Mata elang Layla mengamati pria yang akan menjadi suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tindikan di telinga, tato di lengan, dan aura berbahaya yang terpancar, adalah definisi seorang badboy. Layla mendesah dalam hati. Menikahi pria ini sepertinya akan menjadi misi yang sangat sulit sepanjang karir Layla menjadi agen mata-mata.
Tapi untuk menemukan batu permata yang sangat langka dan telah lama mereka cari, Layla butuh akses untuk memasuki keluarga Bagaskara. Dan satu-satunya cara adalah melalui pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Dengar semua, malam ini bersenang-senanglah sepuasnya karena semua yang hadir diacara pesta malam ini aku yang traktir."
Teriakan Adrian disambut gembira oleh para pengunjung club malan paradise malam itu.
"Terima kasih Adrian, kamu memang sahabat kami yang terbaik. Tanpa dirimu mana bisa kami menikmati pesta semeriah ini hampir setiap malam." ucap Antonio salah seorang sahabat dekat Adrian.
"Santai saja bro, ini bukan apa-apa untukku. Aku adalah satu-satunya tuan muda di keluarga Bagaskara, semua harta kekayaan milik keluarga Bagaskara nantinya akan jatuh ke tanganku. Sudah sewajarnya kalian ikut menikmati apa yang aku miliki karena kalian adalah sahabat terbaikku." ucap Adrian dengan jumawa. Yang dikatakan Adrian memang benar, Adrian merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarganya karena kedua adiknya perempuan.
Berkat status tuan muda yang ia miliki, Adrian tidak pernah merasa kesepian walaupun pria tampan itu sudah lama hidup terpisah dengan keluarganya. Hampir semua teman dikampus Adrian berlomba-lomba ingin menjadi teman dekat sang ahli waris keluarga terkaya di ibu kota.
"Mari semuanya, kita bersulang untuk Adrian." Monica kekasih Adrian mengangkat gelas berisikan wine yang satu botolnya saja bernilai puluhan juta, hal itu Monica lakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada sang kekasih atas traktirannya malam ini.
"Bersulang!" denting suara gelas yang beradu samar-samar terdengar di anatara dentuman suara musik yang sedang di mainkan oleh seorang DJ ternama, yang sengaja Adrian undang untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke 25 tahun. Ya, Adrian masih menyandang status sebagai seorang mahasiswa di usianya yang sudah tak lagi muda. Tapi lagi-lagi berkat status tuan muda yang ia miliki, tak ada satu orang pun yang berani mengolok-olok Adrian, termasuk para dosen di kampus tempat Adrian menimba ilmu selama 8 tahun terakhir ini.
Tepat pukul 3 dini hari, suasana club malam paradise mulai nampak sepi. Para pengunjung club malam yang sebagian besar di dominasi oleh mahasiswa kampus Dharma Bangsa tempat Adrian berkuliah, mulai kembali ke rumah masing-masing.
Menyisakan sahabat dekat Adrian saja, yaitu Antonio, Jonatan, Bruno dan Monica sang kekasih.
"Permisi tuan, ini tagihannya." seorang pelayan memberikan tagihan yang harus Adrian bayar, jumlahnya mencapai 3 digit.
"Gesek kartu ini." Adrian melemparkan black card miliknya tepat di wajah sang pelayan. Suara tawa dari teman-teman Adrian menggema ketika melihat ekspresi kaget sang pelayang. Dengan sabar pelayan tersebut memungut kartu yang dilemparkan Adrian meski dalam hati mengumpat.
"Maaf tuan, kartu ini tidak bisa digunakan. Bisa gunakan kartu yang lain?" sudah 3 kali pelayan tersebut menggesek kartu milik Adrian, namun selalu berakhir dengan kegagalan.
"Tidak mungkin, coba sekali lagi!" titah Adrian yang langsung dipatuhi oleh sang pelayan.
"Maaf, tapi tetap tidak bisa tuan." ucap sang pelayan, intonasi suaranya sedikit meninggi.
"Sayang, sepertinya kartu balck card milikmu terlalu berharga untuk dipegang pelayan rendahan seperti dia. Gunakan kartu lain saja." saran dari Monica yang langsung disetujui oleh Adrian.
"Ya, kamu benar juga sayang." Adrian mencium bibir Monica sebagai imbalan karena telah memberikan saran.
"Gunakan kartu yang ini!" Adrian melemparkan kartu lain yang ia miliki pada sang pelayan. Pelayan tersebut menghela nafas berat sebelum akhirnya menuruti perintah Adrian.
