NovelToon NovelToon
My Lovely Cartel

My Lovely Cartel

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Nikah Kontrak / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Psikopat itu cintaku / Crazy Rich/Konglomerat / Mafia
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

Kakak macam apa yang tega menjual keperawanan adiknya demi melunasi utang-utangnya?

Di wilayahku, aku mengambil apa pun yang aku mau, dan jelas aku akan mengambil keperawanan si Rainn. Tapi, perempuan itu jauh lebih berharga daripada sekadar empat miliar, karena menaklukkan hatinya jauh lebih sulit dibandingkan menaklukkan para gangster di North District sekalipun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ambilah, Remy!

Remy berbaring di atasku, berat badannya pun mendorongku semakin tenggelam ke kasur. Erangan lolos dari mulutnya sebelum dia mengecup bahuku.

“Sial,” gumamnya, giginya menggores kulitku saat bibirnya mulai turun ke dada. "Aku pingin ngerasain ini."

Tangan kanannya meluncur ke bawah, menyelinap di antara kedua kakiku. Aku memejamkan mata rapat-rapat, wajahku terasa panas.

Saat pertama kali disentuh, aku enggak bisa fokus pada rasanya. Karena emosiku jadi kacau balau.

Saat dia membelah lipatan itu dan ujung jarinya mengusap kacang mungilku, dia bergumam, "Buka matamu!"

Saat aku melakukan apa yang dia katakan, aku menyadari semua perhatiannya tertuju pada wajahku.

Ibu jarinya membelai saraf kecil di antara kedua kakiku, menyebabkannya semua reaksi berkumpul di perutku.

Senyum serigala tersungging di mulutnya, lalu menjalar ke tubuhku hingga bahunya yang lebar itu memaksa pahaku terbuka selebar mungkin.

Napasnya yang hangat melayang di kulit sensitifku. Pikiranku tiba-tiba terhenti ketika lidah Remy menyentuh lipatannya.

Aku malu setengah mati, jadi aku menutup mata dengan tangan kiriku.

Dia tertawa.

Kacang mungilku mulai panas, punggungku pun melengkung dari kasur.

"Tuhan," aku menangis, tangan kananku melayang ke bawah, mencengkeram rambutnya erat-erat, untuk sesaat aku enggak yakin apakah aku harus mendorongnya menjauh atau menariknya mendekat.

Sulur-sulur kenikmatan terbentang di antara kedua kakiku, membuatku mengerang. Semua kekhawatiranku enggak ada artinya. Dibandingkan apa yang Remy lakukan padaku.

Ketakutanku terhadapnya berkurang dan gairah telah mengambil alih posisinya.

Otot-ototku menegang saat giginya menarik-narik kacang mungilku.

Sementara ibu jarinya memijat-mijat liangnya. Dia melakukan hal-hal yang enggak pernah kubayangkan sebelumnya pada tubuhku.

Saat dia mengisapnya dengan kuat, kepalaku pun langsung mendongak dan pinggulku terangkat dari tempat tidur. Kenikmatan itu semakin menjadi-jadi, dan tanpa kusadari, dia telah menguasai tubuhku.

Alisku berkerut, erangan keluar dari mulutku.

Tangan kekarnya menekan-nekan kacang mungilku seraya menghujani perutku dengan ciuman-ciuman singkat, bergerak naik hingga wajahnya melayang di atas wajahku.

Aku enggak dapat menghentikan pinggulku yang terus bergerak dan bergesekan dengan telapak tangannya saat kenikmatan yang luar biasa melahapku.

Matanya menatapku tajam dengan rasa lapar yang enggak terkendali, dia pun akhirnya menggeram, “Ya Tuhan, kamu cantik banget, istriku.”

Aku masih diliputi bara gairah ketika ia mundur dan berlutut di antara pahaku yang gemetar. Jarinya bersemayam liang pribadi aku. Memasukan setengahnya ke dalam. Ia enggak bergerak lebih jauh, tetapi mengulangi gerakan memutar itu, perlahan merenggangkanku.

Tangannya yang bebas mencengkeram dadaku, ia mulai mencekal dan memijat kulitku sebelum menggulung baby kismis ku di antara jari-jarinya.

Aku terengah-engah, terbebani oleh semua sensasi baru yang kurasakan. Begitu nikmat hingga membuatku gemetar, tapi tetap saja, aku takut.

"Kamu mau aku pakai alat kontrasepsi?" Suaranya serak.

"Enggak."

"Oke. Next kita harus urus ini, karena aku enggak mau kamu hamil."

