NovelToon NovelToon
Dinikahi Duda Mandul!!

Dinikahi Duda Mandul!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romantis / Janda / Duda / Romansa / Chicklit
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.

Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

Sore ini Tiara sudah diperbolehkan pulang, setelah dirawat dua hari. Kirana segera membereskan semua barang-barangnya. Setelah selesai Kirana meminta Arka dan Tiara untuk menunggu sebentar karena ia ingin membayar tagihan rumah sakit.

“Arka, Tiara… tunggu di sini dulu, ya. Bunda mau bayar tagihan rumah sakit sebentar.”

Arka mengangguk patuh, sementara Tiara duduk manis di ranjang.

Kirana kemudian berjalan menuju ruang administrasi. Langkahnya mantap walau hatinya terasa berat biaya rumah sakit tentu tidak sedikit, tapi apa pun itu, kesehatan anaknya jauh lebih penting.

“Permisi, Mbak. Saya mau melakukan pembayaran untuk pasien atas nama Tiara"

Petugas administrasi, seorang perempuan muda, mengetik sesuatu di komputer. Matanya menelusuri layar, lalu ia menoleh kembali pada Kirana.

“Oh… untuk kamar 305, ya Bu?”

“Iya, betul.”

Perempuan itu tersenyum kecil. “Tagihannya… sudah dibayar.”

Kirana sempat berpikir ia salah dengar. “Sudah… dibayar?”

“Betul, Bu.”

Kirana mengerutkan dahi, bingung. “Maaf, sama siapa ya pembayarannya? Saya tidak merasa ada keluarga yang datang.”

Petugas itu kembali melihat data, lalu menjawab,

“Hmm… di sini tertulis dibayar langsung. Tapi tidak ada nama lengkapnya, Bu.”

Kirana makin bingung. “Loh? Tidak ada namanya?”

Perempuan itu kembali tersenyum, kali ini tampak sedikit canggung.

“Seingat saya seorang laki-laki tinggi yang datang siang tadi dan membayar tagihanya Bu..”

Kirana terdiam.

Laki-laki tinggi.

Dalam hitungan detik, hanya satu nama yang terlintas di kepalanya.

Yuda.

"Apakah mas Yuda yang membayar tagihannya" Ucapnya dalam benaknya.

" Emmm... Kalo beloh tahu total tagihannya berapa yang mbak"

Petugas administrasi itu tampak melihat kearah komputernya lagi. "Totalnya satu juta dua ratus include dengan obat-obatnya Bu"

Uang segitu banyak bukanlah nominal yang kecil. kenapa Yuda repot-repot untuk membayarnya. Kirana jadi merasa berhutang.

Kirana menelan ludah, mencoba menata ekspresinya.

“Baik, Mbak… terima kasih informasinya.” Ia membungkuk sedikit dan melangkah pergi.

Kirana pulang menggunakan taksi online sore itu. Ia memilih duduk di sisi jendela, memeluk Tiara yang tertidur di pangkuannya. Arka duduk di sebelah Kirana, sesekali menatap adiknya.

Sepanjang perjalanan, pikiran Kirana tak berhenti memutar satu nama.Yuda.

Ia menggigit bibir bawahnya, bingung harus merasa apa. Bersyukur? Terharu? Atau justru tidak enak hati karena seseorang yang bukan siapa-siapa baginya telah menanggung biaya sebesar itu?

Mobil berhenti tepat di depan rumah sederhananya. Kirana membayar, mengucapkan terima kasih pada driver, lalu turun sambil menggandeng Arka dan menggendong Tiara yang masih lemah.

Baru beberapa langkah menuju pintu, seseorang berlari kecil dari arah rumah sebelah.

“ Kiranaa!" Suara itu begitu familier.

Kirana menoleh. Terlihat Mbak Rita tetangganya sekaligus ibu Lilis berjalan cepat menghampiri mereka dengan wajah penuh rasa bersalah. Di sampingnya, Lilis ikut berlari kecil sambil melambai.

“Ya Allah, Kirana… maaf banget, Mbak. Aku baru tau Tiara sakit. Aku langsung pulang ini dari rumah orangtuanya Mas Asman,” ucap Mbak Rita, terengah sedikit.

Kirana tersenyum kecil meski matanya tampak letih. “Nggak apa-apa, Mbak. Beneran. Saya juga baru pulang sekarang.”

Mbak Rita menatap Tiara dengan wajah cemas. “Aduh, Nak Tiara… gimana sekarang? Sudah mendingan toh?”

“Alhamdulillah sudah jauh lebih baik,” jawab Kirana sambil membetulkan posisi Tiara di pundaknya. “Kemarin sempat kejang karena demam tinggi. Tapi sudah ditangani sama dokter.”

"Masuk dulu mbak"

Mereka masuk kedalam rumahnya, Tiara dia taruh kedalam kamar karena anak itu masih tidur.

