Alexa Alvarez, seorang gadis yang tomboi, ceria, ahli bela diri, jenius tapi sangat ceroboh.
Javier Hernandez, tunangan asli Alexa yang belum pernah ditemuinya, Zaidan Hernandez, pria datar, kejam dan arrogan, Dia CEO ZH, Crops, yang juga Paman Javier, dan pria yang tidak sengaja tidur dengan Alexa.
Sampai suatu saat, Alexa salah mengenali, Zaidan sebagai tunangannya dan Javier sebagai CEO ZH, Crops.
Kisah mereka pun dimulai, antara Alexa, Zaidan dan Javier yang salah target.
Bianca, adik sepupu dari Javier, musuh dalam selimut Alexa.
Bianca orang yang hidup kembali, jadi Dia tahu cerita selanjutnya, yang selalu berusaha untuk membunuh Alexa agar bisa menjadi Nyonya besar Hernadez.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vhiy08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab16 Terbongkar II
Sementara itu, di tempat acara berlangsung, atau di ballroom hotel itu tepatnya.
Disana tampak wanita paruh baya yang sedang menyebarkan racun berbisanya, untuk memprovokasinya situasi.
"Javier! Lihatlah bukankah dari awal sudah aku katakan, jika gadis itu bukanlah gadis yang baik untuk mu, gadis desa itu tidak cocok untuk menjadi tunangan mu," Ucap Laras dengan sinis.
"Aku juga tidak tahu apa yang dilihat Opa mu dari Dia, tampilan kampungan, dekil, bodoh dan juga wajah yang pas-pasan, dan yang paling utama Dia tidak punya apa-apa untuk bisa mendukung dan menopang posisimu." Lanjut Laras sinis dan kesal dengan wajah yang masam.
"Mengapa juga kau menerima perjodohan ini, seperti tidak ada gadis bangsawan lainnya saja," Desisnya dengan angkuh.
"Apa kau tidak akan malu, jika, saat kau berjalan bersama nya kau bertemu dengan gadis-gadis yang mengejar mu, jika dibandingkan, Dia itu bagai rumput kering sedangkan mereka bunga mekar di taman." Lanjut Laras semangat melihat Javier yang tampak termenung mendengar ucapan provokasi darinya.
Dari awal Laras memang sudah tidak menyukai kehadiran Alexa, Alexa dinilai gadis dengan status rendahkan tidak cocok jika mendampingi Javier, sang Tuan muda Hernandez, keluarga terkaya dikota itu.
Pranggg!!!
"Satu kata kotor lagi keluar dari mulut busuk mu itu!!! maka aku tidak akan segan untuk merobeknya!" Teriak pemuda remaja yang baru saja memasuki ballroom itu dengan emosi sambil melemparkan gelas ditangannya.
"Hei!!! Siapa kau!!! Dari klas mana kau berasal hingga kau mempunyai keberanian untuk membentak ku!" Sahut Laras sambil berdiri dengan wajah yang memerah dan tangan yang terkepal.
"Jika hanya untuk membentak wanita busuk sepertimu, kami tidak memerlukan status atau klas yang tinggi" Sahut remaja yang lain sambil berdiri tegap disamping Zio.
"Lancang!!! Brengsekk!!! Hanya pemuda berbau kencur ingin melawan aku! Status aoa yang kau gunakan, jangan bermimpi!!!" Teriak Laras lagi.
"Usia tidak menjamin sikap, jika ada wanita yang bersifat seperti Anda, kami rasa usia dan status akan terlihat sia-sia, kau hanya akan menjadi aib," Sarkas Han sambil mengeratkan genggaman tangannya.
"Tarik kata-kata Lo itu!!! Biar bagaimanapun, Ini tetap Nyonya muda Hernandez!" Teriak Bianca sambil berdiri disamping Laras tidak terima karena sang Untie dihina.
Sedangkan Javier masih tampak terdiam, wajahnya menggambarkan suasana hatinya yang sedang bingung.
Banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya, tapi tidak ada satupun yang bisa dijawabnya.
Hatinya yang semula mantap, saat ini mulai ragu kembali, walaupun sejahat apapun Laras, namun, wanita itu tetaplah ibunya, darahnya mengalir didalam tubuhnya.
"Hei! Pecundang!!! Saat calon tunangan Lo dihina oleh Nyokap Lo, Lo hanya diam saja! Pria macam apa Lo ini hah!!! Lo tahu, Kak Lexa itu berlian dan bagai permata bagi kami... Akan menjadi sia-sia jika Dia berada ditangan Lo, dasar pria pecundang!" Teriak Han sambil menunjuk Javier yang terlihat bingung.
"Jangan bermimpi!!! Gadis kampungan seperti Dia itu, ingin menjadi calon menantuku! Sekalipun gadis diseluruh dunia ini telah habis dan tidak ada lagi tersisa satupun gadis, aku tetap tidak akan merestuinya..." Ucap Laras bertambah emosi bercampur rasa takut.