Alisku berkerut dan mendesah, "Kenapa?"

Aku pikir dia bakal menginginkan ahli waris sesegera mungkin.

"Kita perlu saling mengenal satu sama lain." Remy berjalan pergi saat aku bangun dari tempat tidur, dia tarik celana itu ke pahanya yang berotot. "Aku cuma mau puas-puasin menikmati tubuhmu, sebelum kita punya anak."

Mataku melongo pada kejantanannya dan aku berkedip-kedip kayak orang bego. Aku belum pernah melihat pria telanjang sebelumnya dan aku enggak tahu apa-apa tentang ukuran dan ketebalannya, tapi sialnya benda itu enggak mungkin bisa masuk ke dalam punyaku.

Sementara aku masih terkagum-kagum dengan ukurannya, dia ambil kondom dari meja samping tempat tidur. Dengan menggunakan giginya, dia robek bungkusan itu sebelum membungkus tongkat kejantanannya yang keras itu dengan lapisan pelindung.

Aku harap dia berbaring di atasku lagi, tapi sebaliknya, dia malah mencengkeram pinggulku dan aku langsung terbalik hingga tengkurap.

Hembusan napasku menyeruak, dan sesaat kemudian gigi Remy menghujam ke bokongku. Suara aneh terdengar, tetapi kemudian ia menghujani punggungku dengan ciuman.

Bibirnya memijat, lidahnya menjilat, dan giginya menarik-narik kulitku hingga tubuhku bergetar nikmat.

Remy menyentuh setiap inci tubuhku sebelum aku telentang lagi. Raut wajahnya tegang, ia mengusap-usap bagian depan dan samping tubuhku. Telapak tangannya bergerak ke lenganku, lalu ke pinggulku, sebelum turun ke kakiku. Sekali lagi, pahaku terbuka lebar saat ia berbaring di atasku, mulutnya melumat leherku. Ciumannya semakin ganas saat ia mendorong tongkat kejantanannya menembus rumahnya.

Aku mencengkeram bahunya, napasku cepat.

Aku enggak menyangka pria brutal dan kejam ini akan menunjukkan begitu banyak kasih sayang dan hasratnya kepadaku. Sejujurnya, kupikir dia akan naik ke atasku, melakukan aksinya, lalu mengabaikan keberadaanku.

Saat mulutnya memenuhi leher dan bahuku dengan ciuman liar, jantan kerasnya terus menggesek kacang mungilku dan enggak lama kemudian otot perutku mulai menegang.

“Remy,” bisikku, suaraku dipenuhi rasa heran karena senang dia membuatku on fire.

Kepalanya tegak dan tatapannya menatapku dengan penuh gairah.

"Bilang namaku kayak gitu lagi, dan aku bakal, oh ...."

Apa?

Aku enggak mengerti.

Rasa takut pun menegang di wajahku, dan dia dengan cepat membingkai wajahku dengan kedua tangannya dan mencondongkan tubuhnya begitu dekat hingga aku dapat merasakan napasnya di bibirku.

"Jangan cium!" Aku langsung berteriak.

Remy menempelkan dahinya ke dahiku, memejamkan mata, dan menarik napas dalam-dalam.

Suaranya serak saat ia mengakui, "Sulit."

"Apa?"

"Ohh. Jangan lepas kendali," pekiknya.

Baru kemudian aku menyadari betapa perhatiannya dia. Remy sudah melakukan begitu banyak hal untukku.

Aku ingin menunjukkan betapa bersyukurnya aku kepadanya karena telah membuat pengalaman ini menyenangkan bagiku. Jadi aku angkat kepalaku dan cium pipinya.

Aku lingkarkan lenganku di lehernya dan mencium lehernya. "Makasih karena udah kasih banyak perhatian sama aku."

Lalu aku tarik napas dalam-dalam untuk mengumpulkan keberanian ... dan akhirnya aku mengatakan, "Ambillah keperawananku, Remy. Aku siap."

1
Dewi kunti
hadeeeeehhh siang2 mendung gini malah adu pinalti
Dewi kunti: iya dooong
total 2 replies
Dewi kunti
bukan tertunduk kebelakang tp mendongak
Dewi kunti
🙈🙈🙈🙈🙈ak gak lihat
Dewi kunti
wis unboxing 🙈🙈🙈🙈🙈moga cpt hamil
Dewi kunti: lha tadi udah dicrut di dlm kan🙈🙈🙈🙈
total 2 replies
Dewi kunti
minta bantuan Remy Arnold aj
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!