NovelToon NovelToon
Denganmu Lagi

Denganmu Lagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: ginevra

"Aku mau putus!"
Sudah empat tahun Nindya menjalin hubungan dengan Robby, teman sekelas waktu SMA. Namun semenjak kuliah mereka sering putus nyambung dengan permasalahan yang sama.

Robby selalu bersikap acuh tak acuh dan sering menghindari pertikaian. Sampai akhirnya Nindya meminta putus.

Nindya sudah membulatkan tekatnya, "Kali ini aku tidak akan menarik omonganku lagi."

Tapi ini bukan kisah tentang Nindya dan Robby. ini kisah tentang Nindya dan cinta sejatinya. Siapakah dia? Mampukah dia melupakan cinta Robby? dan Apakah cinta barunya mampu menghapus jejak Robby?

Happy reading~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ginevra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Break again?

~Happy reading guys~

.

.

Meski kesal dengan jawaban Denis, Nindya tetap berusaha mengerti dengan sikap Denis. "Ah...mungkin dia belum siap. Semua orang punya kesempatan kedua kan?" batinnya.

Akan tetapi orang tua Nindya berbeda pandangan dengannya. Tidak ada yang namanya kesempatan kedua untuk putri kesayangannya. Sekali mengecewakan maka selanjutnya pintu tertutup untuknya.

Terkesan kejam namun begitulah orang tua, sangat sensitif kalau menyangkut anak-anaknya.

"Putusin bocah tengik itu sekarang!" bentak Pak Broto, ayah Nindya.

"Tapi yah, Denis sebenarnya anak yang baik kok. Mungkin saja dia sedang sibuk. Dia kan sedang merintis usaha. Lagipula dia tinggal di Semarang. Jauh yah dari sini," Nindya berusaha meredam kemarahan ayahnya.

Ayah Nindya masih memasang muka garang. Tidak ada sedikit senyum diwajahnya. Tangannya menggenggam menahan emosinya meluap. Matanya menatap tajam dengan dahi yang berkerut.

"Tidak ada alasan. Kalau dia benar-benar laki-laki maka dia akan berani bertanggung jawab. Bukan malah main colong saja. Aku bahkan menolak banyak laki-laki yang kemarin melamarmu karena kamu masih kuliah, malah kamu diam-diam berpacaran dengan laki-laki pengecut."

"Aku bahkan berusaha menerima Robby walaupun dia masih anak kemarin sore karena aku lihat dia berani menghadapi Ibumu," tambah Pak Broto masih dengan nada yang tinggi.

Nindya tidak menyangka akan melihat kemarahan ayahnya yang sudah lama tidak dilihatnya, mungkin terakhir kali ayahnya marah saat SD karena Nindya tidak mengerjakan PR.

Melihat kemarahan Pak Broto, Ibu Nindya mengenggam tangan sang suami untuk meredakan amarahnya. "Sudah mas, biar aku yang memarahi Nindya! Mas lanjut cari rumput di ladang saja. Aku takut kamu darah tinggi mas."

Selain berprofesi sebagai guru olahraga, ayah Nindya juga suka menggembala sapi untuk mengisi waktu luang. Bisa dibilang itu satu-satunya hiburan bagi Ayah Nindya.

Tidak mau berlarut-larut dalam amarah, Ayah Nindya memutuskan untuk mencari makan untuk sapinya sebelum adzan magrib berkumandang.

"Nin, dengarkan Ibu baik-baik. Apa yang dikatakan ayahmu benar. Bagi kami para orang tua, tidak ada hal yang lebih penting dari kesungguhan seseorang. Kalau cuma menghadapi ayahmu saja dia tidak sanggup apalagi menghadapi ujian-ujian rumah tangga," jelas Ibu Nindya.

Nindya hanya mengangguk.

Nindya tidak terfikirkan sampai kesana. Dia bahkan tidak berencana berumah tangga dengan Denis. Dia hanya membiarkan hidupnya mengalir begitu saja. Bukan mengganggap hubungan pacaran itu main-main ataupun terlalu serius.

"Terus aku harus gimana bu?" tanya Nindya.

"Tentu saja akhiri hubunganmu!" ketus Ibu.

...****************...

Tak terasa hari berganti, sekarang sudah hari minggu siang yang artinya sudah waktunya untuk kembali ke kos.

