NovelToon NovelToon
Rela Di Madu

Rela Di Madu

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor jahat / Poligami / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.

Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.

Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.

Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?

Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14

Malam harinya, sesuai rencana, Zidan pergi menuju rumah yang ditempati oleh ibunya. Ia pergi sendiri tanpa kedua istrinya, karena ingin memastikan keadaan di sana terlebih dahulu.

Setelah sampai, Zidan menuruni mobilnya dan melangkah masuk menuju rumah. Ia yang memiliki kunci cadangan langsung masuk begitu saja, sambil mengucapkan salam ketika melihat ibunya sedang duduk santai di ruang keluarga.

"Assalamualaikum--" ucap Zidan, membuat Ibu Zubaidah menoleh ke arahnya.

"Waalaikumsalam. Masyaallah, anak Ibu baru pulang? Kau ke mana saja, Zidan? Ibu sangat rindu padamu."

Zidan menyalami wanita yang telah melahirkannya itu dengan takzim, lalu duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Ia menoleh ke sekeliling, mencari adiknya yang tidak tampak di ruangan itu.

"Eva mana, Bu?" tanya Zidan.

"Eva lagi ada temannya di kamar. Kau sudah makan malam, Nak?" sahut Ibu Zubaidah balik bertanya.

"Sudah, tadi di apartemen," jawabnya singkat.

Ibu Zubaidah mengerutkan kening saat mendengar kata apartemen. Rupanya selama ini putra semata wayangnya itu tidak betah tinggal bersamanya. Jadi selama ini Zidan tinggal di apartemen? pikirnya.

"Jadi, kau selama ini tinggal di apartemen sendirian, Zidan?" tanya Ibu Zubaidah dengan nada selidik.

"Nggak, Bu. Zidan nggak sendirian. Zidan tinggal bersama dua orang wanita di sana," jawabnya santai, sambil menunduk dan memainkan jarinya karena gugup.

"Apa?! Dua wanita? Maksudnya?" tanya sang ibu penasaran.

"Zidan-- Zidan sudah menikah lagi, Bu."

Mendengar itu, jantung Ibu Zubaidah berdetak kencang. Ia sangat terkejut mendengar putranya kini sudah menikahi wanita lain selain Fahira. Karena rasa penasaran yang semakin besar, akhirnya ia bertanya lagi.

"Menikah lagi? Dengan siapa? Apa kau menikahi Najwa, Nak?"

"Bu, maafkan Zidan karena tidak menuruti keinginan Ibu untuk menikahi Najwa. Dia masih gadis, Bu. Kasihan kalau harus menjadi istri keduaku. Masa depannya masih panjang, dan dia pantas mendapatkan pria single yang bisa membahagiakannya. Ibu mengerti kan maksudku?" jelas Zidan lembut, berharap ibunya memahami alasannya.

"Iya, Ibu tahu, Nak. Tapi Najwa sekarang yatim piatu. Dia hanya punya kita sebagai keluarga. Ibu hanya ingin dia menjadi bagian dari keluarga kita," jawab Ibu Zubaidah lirih.

"Ibu percaya sama Zidan. Dia pasti akan bahagia suatu saat nanti, meskipun tidak bersama kita," ucap Zidan meyakinkan.

Mendengar itu, Ibu Zubaidah hanya bisa pasrah. Ia tak bisa memaksa putranya menikahi Najwa. Namun, rasa kecewa itu tetap ada. Dirinya sebagai ibu seolah tidak dianggap, karena Zidan pulang dengan kabar pernikahan tanpa persetujuannya.

"Lalu, siapa wanita yang kau nikahi? Apa dia seorang janda?" tanya Ibu Zubaidah dengan raut wajah kecewa.

"Intinya, Zidan menikahi seorang wanita single. Dan dia menerima keadaan Zidan yang menginginkan keturunan, sesuai dengan harapan Ibu dan Fahira," sahut Zidan.

"Ck, wanita itu lagi yang kau sebut! Berhenti mengucapkan namanya di hadapan Ibu!"

Zidan yang melihat ibunya masih menaruh rasa tidak suka pada istrinya hanya menarik napas panjang. Ia bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Fahira kembali ke rumah ini. Tapi satu bulan lagi rumah barunya akan selesai dibangun, sayang sekali jika ia harus menyewa rumah lain untuk kedua istrinya itu.

"Bu, aku mohon kerja samanya. Zidan akan membawa Fahira dan Viola untuk tinggal di rumah ini sementara waktu. Setelah itu, Zidan akan membawa mereka pindah ke rumah yang baru saja aku bangun kemarin," jelasnya lagi.

"Jadi, wanita itu bernama Viola? Lalu, apa mertuamu tahu soal ini?" tanya Ibu Zubaidah.

"Tidak. Dan Zidan mohon, rahasiakan hal ini sampai kita mendapatkan keturunan darinya. Ibu ingin cucu dariku, kan?"

Ibu Zubaidah langsung mengangguk cepat. Ia memang sangat ingin memiliki cucu. Teman-teman pengajian dan arisannya sering menyindir soal cucu setiap kali bertemu.

"Nah, kalau itu yang Ibu inginkan, maka aku mohon sekali pengertian Ibu. Biarkan mereka tinggal di sini sementara waktu, Bu," sambung Zidan.