"Jalang!!!" Ucapan Laras langsung terpotong oleh teriakan Javier yang menggema.
"Mommy!!! Sudah cukup! Jangan buat malu lagi, Mom..." Ucap Javier seakan baru tersadar dan terdengar lirih diujung kalimatnya sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada dan wajah yang tampak lelah dan memelas.
"Ingat kata-kata Anda hari ini Nyonya! Jangan sampai kata-kata Anda hari ini menjadi boomerang untuk Anda sendiri dikemudian hari!" Ucap Han.
"Lo tahu, sebelumnya gue gak percaya jika dengan apa yang diucapkan pria tua itu, Dia mengatakan, 'apa yang bisa membuat seorang pria bangga? Mereka yang bisa melindungi harga diri seorang gadis yang dicintainya dari hujatan ataupun semua mara bahaya, jika kebalikannya maka itulah pecundang, dan sikap Lo hari ini membuktikan jika pria pecundang itu ada..." Ucap Zio pada Javier dengan tatapan tajamnya.
"Apa yang Anda lakukan hari ini, akan menjadi satu penyesalan terbesar dalam hidup Anda dimasa depan..." Ucap Han dengan tersenyum miring.
"Hah!!! Hanya untuk membela gadis jalang itu kalian sampai menghina aku, sudah dikasih apa kalian? Bibirnya? Wajahnya? Atau bahkan tubuhnya?" Ucap Laras yang memancing emosi Han, dengan gerakan cepat Han maju dan ingin menyerang Laras, tapi, ketiga Tuan muda lainnya mencegahnya, mereka langsung mencengkram kuat kedua tangannya Han, lalu menggelengkan kepala seolah memberikan isyarat yang dapat langsung meredakan emosi Han yang mulai memuncak.
PRANGGG!!!
"APA! BRENGSEKKK!!! WANITA SIALAN!!! Beraninya Kau menghina kak Lexa!!! Aku robek mulut busukmu itu!!! Akan Aku bunuh kau! Kau tidak tahu siapa kakak kami, brengsek...!!! Bahkan hanya untuk menyebut namanya saja kau tidak layak!!!" Teriak Han sambil melompat dan menendang kursi mendekati Laras yang masih tampak terkejut melihat reaksi keempat Tuan muda tampan itu.
"Mommy!!!" Teriak Javier emosi tapi kalah dengan suara Han yang telah menggema.
"Kau tahu! Hanya seorang yang berhati kotor yang dapat menilai orang lain dengan kotor juga," Ucap Axel dengan emosi sambil menunjuk wajah Laras.
Lalu, setelah itu mereka berempat keluar dari ballroom itu dengan raut wajah yang datar, tatapan yang dingin, dan kekecewaan.
Emosi mereka masih tersisa, andai mereka tidak ingat janji yang sudah mereka ucapkan pada Alexa, saat ini juga mereka pasti sudah membongkar identitas Alexa yang sebenarnya.
"Mom... Apakah Mommy sudah puas?" Tanya Javier dengan tatapan mata yang penuh kekecewaan.
"Apa maksud perkataan mu itu? Apa kau akan menuduh Mommy juga? Kau harus tahu Javier, jika apa yang Mommy lakukan saat ini, itu semua hanya untuk kebahagiaan mu, semuanya, itu hanya untuk kebahagiaan dan kesuksesan mu dimasa depan!" Ucap Laras tidak terima.
"Mommy, tolong... Tolong untuk kali ini, kali ini saja, tolong biarkan ini menjadi keputusan Javier sendiri Mom, jangan ikut campur..." Ucap Javier sambil berusaha nahan segala rasa yang bercampur aduk didalam hatinya.
"Apa! Kau menuduh Mommy ikut campur! Mommy hanya menginginkan yang terbaik dan dapat mendukung karir serta posisimu, Javier... Banyak gadis lainnya, para putri bangsawan dan pengusaha kaya, anak teman Mommy jika kau mau, mengapa harus gadis kampungan itu?!" Teriak Laras lagi.
"Cukup!!!" Terdengar suara bariton dari arah pintu masuk, dan tak lama kemudian muncul sosok Kenzo dari balik pintu.
Ruangan itu hening seketika, hanya terdengar suara hentakan sepatu Kenzo yang menggema, auranya yang dingin dan wajah datar serta arogan nya, melangkah tegap mendekati mereka.
Laras yang melihat Kenzo dengan wajah datarnya, tanpa sadar memundurkan tubuhnya hingga hampir terbentur sudut meja.
"Javier, jika kau tidak bisa mengendalikan orang-orang mu, maka aku tidak akan segan-segan untuk mendidik mulut kotornya itu," Ucap Kenzo datar sambil menatap Laras yang tampak memucat dan tubuhnya yang bergetar.
