"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku ingin hidup
Ruangan kantor Devan terasa lega,meski ada tumpukan beberapa Map yang harus ia periksa.Lukisan karya Henry Callen masih berdiri gagah di dekat jendela.Tempat yang sekarang jadi favorit nya berdiri di sana.
"Tuan saya sudah mendapatkan informasi tentang Professor yang mampu mengoperasi penyakit anda dengan hasil yang terbaik"
Sekertaris Ken berdiri tegak di depan meja kerja Devan, membawa berkas tipis berlogo Jepang di tangannya.
“Ini, Tuan… informasi tentang seorang profesor dari Jepang. Hiroshi Takeda, kepala divisi bedah saraf di Seikou University Center, Tokyo. Beliau sedang memimpin uji klinis terapi sel punca untuk pasien glioblastoma stadium lanjut.”
Devan diam beberapa detik, menatap berkas di tangan sekertaris Ken.Lalu tangan kirinya meraih sampulnya pelan,
“Terapi… sel punca?” gumamnya, lirih tapi bergetar.
Sekertaris Ken mengangguk. “Kemungkinannya sangat besar, beliau pernah memperpanjang usia pasien dengan kondisi yang sama sampai dua tahun lebih lama,bahkan ada yang sudah sembuh total.”
Devan menutup mata, menarik napas panjang.
Saat membukanya, sorot mata itu berbeda.Seperti menemukan harapan baru.
“Pesan tiket ke Tokyo,dan urus semuanya.Pastikan tidak ada satupun yang tahu,termasuk istriku.”
“Aku ingin bertemu Profesor Takeda secepatnya.”
Sekertaris Ken mengangguk,membungkukkan badannya setengah lalu berbalik menuju pintu keluar.
"Aku ingin pergi selamanya dari hidupku,tapi...tetap saja aku harus bertahan.Aku ingin hidup lebih lama lagi bersama Nadira dan calon anakku.Aku ingin sembuh,aku tidak mau mati"
Suaranya bergetar,ada sesak dan juga semangat sekaligus.Devan sudah bertekad untuk menjalani pengobatan dengan satu tujuan,tetap hidup dan bahagia bersama Nadira.
***
Di apartemen yang luas,Henry Callen duduk termenung.Di depannya sebuah kanvas berlukiskan sosok gadis remaja dengan senyum yang selama ini menjadi sumber semangat untuknya berkarya,sosok itu adalah Nadira saat masih berusia belasan tahun.
"Jadi,Nadira ya namamu...lucu sekali,setelah sekian tahun aku baru mengetahui namamu.Tapi,aku tidak menyesal mengetahuinya sekarang.Meskipun statusmu sudah bersuami,bukankah tidak apa-apa memiliki suami sekaligus pacar?"
Seekor kucing berbulu kelabu,setia melingkar di kaki kursi yang ia duduki.Perlahan ia menurunkan tangan,mengelus perlahan puncak kepala kucing itu.
"Benarkan Beno?,"
"aku akan menjadi pacarnya,yang akan memberikannya kebahagiaan dua kalilipat dari suaminya"
Meong!!
Beno kucing peliharaan Henry sejak ia pindah ke Paris,sudah menjadi tempat untuknya berkeluh kesah.Seolah mengusir rasa sepi yang kerap menderanya saat malam-malam panjang tiba.
"Kau nampak malu-malu Beno,tidak bisa...aku tidak bisa malu-malu sepertimu.Aku akan mengusahakannya menjadi pacar seorang Nadira,gadis inspirasi ku selama ini".
Suara ketukan pintu terdengar,Henry sudah tahu siapa yang mengetuk.
"Masuklah Luca"
seorang pria gagah,tinggi berpakaian profesional membuka pintu.
"Ada apa?"
"Tuan, 'Gala Estetika' besok malam Anda akan mengundang siapa sebagai tamu kehormatan untuk Tuan?"
"Apa Alveron Group yang menawarkan ini?"
"Iya Tuan,Devan Alfonso langsung yang memberikannya.Sebagai rasa simpatiknya untuk Tuan"
Henry tersenyum,matanya menyimpan sesuatu...seperti sedang menyusun rencana.
"Berikan undangan spesial itu kepada,Nadira".
Luca mengeryitkan dahinya,heran dengan apa yang Henry barusan katakan.
"Tuan,Nyonya yang kau tabrak kemarin.Dia,adalah istri dari Devan Alfonso".
"Aku sudah tahu Luca,lalu kenapa kalau aku ingin memberikan undangan itu padanya?"
"Tidak apa-apa Tuan,hanya saja aku sedikit terkejut"
Henry berdiri,mendekati Luca,lalu menepuk bahunya perlahan
"Kau akan lebih terkejut jika aku akan menjadikan diriku pacarnya"
Luca mengangkat wajah,menatap majikannya dengan ekspresi bertanya-tanya.Tidak mengerti apa yang sedang di rencanakannya.
"Sudahlah Luca,kau tidak perlu banyak bertanya-tanya.Turuti saja perintahku"
Mendengar itu,Luca hanya mengangguk saja.Lalu pergi meninggalkan apartemen itu melanjutkan apa yang di tugaskan untuknya.
