Athaya, seorang gadis mungil yang tinggal di pelosok desa. Berlari tunggang langgang kala ketahuan mencuri mangga tetangganya.
"Huuu dasar tua bangka pelit! Minta dikit aja gaboleh!" sungutnya sambil menatap jalanan yang ia tapaki tadi—menjauhi massa penduduk yang mengejarnya.
Athaya adalah gadis desa yang hidup sebatang kara di tengah masyarakat yang menganut budaya nepotisme.
Dimana, mereka lebih memikirkan kerabatnya, daripada orang susah yang ada di sekitarnya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Athaya untuk bertahan hidup.
Sampai akhirnya, ia mengalami hal di luar nalar saat masuk ke hutan. Ia masuk ke dalam portal misterius dan berakhir masuk ke dalam tubuh seorang selir yang sedang di siksa di tengah aula paviliun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mur Diyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelicikan penasihat Ruo Ming
Elise menatap punggung Elios intens kala lelaki itu berlari membawa Xiao Lu untuk di obati. Ia yang awalnya ikut berlari mengekor di belakang. Kini memilih berhenti di depan kamar kerajaan—yang tak lain adalah tempat dimana sang raja mengistirahatkan diri.
Ia menoleh, menatap intens bangunan paling privat di istana itu.
"Wajah raja tadi membiru. Mereka bilang karena keracunan?" Elise yang dulunya pernah menjadi pengumpul tanaman herbal di hutan, dan bahkan pernah meracik berbagai obat-obatan karena dulu neneknya adalah seorang dukun bayi pun merasa janggal dengan perubahan wajah raja.
"Bukankah wajah membiru itu diakibatkan oleh pembengkakan tenggorokan akibat kekurangan oksigen?" Elise terus bertanya-tanya di dalam diamnya. Ia masih ingat betul beberapa teknik pengobatan.
Dulu jaman ia masih menjadi sosok Athaya kecil. Saat neneknya masih hidup dan selalu menjadi garda terdepan untuk melindunginya dari amukan sang ayah. Kerap sekali orang-orang dengan keadaan yang sama datang ke rumah nenek minta di obati.
Padahal neneknya dulu hanyalah dukun bayi. Tapi karena ilmunya yang mumpuni, yang bahkan bisa mengobati sakit berat sekalipun. Membuat masyarakat percaya, neneknya Athaya sudah seperti malaikat penyembuh di desa mereka.
Tanpa sadar, kini Elise sudah berdiri di depan pintu kamar raja. Padahal tadi ia masih berdiri di depan gerbangnya saja. Namun karena penasaran, ia pun mencoba untuk menyusup masuk ke dalam kamar.
"Permisi..."
Elise membuka pintu kamar raja perlahan. Langkahnya sangat tertata tanpa suara demi tidak membuat prajurit yang kini berpatroli mendeteksi dirinya yang masuk begitu saja ke kamar raja.
Ia menatap sang raja intens. "Wajah dan bibir membiru, nafas tersendat, bahkan detak jantung mulai melemah. Dari segi manapun ini pembengkakan tenggorokan. Raja pasti memiliki alergi sesuatu hingga membuatnya kesulitan bernafas! Kok tabib disini dongo semua yah? Malah dibilang keracunan!"
"Dilihat dari segi manapun juga jelas, raja terkena pembengkakan. Mungkin memang penyebab utamanya dari makanan yang berasal dari Negara Xiarong. Tapi ya tetap saja, keliru dalam mendiagnosis adalah kesalahan fatal! Goblok bangett..." decaknya tak habis fikir dengan kinerja tabib istana.
Kini, Elise mulai berjalan menaiki undakan tangga menuju ranjang sang raja. Ia mengecek setiap inti nadi yang tersebar di tubuh raja.
Sampai di tahap ia ingin mengecek mulut sang raja. Ruam merah keunguan di pangkal tenggorokan bisa menjadi tanda, bahwa raja memang mengalami radang tenggorokan.
Namun jujur saja, Elise merasa takut untuk mengecek. Bagaimanapun orang yang akan ia obati bukan sembarangan orang, langsung pemimpin suatu negara.
"Gapernah ngerawat pasien. Sekali ngerawat malah langsung maniac negara, ckckck." Elise merutuki dirinya sendiri. Merasa ngeri jika ia harus berurusan dengan raja langsung.