"Jangan menilai semua orang sama seperti dirimu, ingat dari mana kau berasal." Lanjut Kenzo dingin dan datar sambil berdiri tegap dan kedua tangannya yang sudah berada dalam saku celananya.
"A... Aku... Aku tidak menilai rendah Dia... Apa... Apa yang salah dari ucapanku, bukankah memang benar jika gadis itu datang dari kampung, lalu dimana salahnya?" Ucap Laras sambil tergagap membela dirinya.
"Sepertinya aku kurang mendisiplinkan mu, ka... Kak..." Ucap Kenzo sambil tersenyum miring dan sengaja menemukan kata kakak diujung kalimatnya.
'Apa yang sudah dilakuKan jalang itu, hingga bisa membuat Kenzo memihak padanya.' Ucap Laras sambil mencengkram ujung baju yang dikenakannya.
"Bukan begitu maksud Untie Laras, Uncle Kenzo... Dia bermaksud baik, mungkin karena hanya terlalu memikirkan Kak Javier..." Tapi sebelum Bianca menyelesaikan ucapannya, Kenzo sudah mengangkat tangannya tanda Bianca harus berhenti bicara.
"Siapa kau? Bisa ikut masuk dalam pembicaraan keluarga Hernandez?" Tanya Kenzo datar sambil mengetuk-ngetuk kan jarinya diatas meja.
"Perkenalkan aku... Aku keponakan Untie Laras... Jadi..." Sahut Bianca cepat dengan suara yang dibuat selembut mungkin.
"Hanya orang yang tidak penting, beraninya ikut bicara.." Sahut Aland memotong ucapan Bianca.
"Ini keluarga Hernandez, Nona... Bukan keluarga Walker..." Ucap Aland lagi melanjutkan kalimatnya, membuat Bianca memucat seketika.
"Pengawal... Beri hukuman untuk Nona muda Walker karena sudah ikut campur dalam urusan keluarga Hernandez..." Teriak Aland membuat dua pengawal langsung mendekati Bianca yang tampak semakin gemetar.
"Kenzo! Hanya karena gadis kampungan itu, kau berani menghukum keponakanku, ingat aku ini masih Kakak iparmu," Ucap Laras sambil menarik Bianca dan menyembunyikan nya dibalik tubuhnya.
"Apa bagusnya gadis itu, hingga membuatmu terlalu bias begini," Lanjutnya lagi.
" Dia seribu laki lebih baik dibandingkan semua gadis yang terbaik," Sahut Kenzo tegas sambil memalingkan wajahnya menatap Javier.
"Javier... Gadis yang selalu dihina ibumu itu, belum tentu bersedia menjadi tunangan mu, ingatlah... Bagaimana kejadian hari ini bisa terjadi..." Ucap Kenzo sambil melemparkan gelas yang berada diatas meja itu.
Suara berderakan sontak membuat ruangan itu semakin mencekam.
PRANGGG
"Maaf Uncle... Vier benar-benar bingung, karena ini pertama kalinya Vier alami." Ucap Javier lesu dengan wajah yang menunduk.
"Mom... Apa yang dikatakan oleh Uncle Kenzo itu benar, Alexa belum menerima perjodohan ini, jadi, tolong kendalikan ucapan mu..." Ucap Javier sambil meninggalkan ruangan itu.
Kenzo hanya tersenyum miring melihat itu, dirinya sangat tahu bagaimana kerasnya Laras.
Lalu dirinya berdiri dan melangkah keluar dari ballroom itu menuju kamar tempat Alexa berada, sebelum dirinya melangkah jauh, Kenzo menghentikan langkahnya memberi peringatan pada Laras dan Bianca.
"Jika aku mendengar satu kata kotor lagi tentang Alexa keluar dari mulut kalian, maka jangan salahkan aku jika bersikap kasar." Ucap Kenzo datar tanpa menoleh pada Laras dan Bianca yang sudah dicekal oleh para pengawal.
'Sial... Gagal lagi usaha gue buat deket dengan Kenzo gara-gara jalang itu, lagi pula apa kelebihan jalang itu, hingga bisa membuat Kenzo membela dirinya begitu.' Ucap Bianca dalam hatinya.
'Tidak bisa dibiarkan lagi, posisi Nyonya Kenzo hanya bisa menjadi milik gue,' Lanjutnya lagi.
'Apa yang sudah ditaburkan oleh gadis kampung itu, mungkinkah Dia sudah menawarkan tubuhnya untuk Kenzo? Tidak mungkin... Kenzo tidak mungkin tertarik dengan gadis kampung itu, Dia tidaklah buta, Sial... Gara-gara Dia aku harus dikeluarkan lagi dari mansion utama.' Ucap Laras penuh emosi.
"Hah! Apa yang sedang terjadi?" Tanya Darren saat kembali memasuki ballroom itu bersama Dirga.