Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlakuan Hina dari Radit
Zoya, terpaku. Lagi-lagi dia terjebak oleh pertanyaan Zayden. Anaknya selalu mempertanyakan siapa dan di mana ayahnya, lantas apa yang harus Zoya katakan, haruskah dia mencari seseorang, pria sewaan untuk berpura-pura menjadi ayah si kembar, tapi siapa? Zoya, sama sekali tidak memiliki teman pria yang dikenalnya saat ini. Apalagi yang dekat dengannya.
“Apa, kalian mencari ayah kalian?” Suara Arga, mengalihkan pandangan mereka bertiga. Zoya, dan kedua anaknya langsung melirik ke arah Arga, yang tersenyum padanya.
“Ayah seperti apa yang kalian inginkan? Apa seorang Dokter?”
Zoya, menyipitkan matanya dengan kening mengkerut, begitupun si kembar yang menatap Arga dengan heran.
“Maksud, pak Dokter apa?” tanya Zayden dan Zayda bersamaan. Tatapan mereka sangat serius, menunggu jawaban dari Arga.
“Apa mama kalian tidak mengatakannya?” tanya Arga, yang kini duduk di atas ranjang Zayden, berhadapan langsung dengan si kembar.
“Apa maksud kamu, Dok?” Zoya, akhirnya bertanya.
“Iya, apa maksud perkataan Dokter?” tanya Zayden dan Zayda lagi.
Arga, menghela nafas dia tersenyum lalu mengambil kedua tangan mungil di hadapannya, yang sekarang dia genggam.
“Kalian bilang ingin bertemu ayah, tapi kenapa kalian hanya diam ketika sudah bertemu,” tutur Arga, membuat Zayda dan Zayden saling menatap heran.
“Apa Dokter, ayah kami?” tanya si kembar yang menatap pada Arga.
Zoya, membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna.
“Kenapa, kamu tidak mengatakannya?” tanya Arga, melirik Zoya, yang semakin terbelalak.
Arga, tersenyum yang merentangkan tangannya ke hadapan Zayden dan Zayda, seolah ingin dipeluk mereka. “Tunggu apalagi, apa kalian tidak senang bertemu ayah kalian?”
“Benarkah?” Zayden dan Zayda sangat antusias. Mereka langsung memeluk Arga, tanpa izin kepada Zoya lebih dulu.
Zoya, semakin dibuat bingung. Apa rencana Arga, kenapa tiba-tiba dia mengaku sebagai ayah anaknya. Tanpa, memperdulikan anak kembarnya, Zoya langsung menarik tangan Arga yang langsung membawanya keluar dari kamar. Zayden, dan Zayda saling menatap diam.
“Dr. Arga apa maksudmu mengaku sebagai ayah dari anak-anakku?”
Sudah, pusing dengan kehadiran Ardian ditambah lagi dengan pengakuan palsu Arga. Bagaimana Zoya, bisa menghadapi kedua pria ini sekarang, dan lebih lagi apa yang harus Zoya katakan kepada anak-anaknya.
“Apa kamu baru saja marah, Dr. Zoya?”
“Apa, aku terlihat senang? Setelah ada laki-laki yang tiba-tiba mengaku sebagai ayah dari anakku. Kenapa Dr. Arga mempersulit aku?”
“Dr. Zoya, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Dan aku akan menjelaskannya, sebelumnya kita ke ruangan saya dulu.”
Arga, memasuki ruangannya diikuti Zoya. Dari sudut lain, beberapa perawat memperhatikan mereka, dan tidak sedikit dari mereka yang membicarakan keburukan Zoya. Ada, yang bilang Zoya, bukan wanita baik-baik, seseorang yang mengenalnya di masa lalu telah mengatakan itu. Bahkan, mereka tahu perihal pernikahan Zoya yang batal bersama direktur utama rumah sakit Aurora Medisentra yang tidak lain Dr. Radit.
Entah, berasal dari mana isu tersebut, yang pasti Zoya belum mendengarnya. Kembalinya dia dari Qodroh, memang bukan hal baik, justru awal dari kehidupannya yang hancur mungkin akan kembali terjadi.
“Sekarang jelaskan Dr. Arga?” tanya Zoya, tidak sabaran.
