The Secret Heirs (#1 The Secret Series)

The Secret Heirs (#1 The Secret Series)

Bab 1

Seorang gadis berambut hitam tampak terburu-buru memasuki kantor polisi yang terlihat ramai malam itu. Wajahnya tampak cemas, matanya mencari-cari ke seluruh penjuru kantor polisi yang diisi hiruk pikuk serta teriakan dari beberapa orang yang sepertinya anggota dua geng yang bertikai, para polisi tampak sedikit kesulitan melerai mereka semua.

"Apa yang kau lakukan di sini, Em?"

Gadis itu berbalik dan mendapatkan sosok tampan, dengan mata biru yang tajam dan rambut coklat yang tampak berantakan tengah menatapnya dengan sorot mata terkejut karena melihat gadis itu di kantor polisi, di tengah para geng yang bertikai dan pada pukul 11 malam.

"Oh, Alex aku senang melihatmu!" Tak menghiraukan tatapan terkejut dari Alex, gadis itu memeluknya dengan terburu-buru.

"Apa kau tahu dimana Theo dan Dylan berada?" Lanjutnya dengan suara cemas.

"Maksudmu kedua orang itu ada di sini? Dan apa yang mereka berdua lakukan di sini?" Tanya Alex dengan nada bingung, sebelah alisnya terangkat menegaskan kalau dia masih belum memahami apa yang sedang terjadi.

"Oh, sial Alex, kau adalah detektif seharusnya kau tahu apa yang terjadi terhadap mereka berdua!"

"Sweety, aku memang detektif tapi sayangnya membaca pikiran tidak ada dalam atribut yang aku terima ketika pelantikan sebagai detektif."

Senyum nakal di mata laki-laki itu sukses membuat gadis itu tersenyum dan menyadari kebodohannya sendiri.

"Ok, Em, sekarang bisa kau jelaskan apa yang telah terjadi dengan kedua orang itu?"

Alex mengajak Emily untuk duduk di kursi depan mejanya dan menjelaskan apa yang membuat gadis itu berada di kantor polisi tengah malam seperti ini.

"Aku baru saja membuka pintu apartemen ketika Theo meneleponku, dia mengatakan kalau dia dan Dylan berada di sini dan memerlukan ku sebagai penjamin supaya mereka bisa keluar dari sini."

"Dan kau tahu alasan mengapa mereka ada di sini?" tanya Alex yang dijawab gelengan kepala oleh Emily.

"Baiklah, tunggu di sini sebentar, aku akan mencoba mencari tahu, apa yang telah terjadi dengan mereka berdua." Alex pergi meninggalkan Emily yang masih duduk di kursi meja kerja Alex.

Emily tersenyum ketika matanya melihat meja Alex yang terlihat berantakan, kertas-kertas dan map-map tampak memenuhi meja kerjanya selain satu set komputer bertengger manis di sana, sungguh ciri khas seorang Alex Mackena, seorang detektif yang sangat tampan dan sangat mempesona, dengan tinggi badan 190cm dan bentuk badan yang sangat sempurna. Emily tersenyum menyadari kata 'sangat' di setiap kata yang menggambarkan sahabat kakaknya itu. Yap, detektif yang sangat sempurna itu adalah sahabat dari kecil kakak laki-lakinya Daniel dan telah menganggapnya sebagai adik kecilnya sendiri.

Mungkin inilah salah satu alasan kenapa Emily dan saudari kembarnya Alexa lebih suka berteman dengan kaum pria, dari kecil mereka selalu dikelilingi oleh Daniel, Alex serta Gerard, dan teman-teman perempuannya hanya memanfaatkan mereka berdua untuk bisa lebih dekat dengan ketiga pria tampan tersebut.

"Em!" Teriakan Alex membuyarkan lamunan Emily dan mengembalikannya kedalam kondisi hiruk pikuk kantor polisi kota New York yang tak pernah sepi. Alex memberikan isyarat dengan kepalanya supaya Emily mengikutinya. Mereka berjalan menyusuri lorong kemudian berbelok ke arah kanan dimana terdapat ruang penjara.

"Apa yang terjadi dengan kalian berdua!" Teriak Emily ketika melihat kedua sahabatnya dalam kondisi kacau balau, kedua pria yang diteriaki Emily hanya bisa meringis mendengar suara cempreng gadis yang telah bersahabat dengan mereka dari jaman sekolah menengah itu.

