Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Udara pagi terasa seberat timah diselimuti firasat yang tak menyenangkan. Bagi Arion setiap detik Luna berada di dekat Serena terasa seperti jarum jam yang berdetak menuju kehancuran.
Pesta di penthouse Alditama malam nanti adalah medan perangnya, namun pertarungan sesungguhnya telah dimulai di ruang kerja Serena, Arion tahu ia harus menjaga ketenangan menggunakan setiap bagian dari dirinya, naluri protektifnya yang baru, pesonanya yang lama untuk membongkar jaring laba-laba ini. Tapi di lubuk hatinya ia hanya berharap Luna aman.
Luna berjalan masuk ke ruang kerja Serena. Kali ini ruangan itu terasa lebih dingin, lebih formal. Serena duduk di balik mejanya, tatapannya tajam mengamati Luna seolah gadis itu adalah objek studi yang menarik.
"Duduk Luna", Serena berkata sambil menunjuk kursi di depannya.
"Jadi kau ingin tahu lebih banyak tentang visi pembangunan kampus ini?" Nada suaranya penuh sarkasme.
Luna mengangguk, mengeluarkan pena perekamnya dari tas tanpa disadari Serena.
"Aku hanya ingin memahami lebih dalam Serena, Profesor Hadi bilang kau punya wawasan yang luar biasa". Serena tersenyum tipis.
"Profesor Hadi memang cerdas, Dia tahu siapa yang memegang kunci informasi". Serena lalu membuka beberapa dokumen memperlihatkan denah pembangunan, grafik keuangan, dan rencana strategis.
"Ini adalah proyek ambisius, Kampus baru, fasilitas baru, berstandar internasional. Tentu saja, itu membutuhkan dana besar." Luna berpura-pura mencatat.
"Dan dana itu berasal dari Alditama Group?"
"Tentu saja, Mr. Alditama adalah seorang visioner, Dia melihat potensi di kampus ini," Serena menjelaskan, namun tatapannya menyiratkan lebih banyak.
"Tapi visi itu juga membutuhkan pengorbanan. Kau tahu, biaya tak terduga."
"Biaya tak terduga?" Luna bertanya, mencoba memancing Serena mendekat, ekspresinya berubah menjadi lebih serius.
"Setiap proyek besar punya biayanya sendiri Luna, Biaya untuk melicinkan jalan, Biaya untuk menjaga mulut tetap tertutup Dan terkadang biaya untuk kesenangan." Serena mencondongkan tubuhnya mendekat ke telinga Luna.
"Mahasiswa baru sangat naif, Mereka datang dengan mimpi, dengan cita-cita, Tapi di dunia nyata impian itu bisa diperjualbelikan, Kecantikan mereka bisa menjadi mata uang Dan beberapa di antaranya, cukup bodoh untuk percaya bahwa mereka bisa mendapatkan segalanya tanpa berusaha." Serena menatap Luna, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.
"Seperti Elara, Dia pikir dia bisa mendapatkan posisi bagus di perusahaan Alditama dengan melayani beberapa petinggi, Dia tidak tahu bahwa dia hanyalah alat yang bisa dibuang kapan saja." Luna merasakan mual.
"Kau tahu semua ini?"
"Aku tidak hanya tahu Luna," Serena berbisik, suaranya penuh kemenangan.
"Aku adalah bagian darinya, Aku tahu setiap lubang, setiap rahasia, Aku bisa menghancurkan mereka semua Termasuk Dekan Anwar, Tapi aku butuh kekuatan, Kekuatan yang Arion bisa berikan". Luna berusaha keras menjaga ekspresinya.
"Dan apa yang kau inginkan dari Arion?"
"Aku ingin dia, Aku ingin dia di sisiku, Bersama-sama kita bisa mengambil alih kampus ini, Kita bisa membentuknya sesuai keinginan kita Dan kita bisa membuang semua tikus-tikus tua itu" Mata Serena berkilat ambisi.
"Arion adalah pemimpin yang kuat, Dia punya massa, Tapi dia juga butuh otak. Otak sepertiku."