Arga, bangkit dari kursinya setelah lama mengetuk meja dengan ujung jarinya. Arga, melangkah mendekati Zoya, sambil memasukkan sepasang tangannya ke dalam saku. Arga, menatap Zoya, intens lantas bicara.
“Bukankah, kamu sedang kesulitan untuk menjaga anak-anakmu? Dan mereka terus menanyakan keberadaan ayah mereka. Sekarang, aku mau tanya apa kamu tahu di mana ayah anakmu berada?”
Zoya terdiam.
“Daripada kamu terus ditanya, ada baiknya kita berpura-pura. Aku akan menjadi ayah ketika di hadapan anak-anakmu, bukan berarti aku harus menjadi ayah sungguhan cuman … mereka hanya memanggil aku sebagai ayah, bagiku itu tidak merepotkan. Ditambah mereka akan berada di sini mulai esok. Aku hanya tidak ingin kamu dianggap hina oleh yang lain.”
“Apa, maksud Dokter aku dianggap hina oleh orang lain?”
“Kamu tidak tahu?” tanya Arga. “Semua orang di rumah sakit ini membicarakanmu, mereka bilang kamu seorang wanita genit, anakmu anak haram, dan … termasuk pernikahanmu yang batal.”
Zoya, terkejut. Dia sama sekali tidak peduli dengan pandangan orang tetapi dari siapa mereka tahu tentang pernikahannya dulu, mungkikah Radit atau Mika yang mengatakan hal itu. Namun, Zoya mengingat, jika skandalnya dulu sempat tersebar dan semua dunia mengetahuinya. Pantas, jika mereka tahu dan memandangnya wanita hina tetapi … haruskah Arga, berpura-pura menjadi ayah dari anaknya?
“Tunggu dulu, Dr. Arga. Apa untungnya buatmu … bukankah itu akan menjadi masalah jika kamu menjadi ayah dari anakku secara tiba-tiba. Justru itu akan menjadikanku semakin terhina. Lebih baik Dr. Arga katakan pada anak-anakku jika perkataanmu tadi hanya candaan. Aku tidak butuh simpati siapapun, walau tanpa ayah mereka masih bisa bahagia.”
“Tidakkah kamu kasihan kepada Zayden dan Zayda?”
“Tidak. Karena sampai kapanpun mereka tidak akan bertemu dengan ayahnya.”
Zoya, berlenggang meninggalkan Arga. Wajah Zoya yang terlihat kusut dan masam menjadi perhatian orang-orang di sekitar rumah sakit, bahkan mereka menghinanya dari belakang.
“Lihat! Apa yang sudah dia lakukan bersama Dr. Arga?”
“Apalagi, dia pasti menggodanya, seperti saat malam sebelum pernikahannya dulu.”
Zoya, mengepalkan kedua tangannya erat. Sepanjang langkah, dia harus mendengar bisikan-bisikan setan yang menguji kesabarannya itu.
“Zoya,” panggilan seorang Dokter menghentikan langkahnya.
Sepatu pantofel hitam, serta jas putih yang khas tapi tidak menutupi perawakan sang dokter yang tidak asing lagi bagi Zoya. Zoya, sangat mengenal tubuh itu, baik poster tubuhnya, penampilan atau suara. Namun, yang Zoya sayang, kan kenapa harus saat ini, berharap dugaannya salah.
Perlahan Zoya, mendongak. Tatapannya yang semula dingin kini menjadi tegang, matanya membola tanpa berkedip, ketika melihat siapa laki-laki di hadapannya saat ini.
“Radit …,” lirih Zoya, nyaris tidak terdengar.
“Mama!” teriak Zayden dan Zayda.
Radit, terpaku menatap ke arah dua bocil yang menggemaskan. Mereka berlari yang langsung memeluk Zoya. Radit, menatap heran kepada Zoya, ada sedikit pertanyaan dalam hatinya. Anak siapa mereka? Setelah 8 tahun Zoya menghilang, dan kini kembali dengan sepasang anak kembar yang diyakini seusia putrinya, mungkinkah anak itu dari hasil skandalnya?
“Mama, di mana papa? Apa papa akan pulang bersama kita?”
“Papa?” tanya Radit pada dirinya.