Seperti biasa, Nindya pergi ke terminal untuk menunggu bis menuju ke Semarang. Hatinya sangat berat, bukan karena dia harus menghadapi perkuliahan yang memusingkan (itu juga sih), tapi pertimbangan untuk memutuskan Denis yang membuat hatinya berat.

Sepanjang perjalanan dari kampungnya ke Semarang Nindya hanya melamun dan bengong. Kepalanya yang biasanya pusing karena mabuk kendaraan sekarang menjadi kosong melompong.

"Bagaimana caranya memutuskannya tanpa membuat hatinya sakit?"

"Ah...aku konsultasi ke Mila dan Sania saja," batinnya.

...****************...

Sesampainya di Kos, Nindya disambit eh disambut oleh kedua teman laknatnya.

"Gimana Nin, observasinya sukses?" tanya Mila langsung tanpa menunggu Nindya menaruh tasnya apalagi menunggu Nindya duduk.

"Iya sukses," jawab Nindya malas sambil membaringkan badannya yang sedari tadi kaku.

"Terus kenapa kamu jadi badmud gini? ku kira lu bakalan heboh cerita tentang guru muda ganteng yang ada disana," Sania seperti biasa selalu membahas hal yang tidak penting.

"Ck... Boro-boro! Guru sana kentang semua," Nindya menjawab dengan ketus tanpa ekspresi.

"Ah masa.... Kemarin aku chat-an sama Lina katanya ada guru ganteng disana. Guru olahraga lagi," Sania menggoda.

Nindya langsung menggali ingatannya lagi. Memangnya ada ya guru seperti itu? Oh... Si Guru kentang? Lumayan sih... Tapi..(authornya salfok)

"Sudahlah san, jangan lu goda terus! Biar dia bebenah dulu!" Milaangkat bicara.

"Wah akhirnya ada yang pengertian," Nindya sedikit merasa tenang.

"Kalau sudah bebenah baru kita introgasi, hehehehehe," tambah Mila dengan tertawa psikopatnya.

"Hehehe," Nindya tertawa kecut. "Sana pergi! Aku mau ganti baju! Sana!" ekspresi Nindya berubah dari tertawa menjadi kesal.

...****************...

~Curhat Time~

Nindya menceritakan semua yang dialaminya selama pulang kampung kemarin. Mulai dari rasa muaknya terhadap Denis sampai kemarahan Ayah Nindya.

"Hmmm...biar aku pikirin dulu," kata Sania sambil menautkan jempolnya di dahinya berlagak seperti detektif di film-film.

"Emang itu otak ada isinya?" Mila kembali dengan mulut racunnya.

"Please guys... Serius dikit lah! Aku pusing banget nih. Mana harus buat laporan observasi lagi," Nindya memohon kepada teman-temannya yang bisa 'diandalkan'.

"Yah tinggal bilang kita putus. Terus kalau dia tanya kenapa, ya tinggal jawab ayah nggak merestui. Gampangkan? Jangan dibuat ribet kali Nin!" Mila memang anaknya logis banget walau sedikit anarkis.

"Iya sih, tapi kayak kasian kan. Ini nggak seperti kasusnya Robby yang menyakitiku. Sekarang aku seperti antagonisnya," timpal Nindya.

"Antagonis gimana? Dia juga yang salah, kenapa nggak bisa meyakinkan ortu kamu? Kenapa malah dia menghindari masalah? Benar kata ortumu Nin, dia pengecut!" Mila nerocos lagi namun dengan argumen yang tidak bisa dibantahnya.

"Hmmmm... Baiklah, besok aja aku ngomongnya. Badanku masih capek," Nindya masih memeluk guling BFF nya.

"Dasar remaja jompo! Setiap hari ngeluh capek kayak penyandang osteoporosis lu!" kali ini Sania yang bermulut racun.

...****************...

Malam hari selanjutnya, Nindya memantapkan hatinya untuk memutuskan hubungannya dengan Denis. Dia juga sudah berlatih bersama Mila dan Sania. Mereka sudah mengantisipasi segala jawaban dan pertanyaan yang akan diterimanya.

"Maaf ya yank, kemarin aku gak bisa ke rumah kamu, aku masih belum siap," Denis membuka percakapan.

"Kenapa belum siap? Aku juga gak maksa kamu buat nikahin aku," kilah Nindya.