Namun ini bukan waktunya untuk mengedepankan rasa takut. Ada nyawa yang dipertaruhkan disini. Ada negara yang harus diselamatkan kedaulatannya. Tak ada lagi yang tau tentang hal beginian selain dirinya. Jadi mau tak mau, Elise harus mencoba meski taruhannya nyawa.
Baru saja tangannya akan membuka rahang sang raja. Tiba-tiba suara derit pintu kamar raja yang hendak di buka membuat ia terkejut dan aksinya terhenti.
Ia melotot tajam menatap pintu. "Sial!" rutuknya dalam hati.
Namun untungnya ia cepat tanggap dan cerdas mencari persembunyian. Karena ia sudah terlatih untuk bersembunyi dari binatang buas saat mencari herba di hutan. Membuat instingnya cepat tanggap.
Ia langsung bersembunyi di belakang ranjang sang raja yang tertutup tirai. Menajamkan telinga dan penglihatannya untuk melihat siapa yang sebenarnya datang diam-diam ke kamar sang raja itu.
"Hay...bodoh!"
DEG!
Mata tajam Elise seketika membulat mendengar seseorang yang mengatai rajanya bodoh itu dibalik tirai.
Dahinya mengerut penuh curiga. Dari suaranya, terdengar mirip seseorang yang ia lihat di aula istana tadi. "Penasihat Ruo Ming?" batinnya menebak.
Ia dengan hati-hati mulai mendekat ke pembatas tirai. Mencoba mengintip dan memastikan. Apakah itu benar-benar Penasihat Ruo Ming atau bukan?
Dan makin membulat lah kala ia melihat ke depan sana. Itu, benar-benar Penasihat Ruo Ming.
Rahang Elise mengeras melihat penghianat muncul langsung di kamar sang raja. "Motif apa sebenarnya dia?" batin Elise penuh curiga.
Ia melihat setiap gerak-gerik Ruo Ming di kamar raja. Terlihat ia mulai mengotak-atik lemari di kamar sang raja. Mencari sesuatu di dalam sana.
Sampai akhirnya senyumnya berbinar kala ia menemukan sesuatu yang ia cari-cari selama ini. "Akhirnya, giok atas nama sang raja berhasil aku temukan! Kalo kaya gini, aku gaperlu kerepotan mengakses setiap tempat dengan izin dari bantuan giok ini." ucapnya penuh seringai.
ia melirik sinis sang raja yang terbaring lemah di atas ranjang dengan ekor matanya. "Teruslah kau tidur di situ sampai kau mati, bodoh. Negaramu ini akan hancur! Dan akan dibangun lagi atas namaku hahahahah!" teriaknya penuh kepuasan atas segala akal licik dan bulus yang ia lakukan.
Terlihat Penasihat Ruo Ming berjalan dengan penuh seringai menaiki undakan kamar raja. Tubuhnya merunduk—mengsejajarkan mulutnya dengan telinga raja.
"Asal kau tau bodoh, momen ini sudah aku tunggu selama hampir 10 tahun. Dan kau ingin dengar tidak betapa bodohnya kamu yang malah mengangkat penyusup sebagai seorang penasihat?"
"Asal kau tau, kau adalah orang yang paling dongo dan terlalu baik selama ini. Sampai-sampai aku yang penyusup ini pun kau terima, dasar bodoh! Hahahaha!"
"Oiya, satu lagi. Permaisuri bodohmu itu sebentar lagi akan di penggal kepalanya oleh Raja Negara Xiarong tau. Kau ngga kasihan hmm?"
"Kau di cap penghianat! Karena telah membuat Putri Xiao Lu sekarat! Hahaha asal kau tau bodoh, itu karena ku! Aku yang membuatnya sekarat! Aku juga yang menyuap sekolah kesehatan agar guru mereka hanya mengajarkan hal classic! Itulah mengapa kau cuma di cap keracunan oleh para tabib muda dongo itu! Hahahaha.....sekaratlah dalam penyesalanmu itu, dan serahkan semua urusan kerajaan padaku, hahahahah!" Penasihat Ruo Ming terus tertawa keluar dari kamar sang raja dengan begitu puasnya.
Sementara Elise sudah mengepalkan tangannya erat sedari tadi. "Pantas saja tabib disini bodoh semua, ternyata memang udah di saring selama sepuluh tahun terakhir!" desis Elise merah padam.