"Dan apa yang akan terjadi pada Arion setelah itu?" Luna bertanya, suaranya sedikit bergetar.
Serena tertawa "Arion? Arion adalah pria yang mencintai tantangan, Dia akan menikmati kekuasaan Dan dia akan menikmati wanita, Aku hanya akan memastikan aku adalah wanita yang paling ia nikmati" Luna merasakan darahnya mendidih, Ia tahu ia harus pergi.
"Aku rasa ini cukup untuk hari ini, Terima kasih atas informasinya."
Serena tersenyum puas. "Jangan berterima kasih dulu Luna, Aku tahu kau mencoba memancingku, Aku tahu kau merekam ini, Tapi itu tidak akan membantumu, Aku sudah mempersiapkan semuanya Dan Arion.. dia tidak akan pernah bisa melarikan diri dari masa lalunya" Luna terkejut, Serena tahu tentang perekamnya, Ia cepat-cepat beranjak.
"Satu hal lagi Luna" Serena memanggil.
"Malam ini ada pesta di penthouse Alditama, Banyak petinggi kampus dan orang penting akan hadir Dan banyak mahasiswi juga, Mungkin kau akan tertarik untuk melihat bagaimana keindahan yang kau cari benar-benar terbentuk di sana". Ada ejekan dalam suaranya serana.
Luna keluar dari ruang kerja Serena dengan perasaan hancur, Bukan hanya karena kebusukan yang ia dengar, tapi juga karena pengkhianatan Serena Dan Serena tahu, Dia tahu semuanya. Ia menemukan Arion di luar menunggunya dengan ekspresi cemas.
"Bagaimana?" Luna menyerahkan pena perekam itu.
"Dia tahu aku merekamnya, Dan dia tahu aku di sini untuk memancingnya, Dia memberitahuku tentang pesta Alditama."
Arion menatap perekam itu, lalu ke mata Luna. "Kau baik-baik saja?"
"Aku tidak tahu," Luna berbisik, suaranya gemetar.
"Dia...dia sangat menakutkan Arion, Dia adalah bagian dari mereka Dan dia ingin kau, Dia ingin kau bersamanya di atas kekuasaan ini" Arion menarik Luna ke dalam pelukannya.
"Aku tidak akan meninggalkanku Luna, Aku tidak akan mengkhianatimu."
Arion mencium puncak kepala Luna, lalu beralih ke bibirnya, Ciuman itu adalah sebuah janji, sebuah penegasan.
"Kita akan menghancurkan mereka semua, Termasuk Serena."
Malam harinya, Arion bersiap untuk pesta di penthouse Alditama, Kenzie dan Adrian sudah menyiapkan segala sesuatunya, Arion mengenakan setelan jas hitam yang rapi membuatnya terlihat lebih dewasa dan berbahaya.
"Kita punya beberapa mata-mata di dalam," Kenzie menjelaskan.
"Clarissa dan Tania sudah duluan masuk, Elara juga akan ada di sana, Kita akan mencoba mendekati Elara dan Anita Dan kita akan mencoba mencari bukti fisik Dokumen, foto, atau apa pun itu."
"Ingat Arion" Adrian memperingatkan.
"Alditama itu licin, Dia punya mata-mata di mana-mana, Kau harus sangat hati-hati". Arion mengangguk.
"Aku tahu."
Sebelum berangkat, Arion menatap cermin, Di balik wajah tampan yang ia kenal, ia melihat bayangan Luna, Bayangan janji yang dia berikan Dan bayangan Serena dengan senyum kemenangan, dia tahu malam ini adalah pertaruhan besar, dia harus menggunakan setiap pesonanya, setiap intuisinya, untuk memenangkan perang ini.
Arion berangkat meninggalkan Luna yang khawatir di apartemennya, Luna duduk di sofa memegang pena perekam itu, mendengarkan kembali percakapannya dengan Serena, dia tahu dirinya juga akan memainkan perannya malam ini Dari jarak jauh Dengan seni.