"Aku cuma takut kalau ditanya masalah pendidikan. Kamu tahu sendiri aku bukan kayak kamu yang kuliah," jelas Denis.

Mendengar penjelasan Denis membuat Nindya sedikit mengerti, 'ah...dia insecure.'

"Seharusnya kamu bilang kemarin, aku kan bisa ngomong ke Ayah sama Ibu."

"Bagaimana kalau nanti ortumu nggak suka sama aku?" tanyanya.

"Yang penting kamu berani dulu, kalau kayak gini kamu malah kayak kalah sebelum bertarung."

"Maaf yank, minggu depan kamu pulkam aku anterin deh sekalian main ke rumahmu," Denis memohon.

Nindya merasa ada pisau yang menghujam di dadanya. Bagaimana caranya dia mengakhiri hubungan yang menurutnya baik-baik saja ini. Ditambah lagi melihat sorot mata Denis yang sayu dan sedikit basah membuat Nindya tidak tega.

"Kok kamu diem aja? Ada apa?" Denis lagi-lagi menatap dengan tatapan sedihnya,

"Jangan bilang ortumu marah ya kemarin?" Denis memelankan suaranya menunduk melihat kakinya yang dari tadi tak bisa diam.

"Orang tuaku sangat tegas dalam menilai seseorang. Bahkan pacar terakhirku saja tidak lepas dari penilaian ketat ayahku. Beliau tidak pernah mau menemui mantanku dan selalu ibuku yang menerimanya."

"Aku salah banget ya kemarin," hidung Denis perlahan memerah dan air matanya hampir jatuh.

Nindya menggenggam tangan Denis. Sedangkan Denis masih berusaha menahan air matanya.

Nindya menatap wajah Denis lekat-lekat. Mungkin hampir 10 menit. 'Bagaimana dia bisa tega memutuskan kekasihnya yang sangat mencintainya ini?' berkali-kali pertanyaaan itu berkutat di pikirannya.

"Apakah kamu serius dengan hubungan kita? Atau ini cuma main-main?" tanya Nindya memastikan niat sang pacar.

"Tentu saja aku serius padamu," Denis langsung menatap mata Nindya langsung.

"Baiklah.... Akan aku coba membujuk orang tuaku kalau memang kamu serius padaku. Namun kamu juga harus bisa meyakinkan mereka," akhirnya Nindya mengambil keputusan.

"Ya tentu saja! Itu sudah pasti!" Denis akhirnya bisa tersenyum.

Tidak seperti Denis yang mengutarakan kebahagiaannya, Nindya justru hanya tersenyum tipis dengan dahi yang masih berkerut seperti masih ada pikiran yang mengganjal.

.

.

.

Apakah Denis akhirnya bisa meyakinkan orang tua Nindya?

Nantikan episode selanjutnya ... Annyeong!!!!!

1
@dadan_kusuma89
Sampai Upin Ipin rambutnya gondrong sekalian ya 😁
@dadan_kusuma89
Nindya, aku hampir salah paham dengan kamu yang "membawa HP lebih dari biasanya" 😁. Aku pikir tadi kamu membawa dua sampai tiga HP setelah ketemu Denis😁.
ginevra: hehehehe...bener juga kak
total 1 replies
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
watak keibuan banget Nindya nihh 🤭
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
jangan tralu gelisah, coba saja dulu biar gak terus kepikiran 😌
Muslikah
ehem juga
Muslikah
mila heboh banget deh
Muslikah
love you too
Muslikah
jangan remehkan
Muslikah
semangat nindya
Muslikah
kok aku tersindir ya
Muslikah
betul itu
Iyikadin
Anak sd sekarang udah bedaaaa😭
MARDONI
Kesan Mila adalah karakter yang lebih meledak-ledak atau vokal langsung terbentuk😄
MARDONI
Kalimat pembuka ini langsung bikin pembaca paham perjalanan emosinya. Kesan bahwa Nindya berusaha bangkit terasa kuat dan natural.
Burhan_part
ibunya ada ada aja
Muffin🧁
Wah mapan nih haha🫣
Burhan_part
walah walah
Burhan_part
kamu ekstrovert juga nggak
Muffin🧁
Favorite nya sejuta umat sih
Muffin🧁
Kamu cantik mangkannya dia bilang wah 😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!