NovelToon NovelToon
Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Tamat
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Pernikahan Emelia dengan Duke Gideon adalah sebuah transaksi dingin: cara ayah Emelia melunasi hutangnya yang besar kepada Adipati yang kuat dan dingin itu. Emelia, yang awalnya hanya dianggap sebagai jaminan bisu dan Nyonya Adipati yang mengurus rumah tangga, menemukan dunianya terbalik ketika Duke membawanya dalam perjalanan administrasi ke wilayah terpencil.
Di sana, kenyataan pahit menanti. Mereka terseret ke dalam jaringan korupsi, penggelapan pajak, dan rencana pemberontakan yang mengakar kuat. Dalam baku tembak dan intrik politik, Emelia menemukan keberanian yang tersembunyi, dan Duke Gideon dipaksa melihat istrinya bukan lagi sebagai "barang jaminan", melainkan sebagai rekan yang cerdas dan berani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

berkemah, marah

Pagi pun tiba, sinar matahari yang cerah menyusup melalui celah gorden tebal, menyinari kamar tidur mereka dan membangunkan Emelia. Dia membuka mata dan menemukan dirinya berada dalam dekapan hangat Duke Gideon. Tangannya terulur secara naluriah, jarinya dengan lembut menyentuh hidung mancung suaminya yang masih terlelap.

"Rasanya kenapa aku ingin mencium ini," gumam Emelia pada dirinya sendiri, senyum geli terukir di bibirnya.

Tak terduga, mata abu-abu Gideon terbuka, menatapnya dengan pandangan mengantuk tapi penuh afeksi. Dia pasti sudah bangun dan mendengar gumaman Emelia.

"Cium saja," kata Gideon, suaranya serak karena baru bangun tidur.

Emelia tersentak kaget, pipinya langsung memerah. "Gideon!"

Duke tertawa rendah, lalu mengubah posisinya, mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke Emelia. "Ayo mandi bersama," ajaknya, nadanya santai seolah itu adalah hal yang paling wajar di dunia.

Emelia, yang masih terkejut dengan keberanian suaminya, langsung bangkit duduk. "Tidak! Aku mau mandi sendiri!" tolaknya cepat, pura-pura marah.

Duke Gideon bangkit dari ranjang, seringai geli masih menghiasi wajahnya. "Dasar," ejeknya lembut. Dia membiarkan Emelia merajuk dan mandi sendirian, sementara dia mempersiapkan diri untuk perjalanan ke hutan.

Saat sarapan, suasana terasa sedikit tegang, setidaknya dari sisi Emelia. Dia makan dalam diam, sesekali mencuri pandang ke arah Gideon, yang tampak tenang dan fokus pada sarapannya, sesekali tersenyum kecil melihat tingkah laku kekanak-kanakan istrinya. Emelia masih kesal karena godaan Gideon di pagi hari.

Perjalanan ke wilayah selatan pun dimulai. Emelia memilih duduk di sudut kereta, menghindari kontak mata sebanyak mungkin. Duke Gideon hanya menghela napas, meskipun matanya masih memancarkan rasa geli. Dia mengamati Emelia dengan penuh kasih sayang, menemukan sisi merajuk istrinya itu lucu dan menggemaskan.

Setibanya di perkemahan, suasana menjadi lebih serius. Para prajurit sudah menunggu, dan Duke segera mengambil alih komando. Emelia tetap diam, mengawasi dari kejauhan dengan lengan terlipat di dada, masih dalam mode 'marah'.

Gideon memulai latihan dengan penuh disiplin, tetapi dia selalu menyadari keberadaan Emelia yang mengawasinya. Setelah beberapa jam, dia melonggarkan suasana, menginstruksikan anak buahnya untuk beristirahat. Dia kemudian berjalan mendekati Emelia yang masih berdiri di tepi hutan.

"Masih marah, Duchess?" tanya Gideon, suaranya lembut dan menghibur.

Emelia memalingkan wajahnya. "Aku mandi sendiri," gumamnya, membuat Gideon tertawa kecil.

"Baiklah, baiklah," kata Duke, menyentuh lembut bahu Emelia. "Aku minta maaf kalau godaanku terlalu jauh."

Emelia menoleh kembali, menatap Gideon dengan mata penuh rasa bersalah. "Aku yang seharusnya minta maaf, Gideon. Aku terlalu kekanak-kanakan."

"Tidak apa-apa," jawab Duke, menatap Emelia dengan penuh afeksi. "Aku menyukai setiap sisi dirimu, Emelia. Sisi beranimu, cerdasmu, dan bahkan sisi kekanak-kanakanmu yang menggemaskan ini."

Emelia tersipu, rasa kesalnya hilang begitu saja digantikan oleh kehangatan di hatinya. Duke meraih tangannya, dan mereka berjalan menyusuri perkemahan bersama, bergandengan tangan, siap menghadapi latihan pasukan dan malam di bawah bintang-bintang di hutan belantara.

"Aku ingin ikut latihan itu," ujar Emelia tiba-tiba, menunjuk ke arah lapangan tempat para prajurit baru saja mulai berlatih tanding lagi.

Gideon menatap istrinya dengan sedikit terkejut, mengangkat sebelah alisnya. "Kau yakin, Nyonya Adipati? Latihan ini sedikit lebih berat daripada 'medan perang mini' kita di kastil." Nada suaranya sedikit menggoda, tetapi matanya menunjukkan kekaguman atas semangat Emelia yang tak pernah padam.

Emelia melipat lengan bajunya sedikit, matanya kembali memancarkan kilatan tekad yang familiar. "Tentu saja aku yakin. Aku sudah membuktikan diriku sebelumnya, bukan? Lagipula, sebagai Nyonya Adipati yang bertugas mengawasi, aku harus tahu persis apa yang mereka lakukan."

Duke Gideon tersenyum, senyum tulus yang jarang ia tunjukkan di depan pasukannya. Dia mengangguk setuju. "Baiklah. Tapi ada satu aturan."

"Apa?" tanya Emelia, tidak sabar.

"Baiklah, kalau kamu lelah istirahatlah," kata Gideon, suaranya melembut penuh perhatian. "Jangan memaksakan diri. Aku tidak ingin istriku yang berharga ini terluka."

Emelia tersenyum lebar, kehangatan memenuhi hatinya mendengar perhatian suaminya. "Siap, Yang Mulia!" serunya riang.

Mereka berdua berjalan menuju arena latihan. Gideon memberi isyarat kepada kepala pelatih, yang tampak terkejut melihat Duchess bergabung, tetapi dengan cepat mengangguk hormat. Emelia segera dipinjami sebilah pedang kayu dan bergabung dengan barisan.

Di bawah pengawasan ketat Gideon, Emelia berlatih dengan semangat. Dia mungkin tidak sekuat para prajurit, tetapi kelincahan, kecepatan, dan pandangan taktisnya membuatnya menjadi lawan yang tangguh dalam sesi latihan tanding. Beberapa kali dia berhasil mengejutkan lawan-lawannya, membuat Gideon diam-diam bangga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!