Healing Hearts, Holding Hands

Ariella menatap Akarsana dengan tatapan bingung dan tidak percaya bagaimana dia bisa ketahuan sebagai Princess of Oman.

"Da ... Darimana kamu tahu?" tanya Ariella dengan menyipitkan matanya.

Akarsana memberikan ponselnya dan memperlihatkan foto keluarga Oman.

"Nama Ariella itu tidak banyak yang punya dan aku mencari tahu. Dan aku menemukan ini."

Ariella melihat foto-foto keluarga yang resmi dirilis kerajaan Oman di acara Lebaran tahun ini. Tampak Ariella bersama dengan Shaera sedang memasak bersama para ibu-ibu di Muscat.

"Dan kamu benar, mata Aidan jauh lebih pucat Ella. Nama Ariella itu kan Singa Tuhan, sementara Aidan adalah api kecil atau berapi-api. Benar kan itu kamu?" senyum Akarsana.

Ariella mengangguk. "You got me ( tebakanmu benar ). Aku memang Princess Ariella Al Sharif tapi disini aku nobody. Aku tidak mau memakai privilege siapa aku."

Akarsana tersenyum. "Nice to meet you, Princess Ariella."

"Nice to meet you too, Mr Akarsana."

Keduanya lalu tertawa bersama.

"Biasa saja Sana. Tidak usah sungkan soal uang dan kita seperti kemarin saja, split bill. Aku disini kan hanya sebagai turis. Kalau kamu kekurangan uang, jangan ragu untuk bilang."

Akarsana tersenyum. "Ella, aku sudah bilang, uangku kalau dipakai disini, jatuhnya sedikit. Tahu kan kurs Euro ke Rupiah itu berapa? Buat hotel di Magelang semalam dengan fasilitas seperti itu hanya seratus Euro. Disini pun juga sama. Bisa dibilang aku habis seribu Euro pun, tidak masalah disini."

"Kamu yakin?"

Akarsana tertawa. "Yakin."

"Baiklah kalau begitu." Ariella menatap Akarsana dan dirinya mengakui Liam ada benarnya. Aku harus cari tahu siapa Akar Pohon ini!

***

Sesampainya di dalam kamar, Ariella mengeluarkan Ipad-nya dan mulai mencari tahu tentang Akarsana. Selama ini dia memang tidak mau mencari tahu karena instingnya Akarsana pria baik.

Ariella yang dididik secara militer di Oman, selalu percaya instingnya apalagi jika di daerah konflik. Di keluarga Pratomo terutama yang di Timur Tengah, semua anak perempuannya, mendapatkan pendidikan militer dasar tapi apa mereka akan mau masuk, tidak semua. Hanya dirinya saja yang masuk dunia militer sementara yang lain memilih pekerjaan lain.

Apalagi Zahira Blair yang memilih menjadi pembalap Nascar, akibat pengaruh dari ayahnya Nandara Blair yang mantan pembalap MotoGP dan opanya Radhi Blair yang mantan pembalap F1 dari Ferrari.

Ariella pun mencari tahu siapa Akarsana, terkejut saat tahu siapa pria itu.

"Pangeran Maroko?" Ariella mengusap dagunya. "Serius?"

Gadis itu pun membaca artikel tentang keluarga Maroko. Ariella memang jarang mencari tahu tentang negara lain karena dia sendiri sudah disibukkan urusan internal negaranya. Dia melihat wajah cantik ibu Akarsana yang sangat khas Indonesia.

"Istri pertamanya tampak judes," gumam Ariella. "Alhamdulillah Abi hanya punya Umi dan kehidupan pernikahan mereka juga baik-baik saja."

Ariella membaca artikel lagi dan wajah Princess Anaya, meskipun memakai baju tradisional khas Maroko, tapi wajahnya ditutup dengan cadar. Entah kenapa, Ariella tidak tahu. Mungkin agar tidak diketahui banyak pihak.

"Pantas dia bilang uangnya cukup buat liburan ternyata memang sangat kaya karena dia seorang pangeran." Ariella tersenyum. "Kita sama-sama menyimpan rahasia masing-masing ya?"

Ariella melihat seorang pria yang bernama Mohammad Bassam dengan wajah dingin yang disebut sebagai putra mahkota Maroko dan terlihat kebenciannya pada Akarsana dan Anaya dari sorot matanya.

"Apa dia yang menyerobot proyek Sana?"

Ariella memilih mencari tahu lebih banyak lagi dan dia bisa tahu bahwa cerita Akarsana benar. Proyek-proyek yang dibuat Akarsana, diambil oleh Bassam dan diresmikan oleh dia.

