I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12.
🕉️🕉️🕉️
Sanis ke balkon bersama Dita dan melihat Raspati duduk di bangku itu dan tersenyum manis kepada dua adiknya ini.
"Kak Ras, aku bisa jelasin kemarin aku .....-"
"Gak apa-apa Sanis, kakak gak marah kok. Cuma kesel aja anak gadis gak pulang-pulang, dan untungnya itu kamu ada di rumah temen kakak." jelas Raspati pada gadis itu yang menundukkan kepalanya tanpa menatap wajah kakaknya itu.
"Terus terang, itu biasa dalam kisah anak remaja dan kakak maklumlah namanya juga ABG," lanjut Raspati pada Sanis yang tersenyum padanya lesung pipinya membuat semakin manis. Raspati memeluk tubuh mungil gadis itu dengan sayang.
"Dan untuk Dita, tahun ini kamu akan sekolah di tempat kakakmu jadi pertahankan prestasi belajarmu." ucap Raspati pada Dita, memeluknya juga. Raspati senang bisa bertemu dengan mereka.
"Kak Ras tau tentang bunda?" tanya Sanis pada pria itu yang menatap Sanis yang mulai sendu.
"Kakak bakal ceritain semuanya ke kalian."
"Bunda kalian itu adalah ibu tiriku." Menatap langit yang biru seakan ada kerinduan di mata Raspati.
"Dulu papa, sangat bahagia pernikahannya dengan ibu dan anak semata wayang mereka Wraspati dan waktu begitu cepat berlalu keluargaku selalu harmonis dan selalu membuatku bersyukur, dan pada ulang tahunku berita duka datang mama waktu itu kecelakaan dan meninggalkan kami semua." Pria itu mulai menundukkan kepalanya. Pria itu tidak ingin butiran bening itu jatuh, mungkin karena adik-adiknya disini ia ingin menunjukkan dalam keadaan apapun kita harus kuat.
"Sampai suatu hari aku bertemu dengan bunda, Papa menikah dengannya, aku merasakan ada sosok ibu yang sangat menyayangiku tapi sayangnya bunda kecelakaan waktu itu karena ada yang menjebak papa." Sanis kaget dengan penjelasan dari kakaknya itu. Ternyata ilmu hitam entah itu dari siapa masih menghantui keluarganya dan merembet ke keluarga lain.
"Jadi bunda dimana ?" tanya Dita pada pria itu, Raspati menatap Dita gadis itu dulunya pasti tidak tau bagaimana ibunya.
"Satu tahun yang lalu Bunda mengalami kecelakaan karena ilmu hitam entah itu masih misteri, yang hampir merenggut nyawanya."
Sanis menangis mendengarnya, karena orang itu sangatlah tidak menyukai ibu dari Sanis sampai-sampai maut mengikutinya.
"Bunda selamat, tapi mengalami koma selama dua tahun, dan bunda sekarang di rumah sakit, aku sedang merawatnya. Pihak rumah sakit juga membantu untuk membuat bunda siuman." air mata Sanis tak terbendung lagi dan memeluk kakaknya itu dengan erat, Raspati memeluk kedua adiknya itu.
"Apa kakak ingat pesan bunda dulu?" tanya Sanis pada pria itu yang menganggukan kepalanya. Raspati mengusap pucuk kepala adiknya itu, ternyata ia menemukan keluarganya.
"Bunda bilang aku harus mencari dua anak gadisnya yang beliau tinggalkan begitu saja, karena takut mengambil hak asuh anak dan bunda juga tidak tau siapa yang sebenarnya mengejarnya. Jadi bunda membiarkan dua anak gadisnya di rumah Ayah mereka." lanjut Raspati yang menceritakan semuanya pada mereka berdua ada hubungan keluarga sebenarnya diantara mereka.
"Ternyata kalian adalah adik-adikku, dan aku menyadari kalau Sanis mirip dengan bunda." ucap Raspati yang memeluk mereka lagi, antara senang dan sedih di hatinya. Senang karena memiliki dua orang keluarga dan rasa sedihnya mereka tidak lengkap rasanya jika tidak ada orang tuanya.
"Waktu itu mama, mengusirku dari rumah dan kak Luna juga membawaku pada seorang pria di sebuah kafe waktu itu." Cerita Sanis yang mengingat bahwa ia di bawa kakaknya ke Raspati.
"Lalu kenapa mama jual kita berdua? Dan kak Luna bagaimana?" tanya Dita pada Raspati, raut wajah Dita menggambarkan jika ia khawatir dengan Luna.
"Kak Luna yang bawa aku ke kak Ras." jawab Sanis yang menatap Dita. Apa yang terjadi sebenarnya ini, apa rencana mama tiri mereka waktu itu.
"Luna yang menyelamatkan kalian berdua," jelas lagi Raspati pada mereka berdua yang terlihat kaget. Luna yang dulu selalu mengikuti mamanya kemana saja, hubungan mereka selalu baik dan terlihat bersekongkol dengan mamanya untuk menjualnya waktu itu. Kak Raspati tidak pernah bohong, ucapannya tadi di benarkan oleh Dita adiknya.
"Tapi Dita, bukannya ...-"
"Iya kak, waktu itu aku di jemput sama kak Ras dan kak Luna minta tolong biar kita di rawat kak Ras, lalu kak Luna sebenarnya sayang sama kita kak, aku tau itu kak. Tapi karena dia pernah ketahuan oleh mamanya pas baik sama kita berdua, kak Luna waktu itu juga di siksa sama mamanya sendiri." jelas Dita pada kakaknya yang sekarang mengerti, Luna membawanya ke Raspati dan bersandiwara untuk mamanya.
