Reina masuk kedalam tubuh sang tokoh antagonis yang merupakan tunangan dari tokoh utama pria yang sangat obsess pada sang tokoh wanita. Takdir dari buku yang dibacanya harus mati dengan keadaan menyedihkan. Tapi Reina tidak ingin takdir buruk itu terjadi. Salah satunya dengan merubah takdirnya dengan memutuskan pertunangannya dengan Nico sang tokoh utama. Sayangnya perubahannya membuat pria gila berbarik tertarik padannya dan berjanji tidak akan melepaskan. Rencana hidup tenangnya harus hancur dengan pria gila yang malah obsesi padanya bukan pada kekasih kakaknya. Tidak sampai disitu saja masalah dalam hidupnya silih berganti. Berbagai karakter muncul yang tak seharusnya ada di cerita.
"Mari kita batalkan pertunangan ini."
"Tidak akan pernah, kamu sudah masuk ke dalam duniaku dan cara untuk keluar hanya dengan kematian. Sayangnya aku tidak akan membiarkan kematian merenggut kelinci kesayangan itu."
"Kenapa alurnya jadi berubah."
"Semua usahaku sudah selesai , mari kita putus."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewisl85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Reina menatap sengit pelaku yang membuatnya kelaparan saat ini. Pria itu dengan santai menatapnya dengan kedua tangan mengandah rahang tegasnya. Dia menatapnnya seperti baru mendapatkan mainana baru yang menarik. Ia sangat jengah melihat tindakan pria itu padannya.
"Berhenti menatap tajam padaku, sayang. nanti kamu bisa jatuh cinta padaku." goda Nico yang sekarang sudah merubah posisi duduknya. Punggungnya disadarkan pada kursi dan kedua tangannya dilipat di dadanya.
"Aku yang harus mengatakan itu," protes Reina pada Nico yang malah dibalas dengan tawa ringan. Pagi hari ini seluruh orang dikediaman Zandic sangat terkejut dengan tingkah tuannya. Sebuah hal ajaib pria itu tertawa dan tersenyum seperti manusia biasa. Orang yang membuat itu adalah wanita yang bersikap kurang ajar pada seorang Nico. Bahkan para pelayan khawatir dengan sikap Reina yang terlihat kurang ajar. Mereka tahu tuannya tidak pandang bulu pada orang yang bersikap tidak sopannya. Tapi lihat saat ini tuannya tertawa lepas bahkan menggoda tunangannya.
"Kamu sangat cantik Reina, aku merasa tidak rela membiarkan orang lain melihatmu." ucap Nico dengan tatapan dingin yang tiba-tiba terpancar. Hal itu membuat semua orang menundukkan kepala mereka. Ia tahu hal itu peringatan untuk mereka.
"Terima kasih atas pujianmu. Sejak dulu aku memang sangat cantik. Mungkin dulu matamu katarak hingga tidak melihat kecantikanku." ucap Reina dengan santai tapi tidak dengan para pekerja. Dia tidak bisa membayangkan hukuman yang diberikan tuannya pada nona itu. Karena dengan berani mengatakan seorang keturuan Zandic Katarak. Bukankah wanita itu memiliki banyak nyawa seperit seekor kucing.
"hahahaha, kamu benar, dulu kamu seperti boneka yang cocok untuk di pamerkan." ucap Nico pada Reina yang tidak mau kalah menghina lawannya. Dia tidak marah hanya suka berdebat dengan tunangannya. Mungkin hobi barunnya saat ini adalah membuat seorang Reina marah.
"APA MAKSUDMU? NICO FRENDIC ZANDIC." teriak renia yang sudah berdiri dari posisi duduknya. dia tidak terima dianggap sebagai boneka. walaupun hal itu tidak aneh di dunianya. Seorang wanita memang dianggap sebuah mainan pada pria untuk dipamerkan dengan kolega mereka. Tapi dia tidak suka dengan hal itu.
"Ya itu dulu, tapi tidak sekarang. kamu adalah putri yang ingin aku simpan untukku saja." ucap Nico dengan santai yang membuat semua orang terkejut dengan perkataan tuan mereka. Bukan pria itu sangat manis pada nona Reina.
"cih, perkataanmu terlalu manis untuk seorang mafia. berapa wanita yang sudah kamu rayu dengan perkataan itu ? aku tidak akan berpengaruh dengan perkataan itu." ucap Reina yang sudah duduk dan kembali memakan sarapannya. Sedangkan Nico mengangkat alisnya bingung dengan perkataan lawan bicarannya. Sesaat dia paham perkataan wanitanya, senyuman tipis di wajahnnya.
"Tentu hanya kamu seorang Reina Utami Laksana." ucap Nico yang berdiri dari duduknya dan pindah disamping wanita itu. Sekarang ia menopang kepalannya dan menatap wanitannya dari sampingnya. Kenapa dia baru tahu segala sisi wanitannya sangat indah. Hal itu juga yang membuat perasaan cemburu muncul di hatinnya perlahan. Dia tahu banyak pria yang mengantri pada Reina. Hanya saja wanita itu tertarik padannya. Tapi sekarang wanita itu tidak lagi mengejar yang berarti bisanya pria lain merebut posisinya dan ia tidak akan membiarkan itu.
