Aiden tiba-tiba memerah dan ia terdiam membisu mendengar ucapan sayang yang dilontarkan oleh Amira.
"Apa itu terlalu tidak sopan? " tanya Amira lagi dengan tidak enak hati.
"Tidak! Sama sekali tidak. Saya suka, Sayang? " sahut Aiden dengan malu-malu.
Amira pun tersenyum.
Drrrttt... Drrrttt... Drrrttt
Amira merogoh tas kecilnya untuk mengambil ponsel miliknya yang berdering. Amira melihat siapa yang menelpon. Wajahnya berubah menjadi sedikit gelisah.
"Maaf, saya akan telepon dulu, " ucap Amira sambil pergi menjauh dari Aiden.
Aiden hanya menatap Amira dari kejauhan dengan hati yang berbunga-bunga. Sungguh hatinya meleleh dengan perlakuan Amira.
Sementara Amira saat ini sedang mengobrol sedikit berbisik ditelepon. Entah apa yang ia bicarakan sampai takut terdengar oleh Aiden.
"Baiklah. Saya mengerti, " ucap Amira segera memutuskan teleponnya.
Amira kembali menghampiri Aiden yang masih setia menunggunya.
"Ada apa? " tanya Aiden.
"Tidak ada apa-apa. Cuma soal pekerjaan, " balas Amira beralasan.
Aiden hanya mengangguk paham. "Mau pulang sekarang? "
"Iyah. Saya juga sudah capek. Ingin segera istirahat untuk menyambut hari esok, " balas Amira.
Lantas Aiden pun dengan senang hati mengantar Amira pulang bahkan sampai ke depan pintu lobi apartemen.
"Terima kasih, untuk hari ini."
"Sama-sama. Masuklah dan istirahat. "
Amira tersenyum dan hendak masuk tetapi tiba-tiba saja Aiden menarik tangan Amira dan memberinya pelukan hangat.
"Jangan bekerja terlalu keras. Setelah menikah, saya berjanji tidak akan membuatmu lelah atau capek. Saya akan melakukan apapun untuk kamu, " bisik Aiden.
Sejenak Amira memang bahagia merasakan ketulusan Aiden. Namun, walau bagaimanapun juga, ia tidak bisa meraih cinta yang sudah diberikannya kepada Elvaro. Amira memang sedikit merasa bersalah karena memanfaatkan ketulusan Aiden. Tetapi, ia juga tidak mau kehilangan Elvaro.
"Iyah. Kalau begitu saya masuk dulu dan istirahat. Kamu juga harus pulang dan istirahat, " balas Amira sambil melepaskan pelukan Aiden.
"Sampai ketemu besok. "
"Iyah."
Amira pun kini masuk dan pergi meninggalkan Aiden yang masih berdiri memperhatikan dirinya di depan pintu lobi apartemen sampai akhirnya Amira hilang dari pandangannya.
"Aku sangat mencintaimu, Amira. " Gumam Aiden.
***
Elvaro baru saja kembali ke rumah. Ia duduk di meja makan dan mengambil segelas air. Karena malam sudah larut, jadi semua orang sudah tidur. Hanya Anya yang masih terjaga karena khawatir dengan Elvaro.
Anya menghampiri Elvaro.
"Larut banget pulangnya. Apa anda sudah makan malam?" tanya Anya.
"Kamu belum tidur?" sahut Elvaro malah bertanya balik.
"Saya tidak bisa tidur."
"Oohh"
Kruuuukkkk~
Suara perut Elvaro bergema karena lapar sampai terdengar oleh Anya. Elvaro memang belum sempat makan malam setelah makan siang bakso bersama Anya siang tadi.
Anya tertawa kecil mendengar perut keroncongan Elvaro.
"Saya terlalu sibuk, jadi belum sempat makan malam, " ujar Elvaro.
"Yasudah. Saya buatkan kamu sesuatu. Tunggu sebentar! "
Anya pergi ke dapur untuk memasak sesuatu. Ia membuka kulkas dan memeriksa ada bahan apa saja di kulkas. Anya memutuskan untuk membuat hidangan yang simple namun enak. Jadi, ia membuat nasi goreng selimut.
Tidak butuh waktu lama, hidangan itu pun jadi. Aromanya membuat Elvaro tidak sabar untuk memakannya.
Elvaro mencobanya satu suapan besar dan rasanya memang sangat enak. Anya memang pandai dalam memasak. Masakan sederhana itu bisa jadi seenak hotel bintang lima.
"Mmm... Enak sekali."