Henry kembali duduk di kursinya,tangannya menompang dagu bertumpu pada kaki kanannya yang menyilang.
"Aku melupakan sesuatu,aku lupa membelikan gaun untuknya.Bukankah seorang pacar harus memperhatikan penampilan pacarnya,ah ..tapi aku belum tahu ukuran apa yang dia pakai".
"Dia bilang,dia memiliki butik di dekat lampu lalu lintas.Aku kesana saja,lagi pula aku sudah rindu melihat langsung senyuman manis darinya"
"Beno,kau jangan cemburu ya padanya,tidak ada yang boleh menatap buruk padanya,walaupun itu kamu"Henry mengelus badan kucing itu sebentar lalu, melepaskan pakaiannya segera mandi di kamar mandi.Ia bersiul ria,hatinya di penuhi bunga-bunga layaknya seorang kekasih yang sudah menahan rindu dan akan segera bertemu.
***
Butik Nadira tidak terlalu ramai,ada beberapa pelanggan yang datang mencoba pakaian dari etalase yang ia pajang.Semua pelanggan di tangani oleh karyawan yang sudah terlatih dan profesional.
Nadira sendiri sedang duduk di ruang private khusus dirinya.Kehamilan trimester pertama membuatnya merasa lemas,kadang mual datang tiba-tiba.Karena itu ia lebih memilih untuk banyak beristirahat.
"Mas Devan menyuruhku beristirahat saja di rumah,tapi aku bosan kalau di rumah terus.Aku ingin suasana yang berubah-ubah.Bahkan aroma rumah membuatku sedikit mual".
Nadira mengelus perutnya yang masih rata,dengan pelan.Senyuman terlukis di sudut bibirnya.
"Nak,apa kamu mau Ibumu ini berlibur kemana-mana? Kenapa kamu cepat sekali merasa bosan,jika beristirahat di satu tempat saja? Kamu ingin suasana yang baru rupanya,"
Diatas meja kerjanya,tersaji secangkir teh hangat.Jemarinya lentik meraih gagang itu lalu menyeruputnya pelan.
Seorang karyawan menghampiri nya,
"Nyonya ada seorang pria,bernama Henry Callen ingin bertemu dengan anda"
Nadira mengernyitkan dahinya sebentar,mendengar nama Henry Callen yang di sebut pegawainya
"Suruh lah dia masuk" ucapnya lembut.
Tak lama pegawai itu pergi,suara langkah sepatu mendekat.Aroma parfum maskulin menguar lembut,merambat ke seluruh ruangan.Nadira mencium aroma itu,matanya terpejam sesaat.Entah kenapa,aroma itu sangat di sukainya. "Aroma ini,enak sekali wanginya" bisiknya dalam hati.
"Hai,Nadira!"
"Henry,hey bagaimana kabarmu?"Seperti biasa,senyum manis itu menghias di wajah Nadira yang memang sudah cantik.Senyum yang selama ini Henry rindukan.
"Aku baik Nadira"
Bunga-bunga di hati Henry semakin bertebaran.Sosok yang ia rindukan kini sudah berdiri berhadapan dengannya.
"Silahkan duduk Henry"
Satu-satunya sofa di ruangan itu,berwarna abu gelap.Kontras dengan warna dinding yang berwarna cream terang.Henry duduk dengan posisi elegan.Tubuhnya yang tinggi berambut sedikit ikal dan kulitnya yang putih bersih nampak serasi dengan kemeja hijau sage soft berpadu dengan celana krem netral.Perpaduan itu menambah kesan karismatik seorang pelukis terkenal.Yang jika di lihat sekilas,akan menimbulkan decak kagum pada siapapun yang melihatnya.
"Butikmu bagus ya..." Henry menatap ke sekeliling ruangan.Ia tersenyum saat matanya menangkap tiga buah kanvas berukuran tidak terlalu besar terpajang di dinding.Lukisan itu,dia ingat benar.Lukisan pertama kali miliknya yang di beli oleh Nadira."Dia masih menyimpannya,tidak salah lagi...dia juga sebenarnya masih menyimpan kenangan itu".Bisik di hatinya,terkesan seperti orang yang terlalu percaya diri.
"Henry,apa kamu mau minum teh? Atau kopi?"
"Tidak perlu,Nadira"
"Ehm ...bagaimana kalau kamu aku traktir makan,sebagai tanda perkenalan"
"Boleh,aku tidak akan menolaknya.Tapi,apa tidak apa-apa kamu yang mentraktir ku,seharusnya aku.Sebagai permohonan maaf karna sudah ..."
Belum selesai Henry bicara tapi Nadira cepat-cepat memotong
"Sudahlah,kejadian kemarin tidak perlu di ingat.Bukankah kita sudah sepakat untuk menjadikannya sebagai awal pertemanan kita".
"Baiklah,aku akan sangat menyambut pertemanan ini"
"Ayo kalau begitu,kita pergi.Aku sudah mulai bosan di tempat ini"
"Dengan senang hati aku akan mengikutimu Nadira"
Mereka saling melemparkan senyuman,meski masing-masing mereka memiliki arti tersendiri di balik senyuman itu.
*
*
*
~Salam hangat dari penulis🤍