Tanpa basa-basi, ia langsung menghampiri sang raja. Kerajaan ini akan hancur jika raja tidak bangkit segera.
Ia mulai mengumpulkan beberapa rempah yang memang sengaja ia kantongi karena baunya yang harum. Elise sangat penyuka bau rempah.
Ia sengaja mengeringkan beberapa rempah dan ia masukkan dalam satu kantong untuk ia hirup sekapan-kapan ia butuh bau harum itu.
Ia tak mengira, itu akan menjadi senjata mumpuni dirinya untuk menyelamatkan raja tanpa perlu menarik curiga pada prajurit karena keluar masuk area privat istana demi mengumpulkan beberapa rempah.
Elise langsung membuka mulut sang raja. Matanya langsung membulat kala melihat langit-langit mulut dan dinding tenggorokan itu membengkak di dalam sana.
"Payah! Aku harus bertindak cepat! Atau kalo tidak, raja benar-benar akan binasa karena kehabisan oksigen!"
Dengan cekatan Elise langsung meracik rempah-rempah yang ada di kantong kecil miliknya. Mengulek-nya secara manual dengan lengkungan gelas. Membuatnya menjadi seduhan herbal untuk melancarkan sirkulasi udara di tenggorokan raja.
Dan betapa leganya Elise kala sang raja mau menerima minuman herba yang ia buat kan. "Yang Mulia tau yah aku mau nolongin Yang Mulia? Yang mulia harus cepat bangun lho, kerajaan ini hanya anda yang bisa menyelamatkannya." ucapnya tersenyum menatap raja yang mulai menelan minuman herba yang ia buat.
"Sereh udah, mint liar udah, jahe udah....apalagi yah?" Elise mulai mengingat-ingat apa yang tertinggal. "OHH IYAA! UAP PANAS!! AKU HARUS MEMBUAT UAP PANAS!"
"Aduhh....tapi disini gaada kompor. Masa iya aku harus berlari ke dapur sih, ck merepotkan!" decaknya kesal.
Ia mulai mengingat-ingat kembali cara manual untuk membuat uap panas agar membuka tenggorokan sang raja. "Apa yahh duh!"
"Ahaa!!! Lensa!"
Elise mulai mencari dan mengotak-atik setiap inti kamar raja. Berharap ada kaca melengkung atau apapun itu yang bisa ia gunakan untuk membuat uap panas dengan bantuan sinar matahari.
Matanya langsung berbinar kala ia menemukan giok transparan yang cukup cekung untuk dijadikan lensa manual.
"Kalo diingat dari ingatan Elise asli. Giok ini namanya giok spiritual, yang katanya bisa menyerap racun dan segala jenis roh jahat. Yahh....jaman sekarang memang masih kolot, percaya dengan benda yang bisa mengusir hantu lah, ini lah, itu lah. Tapi cukup masuk akal juga mengingat, jaman sekarang spiritualisme memang masih cukup kental dengan keseharian masyarakat zaman sekarang."
Elise mulai membuat uap panas dengan semangat di bawah cahaya sinar matahari.
Elise mulai menuangkan air dalam mangkok kecil. Memusatkan giok *transparan*t itu ke tengah air.
"Kalo giok biasa mah gabakal mempan ini, ngga bening banget, cahayanya malah bakal nyebar ke berbagai arah, gabisa fokus satu titik kaya lensa kaca. Tapi kalo diingat dari ingatan Elise asli. Giok ini hanya ada beberapa biji di dunia. Hanya para petinggi-petinggi kerajaan saja yang punya. Jadi cukup magis lah. Coba ku cek, bisa ngga yah bikin panas air?"
Elise awalnya agak ngga begitu yakin jika giok ini bisa bikin uap panas. Tapi cuma ini satu-satunya cara yang masuk akal yang tersedia di zaman sekarang.
"Zaman sekarang kaca masih burem, apa aku bantu masyarakat buat bikin kaca yang bening seperti dunia asliku yah?" Elise mulai menimbang-nimbang niatnya itu.
Namun sebelum itu, ada hal yang jauh lebih penting sekarang. "Ahh udahlah, itu mikirnya nanti aja!"
Ia mulai kembali menatap fokus giok lengkung itu di bawah sinar matahari.
"Ehhh iya bisa!! Yesss!!"
"SIAPA DISANA?!!"
DEG!