"Ciiimmmm" suara teriakan dari luar apartemen membuat mereka terkejut. Wanita yang berdiri di depan pintu apartemen mereka. Dari atas balkon terlihat jelas jika wanita yang berteriak itu adalah kakak tirinya Sanis dan Dita.
"Kak Luna?"
Raspati segera turun dan menghampiri wanita itu yang menangis di depan pintu apartemennya. Sanis dan Dita juga pergi ke lantai bawah di halaman depan rumah Raspati.
"Luna?" pria itu bingung dengan tiba-tiba Luna datang ke rumahnya dan berlari memeluk tubuh kekar pria itu.
"Lo gak apa-apa kan cim?" Luna menangis sambil memeluk tubuh Raspati yang masih membeku dengan sikap wanita ini.
"Kemarin mama bilang Lo kecelakaan sama Sanis dan Dita gue khawatir karena itu gue kesini. Kemarin gue udah hubungin lo tapi gak angkat telpon dari gue" jelas Luna yang masih dalam pelukannya. Pria itu membalas pelukan Luna. Wanita itu terlihat khawatir.
"Gue gak apa-apa Luna, lagi pula kita baik-baik saja disini." ucap Raspati lembut yang merenggangkan pelukannya dan menghapus air mata Luna.
"Sanis sama Dita lihat, semoga gak ada kesalahpahaman." Luna tertegun mendengar bisikan pria itu yang tersenyum manis kepada Luna. Wanita itu menghiraukan kalimat Raspati yang beralih ke Sanis dan Dita.
"Kak Luna gimana mama?" tanya Dita pada Luna yang hanya menggelengkan kepalanya.
"Gak tau kenapa kakak di tinggal di rumah sendirian dari kemarin dan aku kemari untuk melihat kalian baik-baik saja." ucap Luna pada mereka berdua dan memeluk kakaknya.
"Nah, bagaimana?" tanya Raspati pada tiga perempuan itu yang sibuk dengan urusan mereka, seperti teman lama yang tak pernah bertemu.
"Gue seneng banget kalian gak apa-apa." Luna terlihat senang dengan berkumpul bersama disini.
"Jadi Luna Lo juga bisa tinggal disini juga." ucap Raspati yang membuat Luna kaget dengan keputusannya.
"Hah apa?" Luna menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan pendapat Raspati.
"Enggaklah cim, kan mereka keluarga lo jadi gue mau cari tempat tinggal sendiri aja." jelas Luna pada pria itu.
"Tapi kak Luna kakak kita juga." sahut Dita yang memeluk Luna.
"Dita bener, dan kalau urusan ini biar Papa ajah yang urus,"
"Hmm. Tapi ciim...-"
"Gak ada tapi-tapi Lo harus tinggal sama kita." Tegas Raspati pada Luna yang mau tidak mau harus setuju dengan pernyataan dari pria itu lalu pamit pergi dari sana untuk pergi bekerja.
...........................
Sore hari ia berkumpul dengan kakaknya itu, ingin menghabiskan waktu bersama Luna malah terganggu dengan spam dari Juna, entah itu spam telpon atau chat.
"Nis, temen kamu tuh." ucap Luna pada Sanis yang membuat wajah kesal karena ulah Juna dari tadi.
Arjun : P (125)
Sanis memutar bola matanya malas, ada apa dengan Juna, tidak biasanya ia spam sebanyak ini.
Arjun
125 pesan belum dibaca
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
Nis Lo udah pulang kan ya ?
P
P
P
P
P
P
P
P
2 Panggilan tak terjawab 📞
P
P
P
P
P
P
P
Panggilan tak terjawab 📞
P
P
P
Udah kok, gue dah di rumah
Lo mau gue bunuh 🙂🔪
Jangan spam huruf P
Keyboard Lo kemana ???
Sanis merebahkan tubuhnya ke atas ranjang, rasanya ia malas karena Juna spam chat. Kalau di lihat-lihat lagi ia spam dari tadi pagi dan ia lupa membalas chat dari Juna. Entah kenapa ia malas kalau cowok itu yang muncul lagi entah itu lewat pesan atau bertemu langsung.
Arjun
Gak kemana-mana sih :)
Sanis besok kata Bli Yan kita latihan lagi
untuk tes yang di selenggarakan oleh pameran seni rupa nanti.
Okey
Besok gue jemput Lo ya.
Sanis bangun dari tempat tidurnya dan jari-jarinya terasa tegang untuk mengetik pesan yang akan ia balas. Tapi ia tau kenapa ia bingung haru menjawab apa dengan tembakan anak panah dari Juna ini.
Arjun
Iya Jun.
Sebenarnya gue mau minta maaf soal kemarin.
Gara-gara gue Lo jadi lupa pulang :)
Ouh ya, besok gue akan ajak Lo
Ke tempat bagus lagi.
Iya Juna.
Aneh rasanya ketika membalas pesan dari Juna entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdebar. Tanpa sadar ia tersenyum lebar dan pergi ke dapur karena ingin makan ketika ia merasa senang mungkin.
Ada sesuatu yang akan terjadi besok, firasat Sanis merasakan hal itu tapi apa? Ia tak tau pasti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung......