Evan Bramasta, cowok berbadan tinggi, kulit putih dan hidung bangir. Berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai guru olahraga di sebuah Sekolah Menengah Atas dan sudah mempunyai seorang istri atas perjodohan dari orang tuanya. Istrinya bernama Sabina Elliana yang bekerja di sekolah yang sama dengan suaminya.
Beberapa bulan belakangan ini, Evan selalu memperhatikan seorang murid perempuan yang selalu membuatnya sakit di bagian bawah. Ia menginginkan gadis itu menjadi miliknya dengan cara apapun.
Namanya Ziyara Liffyani, gadis yatim piatu berparas cantik di usianya yang baru 17 tahun. Dia harus bekerja paruh waktu di toko buku untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ziyara juga diam-diam sangat menyukai guru olahraganya itu. Apa pun akan Ziyara lakukan untuk menggapai cita-citanya dan mendapatkan keinginannya, termasuk menjadi istri simpanan guru olahraga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput Sabina
“Kenyang banget Dad," ucap Ziyara sambil mengelus perutnya.
Evan mengelus perut Ziyara dan mencium perut yang buncit itu karna baru selesai makan.
“Sehat-sehat di sana ya dek, jangan buat mommy sakit atau susah," ucap Evan.
“Iya, Daddy," jawab Ziyara yang menirukan suara bayi.
Sedang asik bercanda, suara deringan HP Evan mengalihkan atensi keduanya. Evan merogoh HPnya di dalam kantong celananya dan melihat nama si penelpon.
“Siapa?" Tanya Ziyara.
“Sabina, boleh Daddy angkat?"
“Hm, tapi di sini aja, jangan jauh-jauh terus di loudspeaker," ucap Ziyara.
Evan mengangguk dan mengangkat panggilan telpon dari istri pertamanya.
“Hallo?"
“Hallo yah, ayah di mana? Masih di sekolah? Bunda udah sampe di bandara yah, jemput ya," pinta Sabina.
“Ayah masih ada jadwal ngawas ujian, naik taksi aja," jawab Evan.
“Gak apa-apa yah, bunda tungguin sambil makan sama ngemil di sini."
“Nanti lama," ucap Evan lagi.
“Gapapa Sayang, bunda tungguin ya sampe ayah jemput, Babay, yah!" Sabina buru-buru mematikan sambungan teleponnya karna takut kalau suaminya itu banyak alasan. Ziyara menatap Evan dengan wajah masam, sangat masam.
“Ayah bunda?" tanya Ziyara.
“Sabina yang mau panggilan itu, supaya terbiasa kalo anak kita lahir katanya," jawab Evan.
“Oh."
“Salah, ya? Sabina juga istri Daddy Sayang." Evan berucap lembut.
“Gak salah, terus yang bilang buk Sabina pacar Daddy siapa? Gak perlu di jelasin juga kali," ujar Ziyara sambil berdiri dan bersiap untuk pergi namun ditahan oleh Evan.
“Iya Sayang, iyaa. Maafin Daddy, ya."
“Buk Sabina udah di bandara nungguin kamu, aku mau ke kel—"
Belum sempat menyelesaikan kata katanya, bibir Ziyara digigit oleh Evan.
“Awwhhh ... sakit tauu!!!" teriak Ziyara.
“Kamu-kamu, sopan kayak gitu sama suaminya?" tanya Evan sambil mengelus bibir bawah Ziyara yang ia gigit.
“Siapa suruh bikin kesel," jawab Ziyara.
“Kan Daddy udah minta maaf Sayang."
“Yang tadi aja belum di maafin, sekarang bibir Babby malah di gigit, sakit tau gak, gak mau maafin pokoknya," rajuk Ziyara.
Evan sangat suka jika Ziyara memanggil dirinya dengan sebutan Babby, tapi Ziyara menggunakan nama panggilan itu ketika mereka sedang berhubungan badan saja dan ketika Ziyara sedang dalam mode manja atau merajuk.
Evan memeluk istrinya erat erat dan mengelus punggung Ziyara.
“Daddy minta maaf lagi ya Sayang."
“Iya Daddy, ya udah aku ke kelas duluan ya Dad," Ziyara melepaskan pelukannya dari Evan dan berlalu meninggalkan Evan.
────୨ৎ────
Waktunya pulang untuk seluruh murid yang hari ini baru saja melaksanakan ujian pertama mereka, ketika ingin keluar kelas HPnya bergetar, tanda ada pesan yang masuk. Ia langsung membuka dan membaca pesan tersebut.
DadDY ❤️
Sayang..
Daddy jemput Sabina ya, Daddy udah pesan taxi atas nama Babby tadi, sampai di rumah langsung makan terus istirahat ya istri Daddy..
I love you
Ziyara tersenyum kecut membaca pesan dari suaminya, begini lah jika jadi istri kedua dan lagi-lagi hanya sebatas istri simpanan.
Ziyara langsung berdiri dan keluar dari kelasnya menuju luar sekolah untuk menunggu taksi yang sudah di pesan oleh Evan.
Sesampainya di rumah ia pun langsung makan dan tidur, ia melupakan rasa asamnya buah rujak yang sangat ingin ia makan.
────୨ৎ────
Sabina langsung berlari melihat kedatangan suaminya yang menjemput dirinya di bandara, ia langsung memeluk erat-erat tubuh Evan yang sudah sangat ia rindukan.
“Ngapain lari-lari, kamu gak inget kalo lagi hamil ha?" ucap Evan sedikit marah.
“Maaf yah, bunda kangen."
“Kangen boleh kangen, tapi inget kondisi kamu," ujar Evan lagi.
Sabina sangat senang dengan perhatian yang Evan tunjukan kepadanya, walaupun hanya perhatian kecil tapi ia sangat bersyukur.
“Iya ayah Sayang, jangan ngomel mulu ih," ucap Sabina.
“Ya udah, ayo pulang," balas Evan sambil menyeret koper milik Sabina.
Sesampainya di dalam mobil, Sabina terus menerus memperhatikan wajah brewok suaminya.
“Kenapa sih ngeliatin aku terus?," tanya Evan risih.
“Ayah, looh," cemberut Sabina.
“Iya-iya, kenapa ngeliatin ayah terus dari tadi?" tanya Evan lagi.
“Hmm bunda suka kalo ayah brewok gitu, jangan di cukur ya, yah," pinta Sabina.
Evan berfikir keras untuk menjawab pertanyaan Sabina, Ziyara sangat geli dan mau Evan membersihkan brewok di wajahnya ini, sedangkan Sabina sangat suka jika ia brewok seperti ini.
“Kenapa diam yah? Dedek loh yang suka liat ayah brewok gini," ucap Sabina.
“Iya bunda, gak ayah cukur kok ini," akhirnya Evan menjawab karna ini keinginan anaknya.
Sabina tersenyum manis dan mengapit tangan kiri suaminya yang tidak memegang setir, ia bawa tangan itu ke bibirnya untuk ia kecup lalu ia letakkan tangan suaminya ke perutnya yang masih rata.
“Dedek kangen sama ayah," ucap Sabina.
Evan meneguk air ludahnya dan mencoba untuk fokus menyetir pun akhirnya goyah, Sabina menyingkap gamisnya ke atas dan meletakkan tangan suaminya di atas paha mulusnya, ia gerakkan telapak tangan Evan naik turun di pahanya.
“Ayah lagi nyetir Bun," ucap Evan.
Sabina tak memperdulikan perkataan suaminya dan terus membawa tangan itu untuk menyentuh rahimnya.
“Ini lebih kangen sama ayah," ujar Sabina.
“Bundaaa," geram Evan.
“Rasain yah, dia udah kedut-kedut cuma di sentuh sama jari ayah, apa lagi kalo di sentuh sama titidnya ayah!" Sabina semakin berani menggoda suaminya yang sedang menyetir.
Sabina menggesek-gesekkan jari Evan ke rahimnya yang sudah becek, ia terus menerus mengeluarkan kata-kata frontal untuk memancing gairah suaminya. Evan yang tak tahan akhirnya menguyel rahim istrinya dengan gemas.
“Ahhh ... ahhhh ... Ayaahhh," desah Sabina dengan sangat manja.
“Enak itunya diremes gini?" tanya Evan.
Sabina hanya menggeliat dan mendesah keenakkan.
“Nhh ... ahhh ... ahhh."
“Jawab Bun, enak itunya ayah remes gini? Hm?"
“Ngaaahh ... enaaakhhh ... ahhh yaahh ... enak Sayang."
Evan menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi dan langsung mencolokkan jari tengahnya ke dalam rahim Sabina lalu mengoboknya dengan cepat.
“Becek banget punya kamu, Sayang."
“Ahhh ... ahhh ... ahhh ... iyaah ahhh ... ouuuuh ... ahhh iya yaah, Me-Q bunda becek kalo lagi sama ayah ... nghh."
“Jangan di hisap jari ayah Bun."
“Akkh ... titid, yah."
“Kenapa titid, Bun?" tanya Evan masih dengan mengobok rahim istrinya.
“Titid ... pengen titid ayah ... ahhh ... ahhh."
“Sama jari dulu sekarang ya Sayang, tunggu di rumah ... ayah jejelin bunda sampe lemes," jawab Evan.
“Nghh ... ahhh ... ahhhhhh ... ahhh uuhh ... ahhh ... ahhh pengen keluar yah ... cepetin."
Evan mempercepat tempo obokannya dan merasakan rahim Sabina yang sangat berkedut.
“Ahhh ... ahhh ... ouuuuh ... ahhh ... ouuuuh ... ahhh keluarh yah ... keluar ... aaahhh ... ahhhhhh."
Sabina masih menikmati pelepasannya dengan menahan tangan Evan agar tidak mencabut jarinya dari rahim Sabina.