"Maaf banget ya Kirana, mbak ngga bisa datang waktu Tiara dirumh sakit. Ibunya mas Asman juga lagi sakit di kampung. Jadi yaa mau ngga mau mbak harus pulang buat jengukin nya"

"Iya ngga papa kok mbak, lagi pula tiaranya juga sudah sembuh tuh. tinggal pemulihannya aja"

Mbak Rita tersenyum lega. "Kalo gitu mbak pulang dulu ya. Soalnya mbak juga baru sampe tadi. Kalo butuh apa-apa langsung bilang sama mbak yaa"

"iya mbak, makasih juga sudah mengkhawatirkan Tiara"

......................

Setelah melewati hari yang cukup melelahkan di pabrik, Yuda akhirnya memarkir motornya di teras rumah menjelang Magrib.

Ia baru saja membuka pintu ketika terdengar langkah cepat mendekat.

“Yud? Sudah pulang?”

Suara Lasma terdengar cemas.

Yuda menoleh. Ibunya berdiri di ruang tengah dengan koran di tangannya.

“Iya, Bu,” jawab Yuda sambil menaruh helmnya di rak. “Baru selesai urusan di pabrik.”

“Tiara gimana, Nak?”

Nada suaranya lembut, tapi jelas sarat kekhawatiran.

“Dua hari ini ibu kepikiran terus… sampai ngga bisa tidur nyenyak. Dia sudah baikan, kan?”

Yuda melepas jaketnya, menggantungnya perlahan di kursi sebelum menjawab.

Ada jeda kecil, seakan ia sedang merangkai kata agar ibunya tenang.

“Alhamdulillah, Bu…”

Ia menghela napas lega.

“Demamnya sudah turun. Dokter bilang itu kejang karena panas tinggi. Tapi sekarang sudah stabil. Sore tadi mereka sudah boleh pulang.”

"Besok anterin ibu kerumahnya yaa, ibu mau tahu bagaimana keadaannya Tiara. Ibu terus merasa khawatir kalo ngga lihat langsung."

"iya Bu nanti aku anter, aku mau ke kamar dulu Bu, gerah"

Dia langsung naik ke kamarnya dan melakukan ritual mandi. Tak butuh waktu lama Yuda susah selesai mandi.

Ponselnya yang ia letakkan di atas nakas bergetar.

Yuda yang baru saja membuka pesan itu, refleks mengusap rambutnya yang masih basah. Senyuman lebar muncul begitu saja di wajahnya.

Isi pesan Kirana sederhana, tapi mampu membuat dadanya bergetar.

"Assalamualaikum mas, maaf mengganggu waktunya"

"saya cuma mau nanya mas"

“Apa benar mas Yuda yang membayar tagihan rumah sakit Tiara?”

Yuda mengembuskan napas pelan, lalu mengetik balasan dengan hati-hati, takut terdengar terlalu berlebihan, tapi juga tak ingin membuat Kirana merasa sungkan.

“Iya, mbak. Saya yang bayarin. Mbak Kirana nggak usah khawatir atau kepikiran, ya. Itu murni keinginan saya sendiri.”

Ia menatap layar ponsel beberapa detik lagi, lalu menambahkan satu kalimat yang sempat ia pikir dua kali sebelum ditulis.

“Saya cuma pengin bantu. Tiara dan Arka sudah kayak keluarga saya sendiri.”

Jari Yuda sempat hover di atas tombol kirim sebelum akhirnya ia menekan dengan mantap.

Pesan terkirim.

Ponselnya ia letakkan di meja, tapi senyumnya belum hilang.

Yuda mengusap tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

“Haduh… kok jadi senyum-senyum sendiri, ya…” gumamnya pelan, tapi hatinya berbunga-bunga.

Ia menunggu balasan Kirana, tanpa sadar sudah menatap layar ponsel lagi.

1
Evi Lusiana
mewek thor dgr do'any kiran wktu sholat istikharoh,sungguh karakter wanita kuat,dan ttp mnjg iman ny walopun kesepian,kesusahan👍
Evi Lusiana
kiran org baik dn bertemu jodoh yg baik
Ds Phone
marah betul tak ada ampun
Ds Phone
orang kalau buat baik balas nya juga baik
Ds Phone
baru bunga bunga yang keluar
Ds Phone
mula mula cakap biasa aja
Ds Phone
terima aja lah
Ds Phone
orang tu dah terpikat dekat awak
Ds Phone
orang berbudi kitaberbads
Ds Phone
dia kan malu kalau di tolong selalu
Ds Phone
tinggal nikah lagi
Ds Phone
terlampau susah hati
Ds Phone
dia tak mintak tolong juga tu
Ds Phone
orang tak biasa macam tu
Ds Phone
senang hati lah tu
Ds Phone
dah mula nak rapat
Ds Phone
emak kata anak kata emak sama aja
Ds Phone
dah mula berkenan lah tu
Ds Phone
itu lah jodoh kau
Ds Phone
kenapa kau tak bagi dia balik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!