"Maaf tuan, tapi kartu yang ini juga tidak bisa digunakan. Bisa bayar dengan uang cash saja!" balas sang pelayang yang mulai hilang batas kesabarannya menghadapi sikap arogan Adrian dan teman-temannya.
"Tidak mungkin! Sini biar aku yang coba." Adrian merampas mesin ATM mini dari tangan sang pelayan, kemudian menggesek semua kartu yang ia miliki satu persatu. Namun tak ada satupun dari kartu-kartu tersebut yang bisa digunakan.
"Sial! Sepertinya mommy dan daddy tidak main-main dengan ancamannya, mereka benar-benar memblokir semua kartu milikku." wajah arogan Adrian seketika berubah jadi wajah gusar.
"Apa kalian bisa patungan dulu untuk membayar tagihan malam ini, nanti aku ganti 2x lipat." Adrian menatap ke arah sahabat-sahabatnya, memohon pertolongan untuk membantu melunasi tagihan malan ini yang jumlahnya sangat banyak. Semua sahabat Adrian memalingkan muka, tak ada satu orang pun dari mereka yang mau membantu Adrian.
"Hallo mah, iya aku pulang sekarang." Bruno berpura-pura menerima telepon padahal aslinya tidak ada telepon yang masuk.
"Maaf Adrian, aku tidak bisa membantumu karena aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Mamaku juga meminta aku segera pulang untuk menemani dia belanja ke pasar. By semuanya." Bruno mencari alasan agar bisa segera pergi dari sana. Orang tua Bruno memang owner rumah makan yang sudah cukup punya nama di kota mereka, setiap subuh orang tua Bruno akan pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan. Tapi tak pernah sekalipun Bruno membantu orang tuanya.
"Dasar tidak setia kawan!" maki Adrian sesaat setelah Bruno pergi.
"Kalau kalian bagaimana? Kalian pasti bisa membantuku kan?" tanya Adrian pada sahabatnya yang lain.
"Maaf Adrian, tapi aku juga tidak punya uang sebanyak itu. Lagipula acara malam ini kan untuk merayakan hari ulang tahunmu, kenapa kami harus ikut patungan juga?" ucap Antonio, ia mewakili sahabatnya yang lain.
"Maaf Adrian aku juga tidak bisa membantumu, aku harus segera pulang karena besok ada kelas kuliah pagi." pamit Jonatan seraya berlalu pergi, langkah Jonatan diikuti pula oleh Antonio.
"Kalian semua memang tidak setia kawan!" kemarahan Adrian semakin menjadi. Kini harapan terakhir Adrian hanyalah Monica sang kekasih.
"Maaf sayang, tapi aku juga tidak bisa membantumu." ucap Monica yang seakan paham dengan arti dari tatapan Adrian.
"Monica kau juga! Bukankah setiap bulannya aku rutin memberimu uang. Kemana perginya semua uang-uang yang aku berikan?" kekecewaan di wajah Adrian semakin jelas terlihat.
"Semua uang yang kau berikan sudah aku gunakan untuk membeli tas LV ini, tak ada sedikitpun yang tersisa." Monica memamerkan tas tangan miliknya yang bernilai fantastis.
"Kalau begitu gunakan tas ini saja sebagai jaminan. Nanti aku ganti yang baru." Adrian merebut tas branded dari genggaman sang kekasih.
"Kau sudah gila ya! Tas ini edisi terbatas, aku sudah mengantri selama berbulan-bulan untuk bisa memilikinya!" Monica kembali merebut tas miliknya dari tangan Adrian kemudian berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi pada Adrian.
"Tunggu Monica!" cegah Adrian namun tak dihiraukan oleh wanita berambut panjang itu.
"Tunggu tuan, dengan cara apa anda akan melunasi semua tagihan ini!" sang pelayan menahan langkah Adrian ketika akan menyusul Monica.
"Kau tidak tahu siapa aku ya?! Aku adalah tuan muda dari keluarga Bagaskara! Kau pikir aku tidak mampu membayar semua tagihan ini?!" murka Ardian disertai rahangnya yang mengeras.
"Saya tidak peduli siapa anda, yang saya tahu anda harus membayar tagihan ini sebelum anda pergi." balas sang pelayan yang semakin hilang batas kesabarannya dalam menghadapi Adrian.
"Tunggu sebentar! Aku akan menghubungi orang tuaku dulu." Adrian bermaksud menghubungi orang tuanya untuk minta dibatalkan pemblokiran semua kartu miliknya. Namun hingga percobaan ke lima tak, ada satupun telepon dari Adrian yang diangkat oleh mommy Anzela ataupun daddy Kenzo.
Bersambung.