Elvaro memakan hidangan nasi goreng selimut buatan Amira dengan begitu lahap.
"Pelan-pelan, nanti tersedak."
Anya menuangkan segelas air untuk Elvaro.
Tanpa mereka sadari, Dita memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia terbangun karena mencium wangi nasi goreng buatan Anya. Dan tidak disangka ia malah melihat kedekatan Anya dan Elvaro yang begitu baik. Membuat Dita bahagia dan juga tenang melihat mereka seperti itu.
"Bagaimana kabar Ibu?" tanya Elvaro.
"Ibu sudah membaik. Sekarang dia sudah tidur."
"Baguslah kalau begitu."
Elvaro melanjutkan makannya sampai habis. Dan meneguk air putih yang disajikan Anya.
Sementara Anya menatap Elvaro dengan aneh. Menyadari tatapan Anya Elvaro segera bertanya.
"Ada apa?"
"Semuanya baik-baik saja, kan?"
Elvaro kembali menatap Anya mendapatkan pertanyaan itu darinya.
"Yah. Semua baik-baik saja. Kenapa?"
"Syukurlah, kalau tidak ada apa-apa. Sudah mala, saya tidur dulu. Selamat malam! "
Anya malah pergi dan meninggalkan Elvaro dalam pertanyaannya.
"Dia kenapa sih?" gumam Elvaro sambil beranjak bangun dari duduknya dan pergi ke kamarnya.
Sebelum tidur, Elvaro mandi dan dengan air hangat untuk membersihkan diri dari keringat.
Elvaro sedikit cemas dan gelisah karena serangan ke empat orang bertopeng siang tadi. Ia khawatir kalau yang mereka tuju dalam penyerangan itu bukanlah dia, tetapi Anya. Walaupun Anya pandai dalam ilmu bela diri, ia tetap tidak bisa tenang sebelum tahu siapa dalang dibalik semua ini.
Tok... Tok... Tok...
Anya datang ke kamar Elvaro membawakan dia teh hijau supaya tidur nyenyak.
"Ada apa?"
"Ini, minumlah. Besok adalah hari pernikahan kita. Jadi, kamu harus tidur dengan nyenyak. "
Anya menyodorkan secangkir teh hijau itu di depan pintu dan tidak masuk ke kamarnya.
"Kenapa tiba-tiba kamu begitu baik kepada saya? Apakah kamu sudah mulai menyukai saya? " tanya Elvaro.
"Jangan geer. Saya cuma membalas kebaikan anda untuk keluarga saya, itu saja, " balas Anya.
"Ambilah! " sambungnya.
Elvaro tersenyum. Anya pikir ia akan mengambil secangkir teh hijau yang ada di tangannya. Tetapi, Elvaro malah menarik tangannya masuk kedalam kamar.
"Kamu sedang apa?"
"Ssttt... "
Elvaro mengambil secangkir teh hijau itu dan menaruhnya di atas meja.
"Lagi pula besok kita akan menikah. Tidak apa kan jika kita tidur bersama malam ini, " bisik Elvaro.
"Anda jangan macam-macam dengan saya. Jangan karena saya baik kepada anda. Anda bisa seenaknya kepada saya, " gerutu Anya.
"Tidak macam-macam, kok! Serius cuma tidur bareng saja. Tidak lebih dari itu. Sumpah!"
Anya menatap Elvaro dengan curiga. Walau bagaimanapun juga ia tidak bisa mempercayai hasrat Elvaro yang tinggi.
"Nggak nggak!"
Anya ingin menolak lebih keras lagi. Tetapi Elvaro menarik tubuh Anya sampai duduk di kasur. Elvaro menatap Anya tegas dan memegang kuat kedua lengannya.
"Percaya sama saya! Kamu cuma nemenin saya tidur. Saya tidak akan melakukan apa-apa, " ucap Elvaro.
Anya menelan ludahnya kuat-kuat. Sebagai wanita normal tentu ia akan tergoda melihat pria tampan yang begitu seksi di depannya. Rambutnya yang masih basah juga dadanya yang bidang, dan perutnya yang sixpack. Bagaimana ia tidak tergoda.
Anya menggeleng cepat dan segera naik ke atas ranjang berbaring sambil menutupi dirinya dengan selimut.
"Baiklah. Hanya nemenin tidur. Jangan macam-macam. Anda tahu kan saya ini Master Taekwondo. Saya tidak akan segan-segan jika anda macam-macam, " ancam Anya.
Elvaro tersenyum. "Iyah."