Lagi-lagi pernyataan penuh misteri. Radit, memandang datar wanita berhijab di hadapannya, yang dulu sempat mengisi hatinya. Tiba-tiba Arga, muncul yang hendak menghampiri Radit, tetapi, teriakan si kembar menghentikan langkah Arga, yang menjadi pusat perhatian Radit dan yang lain.
Sebab, Zayden dan Zayda, memanggilnya papa.
“Papa!”
Bukannya marah, Arga malah berjongkok untuk memeluk mereka. Tatapan Radit yang semula datar, kini berubah menjadi tajam yang penuh amarah. Tersirat kekecewaan, seakan tidak terima jika Zoya, memiliki anak dari pria lain, apalagi dari pria yang tidur bersamanya waktu itu.
Zoya, semakin bingung. Dia merasa terjebak sekarang, ingin lari tapi kemana?”
Di belakangnya, beberapa teman Radit meninggalkan tempat. Seakan Radit yang meminta. Detik demikian Radit mendekatkan langkahnya, menghampiri Zoya, lantas menarik wanita itu pergi dari sana. Zoya, yang ditarik paksa tercengang, dia terkejut apalagi saat Radit membawanya ke sebuah kamar.
“Radit, apa yang kamu lakukan? Lepaskan Radit!”
“Brakk” (Pintu di tabrak dengan keras)
Radit, menendang pintu gudang farmasi hingga terbuka lebar. Dengan kasar, dia mendorong Zoya ke dalam hingga tubuh wanita itu tersungkur ke sudut rak sampai menabrak beberapa karton obat. Radit, menutup pintu itu dengan rapat, yang berjalan penuh kemarahan menuju Zoya.
Zoya, yang melihat ekspresi Radit langsung ketakutan, yang beringsut mundur hingga menghantam tembok.
“Radit, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu lakukan ini padaku?”
“Kenapa? Bukankah dulu kamu melakukannya dengan pria lain?
“Apa maksudmu? Kamu jangan macam-macam ya!”
Radit tersenyum sinis. Tiba-tiba dia membuka jas putihnya, membuka satu kancing kemeja, juga melipat lengan kemejanya, sambil menatap Zoya penuh n*fs*.
“Radit!”
Zoya, tersentak. Radit tiba-tiba saja memeluknya, mencumbunya dengan brutal. Satu tangan Radit membuka paksa jilbabnya hingga terlepas dari kepalanya. Zoya, kini menangis dengan penuh ketakutan. Kali ini bukan Ardian yang melakukannya tetapi, Radit laki-laki yang dulu pernah mengisi hatinya.
“Radit apa yang kamu lakukan, lepas!”
Dengan kasar, Zoya mendorong Radit yang baru saja mencium bibirnya hingga bibirnya harus terluka. Radit, terpaku dia termenung menatap penampilan Zoya yang sangat berantakan.
“Zoya,” ucap Radit ketika sadar.
“Kenapa, kamu lakukan ini padaku!” teriak Zoya yang terisak. “Kamu tega, Mas!”
“Kamu yang tega Zoya! Kamu yang tega selingkuhi aku, hingga memiliki anak dari lelaki itu. Sekarang katakan, apa kedua anakmu itu hasil dari malam itu?”
Plak.
Pipi radit terasa panas, tamparan Zoya yang keras membuatnya tersadar.
Radit, terdiam yang menatap teduh ke arah Zoya.
“Untuk apa kamu menanyakan itu setelah 8 tahun berlalu? Setelah kamu membatalkan pernikahan tanpa meminta penjelasanku dulu. Dan sekarang … sekarang kamu memperlakukan aku dengan hina!” tangis Zoya, semakin pecah.
Radit, tersadar dia terkejut melihat penampilan Zoya yang berantakan. Kemeja yang sebagian robek. Rambut acak-acakan dan kain jilbab yang sudah terlempar entah kemana. Kini Radit menyesal, dia bingung dengan penuh ketakutan.
Tanpa memperdulikan Zoya, Radit pergi setelah memakai jas putihnya lagi. Sementara Zoya, dia masih menangis di dalam gudang farmasi.
Ya Allah, semoga kembar gak akan kenapa-napa...
up LG nnti thor
Pak Letnan, yang pintar kenapa sih gak liat itu anak-anak ada kemiripan gak sama dia, dan tas DNA. Apalagi punya rumah sakit sendiri... Gereget aku...