"Dzolim banget sih!" gerutu Ariella. "Kalau ada anggota keluarga aku seperti itu, sudah pasti ditendang ke Aokigahara!"

Ariella mematikan Ipad-nya. "Kita tunggu saja. Kapan dia mau jujur."

***

Keesokan harinya usai sarapan, Ariella dan Akarsana berpisah untuk menikmati acaranya masing-masing. Tanpa Ariella tahu, ternyata Akarsana menuju Imogiri. Ibu Akarsana masih keturunan keraton Yogyakarta dari Hamengkubuwono. Akarsana nyekar ke para leluhurnya, eyang kakungnya dan eyang putrinya.

"Eyang, aku datang ... Ada titipan dari ibu. Alhamdulillah Abi sayang sama ibu, sayang sama aku dan sayang sama dik Naya. Sayangnya ibu tiri dan Kak Bassam benci sama kami. Untung Abi adil ... Eyang, aku dan dik Naya mau keluar dari Maroko, aku tidak mau ribut dengan kak Bassam yang mengira aku mau jadi putra mahkota."

Akarsana melihat sekelilingnya. "Aku bertemu dengan gadis cantik, Eyang. Namanya Ariella dan dia Princess dari kerajaan Oman. Dia ... Cantik sekali, baik dan menggemaskan. Dia anggota klan Pratomo dan ...."

"Mas Sana?"

Akarsana tersenyum saat melihat penjaga makam datang.

"Pak Joko," senyum Akarsana.

"Nyekar Eyang?"

Akarsana mengangguk. "Ada titipan dari ibu. Minta kasih bunga melati dan sedap malam buat eyang. Oh pak Joko, oleh-oleh dari ibu dan Abi."

Akarsana memberikan tas berisikan oleh-oleh ke penjaga makam.

"Bagi-bagi ya pak. Banyak itu." Akarsana memberikan Chebakia, cookies renyah yang dilapisi madu kental dan taburan wijen dan Meskouta adalah cake jeruk khas Maroko yang biasa dinikmati di musim dingin dengan secangkir kopi atau teh mint panas.

"Wah, Alhamdulillah. Matur nuwun, mas Sana."

"Sama-sama." Akarsana tiba-tiba teringat sesuatu. "Apakah disini ada makam pangeran Pratomo."

"GKRM Pratomo?" tanya Joko. "Wonten mas. Memang kenapa mas Sana?"

"Aku bertemu dengan salah satu keturunannya."

***

Ariella menikmati acara menjadi turis solo di kota Yogyakarta. Beli bakpia di pabriknya, naik gojek sana sini, makan gudeg, ke pasar Beringharjo, dan Ariella yakin dia naik lima kilo kalau dia sebulan di Indonesia.

Tak lama Akarsana menghubungi dirinya dan bertanya dirinya dimana.

"Aku di Pakuwon, sedang menikmati kopi di Fore. Kamu dimana?" balas Ariella.

"Aku sebentar lagi kesana."

"Oke, aku tunggu."

Ariella menikmati kopinya setelah mematikan panggilan Akarsana. Ariella menunggu pria itu sambil membereskan pekerjaannya di Ipadnya.

Gadis itu lalu menghubungi sekretaris nya.

"Assalamualaikum Huda."

"Waalaikumsalam Princess ! Oh ya ampun ! Betapa aku rindu Princess!" seru Huda heboh seperti biasanya.

"Huda, jadwal aku bulan depan tolong dipadatkan lagi. Bulan Juli aku harus ke Brussels karena Vira dan Ikan Teri mau nikah," ucap Ariella.

"Princess, pria itu bernama Letnan Satu Terry Russell."

"Tetaplah dia ikan teri. Tolong yang jadwalku tanggal ...." Ariella langsung diskusi dengan sekretarisnya.

Akarsana datang ke Mall dan segera menuju coffee shop yang diberikan oleh Ariella. Tampak Ariella sedang asyik di depan Ipad-nya dengan airpods di telinganya.

Akarsana tersenyum lalu duduk di depan Ariella dan gadis itu memberikan kode padanya untuk menunggu sebentar.

"Sorry, aku sedang diskusi dengan sekretarisnya soal jadwal aku bulan depan harus dipadatkan karena bulan Juli aku ada acara nikahan di Brussels."

"Oh begitu. Eh iya ... Aku mau memperlihatkan sesuatu." Akarsana mengambil ponselnya dan memperlihatkan sebuah makam yang sudah sangat lama tapi namanya masih terlihat jelas.

GKRM Pratomo

Ariella memasang wajah polos. "Bagaimana kamu bisa kamu ke Imogiri?"

Akarsana terdiam. Tunggu! Apa dia tahu?

***

Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

don't forget to like vote and gift

Tararengkyu