Melihat anaknya memohon seperti itu, Ibu Zubaidah tersenyum masam. Ia merasa seperti ibu yang kejam jika menolak permintaan putra semata wayangnya.

"Baiklah, bawalah mereka ke mari. Tapi tolong, nasehati juga istrimu itu. Jangan terlalu lelet kalau bekerja, Ibu tidak suka," katanya.

Zidan hanya diam. Mendengar ibunya menyebut kekurangan Fahira, hatinya terasa perih. Ia sangat mencintai istri pertamanya itu, tapi juga tidak ingin melukai perasaan ibunya.

Ia hanya berharap ibunya bisa menerima Fahira seperti dulu, sebelum tahu bahwa menantunya itu tidak bisa hamil.

"Kalau begitu, Bu, kalau Ibu ingin marah pada mereka, jangan lakukan. Marah lah pada Zidan saja, karena di sini aku yang salah, Bu."

Ibu Zubaidah tersenyum dan mengusap pipi putranya dengan lembut.

"Sudah malam. Zidan balik ke apartemen dulu ya, Bu?" ucap Zidan berpamitan.

"Iya, Nak. Maafkan Ibu kalau sudah membuatmu merasa bersalah," balasnya.

Keduanya kemudian berpelukan. Setelah itu, Zidan menyalami ibunya dan kembali ke apartemen.

~~

Sementara itu, di apartemen, Fahira masih berada di kamarnya sejak Zidan pergi ke rumah ibunya. Ia belum sanggup melihat Viola di sana, apalagi malam ini Zidan akan tidur bersamanya. Baru membayangkannya saja sudah membuatnya lemas, apalagi jika benar-benar terjadi.

"Mbak Fahira-- apa kau sudah tidur?" panggil Viola sambil mengetuk pintu kamar.

Fahira yang mendengar panggilan itu bangkit dan membuka pintu. Begitu terbuka, keduanya saling berpandangan tanpa kata. Viola yang memang ingin berbicara akhirnya membuka suara.

"Mbak, maaf aku mengganggu waktumu. Boleh kita bicara sebentar?"

"Mau bicara apa?" balas Fahira datar.

"Kita bicara di sofa saja, bagaimana?"

Fahira menatap sofa yang ditunjuk Viola, lalu mengangguk pelan. Keduanya berjalan dan duduk saling berhadapan.

"Silakan, kau mau bicara apa?" tanya Fahira.

"Mbak, maaf-- mungkin ini agak sedikit pribadi. Tapi aku sudah memikirkannya sejak kemarin," ucap Viola, menarik napas dalam sebelum melanjutkan.

"Begini, kau pasti sudah tahu siapa aku dari Tuan Zidan. Dia pasti sudah menceritakan tentang aku padamu. Tapi, asal kau tahu, Mbak_ aku selalu melayani pelanggan dengan pengaman. Jadi, aku jamin aman. Aku juga sudah memeriksakan diri ke dokter bersama Tuan Zidan. Hasilnya besok akan dikirimkan," jelas Viola.

"Untuk masalah ranjang, kau tenang saja, Mbak. Aku sudah sepakat dengan Tuan Zidan, jika kau sendiri yang menyuruhku bersamanya satu malam atau beberapa malam, baru kami akan melakukannya. Jika kau masih berat, maka kami tidak akan melakukannya. Tuan Zidan sangat mencintaimu, Mbak Fahira. Bahkan setelah menikahi aku pun, hanya kau yang dia pikirkan. Aku juga sudah menandatangani surat perjanjian, jadi kau bisa tenang. Aku tidak akan pernah merebut suamimu. Karena jatuh cinta padanya saja sudah termasuk pelanggaran dalam surat perjanjian itu," sambung Viola panjang lebar.

Fahira yang mendengar semua itu merasa sedikit lega. Setidaknya, mereka tidak akan satu ranjang tanpa seizinnya.

Kini ia bertekad untuk menyiapkan diri sebaik mungkin agar bisa menerima Viola. Ia berusaha keras mengesampingkan perasaannya demi satu hal, yaitu keturunan, sesuatu yang sangat diidamkan oleh suaminya.

...----------------...

Bersambung....

1
Momo
Menghela nafas terus aku baca nya.
Suyati
jlnnya kenapa k bar
Deyuni12
istri bang Zidan Solehah mbak vio,aku jamin kamu akan suka n bahkan mungkin mbak akan insecure nantinya,tapi jangan salah, istri bang Zidan amat sangat baik santun n lembut,sekian penjelasan dari saya 😄😄🙏
Deyuni12: puas banget itu ketawa 😊😊
total 2 replies
Deyuni12
hmm
Deyuni12
duh
ko jadi gini y,,hm
Deyuni12
hadeeeh
jalan yg salah wahai Zidan,emang harus y ketika kalut malah pergi k tempat yg gak semestinya d datangi,Iyu mah sama aja malah nyari masalah..
dasar laki laki
sasip
lah, kalau ada masalah ya jangan dibawa ke tempatnya setan ngumpul bro, tinggal nunggu waktu kamu bakal kesetanan aja itu bro.. pagimana ituh? 😉🤭😅
Deyuni12
jahat ikh mertuanya,mulutnya kaya cabe lebih dr sekilo yg udah d rajang,,bikin emosi
Miss Ra: /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
total 7 replies
Deyuni12
hadeeeh
drama perjodohan lagi
Deyuni12
gooooo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!