"Kenapa kamu pindah?"
"Aku senang melihatmu lebih dekat seperti saat ini."ucap Nico dengan senyum lebar yang membuat Reina terdiam. Ia juga wanita yang bisa terpesona dengan ketampan seorang pria. Apalagi pria itu tersenyum lebar padannya. Sungguh imannya sedang diuji dengan keindahan di depannya.
"Aku memang tampan dan pria di depanmu ini adalah milikmu Reina." ucap pria itu yang membuat Reina tersadar dari lamunannya.
"Cih terlalu percaya diri, makanku sudah selesai. Jadi aku akan pulang." ucap Reina pada pria di depannya.
"Kamu sudah pulang."
"Ini rumahmu bukan rumahku."
"Tidak ini rumahmu mulai saat ini dan seterusnya." ucap pria itu dengan tangan mengelus luka bekas cekikannya. Ada rasa menyesal menghinggapinya. Kenapa ia bisa kelepasan menyekik wanitannya sendiri.
"Nico aku ..." perkataannya terpotong dengan sebuah kecupan pada bibirnya. Kedua matannya melebar saat sadar pria itu melakukan itu padannya.
"Aku tidak suka kamu membatah Reina." ucap pria itu berakhir dengan kecupan.
"Apa rencanamu hari ini ?"
"Pulang." balas Reina santai.
"Reina."
"NICO."
"akh kamu benar-benar bisa menurutiku ."
"Kamu bukan ayahku." ucap reina dengan satai.
"Sepertinya kamu ingin pernikahan kita di majukan." ucap nico yang langsung mengambil hp-nya dan berniat menghubungi seseorang. Tapi wanita itu langsung merebutnya.
"Kamu gila."
"kamu tahu aku gila, kenapa masih berani membantahku."
"NICO."
"Ya sayang."
"akh aku bisa gila."
"Bukankah nanti kita cocok sebagai pasangan."
"NICO GILA." ucap wanita yang sudah berlari meninggalkan nico begitu saja. Ia ingin segera masuk ke kamarnya dan menguncinya agar pria itu tidak masuk.
"YES BABE."
Sayangnya semua itu hanya sebuah rencana yang berakhir gagal. Ternyata pria itu masih bisa masuk walaupun sudah dikunci dari dalam. Tapi tidak samping disitu saja kekesalannya. Pria itu dengan santai tersenyum mengejek padannya.
"Kamu lupa kamar ini millku. Aku bisa masuk dengan mendeteksi retinaku." ucap nico yang membuat reina frustasi. Wanita berguling-guling di tempat tidur. Hal itu membuat tawa keras lepas dari Nico. Bukankah wanitannya sangat menggemaskan saat ini. Setelah puas menikmati tontonan di depannya. Pria itu melangkah ke dalam ruang ganti. Hari ini dia tetap harus pergi ke kantor karena ada rapat yang harus dihadirinya. Tapi hari ini dia tidak berencana mengajak Reina. Alasannya simpel karena dia akan lebih banyak berinteraksi dengan kolegannya dan ia tidak akan membiarkan Reina dinikmati oleh para pria belang itu.
"Kamu tidak memiliki hobi?"tanya Nico pada Reina yang sudah berguling di dalam selimut.
"Hobiku hanya tidur, makan, dan nonton." ucap Reina dengan santainnya. ia sengaja membuat dirinya pemalas agar pria itu ilfeel. Tapi bukannya ilfeel pria itu hanya tersenyum tipis.
"Tapi kamu harus mempunyai kesibukan di luar Reina. Bagaimana kalau kamu pergi bertemu Rose?"tanya Nico yang membuat amarah wanita itu naik seketika. Hingga bantal di samping Reina terbang ke wajah Nico.
"Hey kamu kenapa marah?"
"pikir sendiri pakai otakmu yang ada di kaki itu." ucap Reina yang membuat Nico menggelengkan kepalannya.
"kalau kamu tidak ingin melakukannya. Mungkin bisa berjalan di taman belakang Reina."
"aku tidak berminat." ucap Reina dengan santai dan menutup wajahnnya dengan selimut. Tanpa sadar tindakannya membuat seseorang semakin tidak ingin melepaskannya.
"Lakukan sesukamu saja, jangan bertemu pria itu lagi . kamu paham Reina. Aku pria yang tidak suka berbagi milikku." ancam Nico dengan tatapan tajam sebelum keluar dari kamarnya. Sedangkan lawan bicarannya langsung menurunkan selimut dan menatap langit-langit kamarnya.
"Aku harus apa setelah ini. aku benar-benar buntu. Tetap melanjutkan atau meninggalkannya secara diam-diam saja."Reina bisa gila terus seperti ini.