Alex bersiul setelah melihat kondisi mereka, "Kalian tampak... keren," ucapnya yang langsung mendapatkan tatapan membunuh dari Emily, yang hanya ditanggapi Alex dengan senyum miringnya kemudian pergi meninggalkan ketiga sahabat itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Cecar Emily sambil memerhatikan kondisi mereka yang terlihat memar-memar di beberapa tempat.

Dylan mungkin tidak separah Theo, dia hanya mengalami memar di sudut bibir kanannya dan sedikit noda darah yang telah mengering di atas dagunya, sedangkan Theo, well sebut saja dia seperti baru diterbangkan angin tornado dan dihempaskan ke atas semak-semak berduri. Terdapat memar biru di atas mata kirinya, benjolan sebesar telur dijidatnya dan bibir atasnya sobek, jangan lupakan rambut pirangnya yang berantakan serta pakaiannya yang sobek di beberapa bagian.

"Bisakah kita keluar dulu dari sini? Setelah itu kita akan mendengarkan Romeo yang satu ini untuk menjelaskan apa yang telah terjadi," ucap Dylan sambil melirik Theo.

"Kalian bisa pergi dari sini, aku telah mengurus semuanya."

Alex datang dengan seorang polisi yang langsung membuka pintu penjara tempat Theo dan Dylan berada. Emily langsung memeluk mereka berdua setelah mereka keluar dari penjara melupakan kondisi sahabatnya yang penuh dengan luka itu.

"Ya ampun, Em, kau akan membunuhku kalau kau tidak melepaskan pelukanmu." Emily melepaskan pelukannya dan meringis setelah melihat kondisi mereka dari jarak dekat.

"Baiklah, sebaiknya kita segera pulang, luka-luka kalian harus segera diobati, aku akan mengobati kalian berdua."

Emily tidak menyadari kalau ucapannya sukses membuat ketiga pria itu berhenti dan menatapnya dengan pandangan ngeri.

"Apa yang kalian tunggu, ayo cepat!" Lanjutnya dengan tidak sabar karena melihat sahabatnya hanya berdiri mematung di depan kantor polisi.

Alex menatap Theo dan Dylan dengan pandangan simpati dan berbisik, "Aku turut menyesal untuk kalian berdua." Tidak lupa dia menepuk bahu keduanya sebagai bentuk simpati sebelum akhirnya berbalik masuk kembali ke dalam gedung sambil tertawa terbahak-bahak. Ingin rasanya mereka berdua ikut menyusul Alex kedalam dan tidur di dalam penjara.

"Hmmm, Em... sebaiknya kita ke RS saja, Theo memiliki cedera yang cukup parah biar dokter yang memeriksanya."

Dylan memberikan alasan yang di dukung dengan anggukan semangat dari Theo.

Emily memperhatikan Theo untuk sesaat, "Aku rasa tidak perlu, aku masih bisa menangani lukanya," jawab Emily dengan mantap dan sukses membuat kedua pria itu meringis.

"Ayolah Em, sebaiknya kita ke RS saja."

Suara Theo terdengar memohon, Emily mempertimbangkan untuk kedua kalinya dia berpikir mungkin kedua sahabatnya itu terluka lebih parah dari pada yang terlihat, dan akhirnya dia setuju untuk membawa mereka ke Rumah Sakit yang di sambut oleh hempasan nafas lega dan senyuman bahagia kedua pria itu.

"Apakah sesakit itu ya, sampai kalian sangat senang aku akan membawa kalian ke RS?" Tanya Emily yang di jawab anggukan semangat dari keduanya, Emily merasa kasian melihat kondisi kedua sahabatnya itu, "Tunggu di sini, aku akan membawa mobil," perintah Emily dan diapun berlari menuju tempat mobilnya di parkir.

"Apa kita tidak keterlaluan kepadanya?" Bisik Dylan setelah melihat gadis itu pergi.

"Ayolah, Man, apa kau lupa kalau dia tidak bisa membedakan obat batuk dan obat pencahar hanya karena keduanya berbentuk sirup?"

Perkataan Theo mengingatkan Dylan kembali kepada Daniel kakak Emily yang harus bulak balik ke toilet gara-gara Emily memberikannya obat pencahar di saat dia batuk.

"Dan apa kau lupa, ketika kau sakit kepala dan Emily memberikanmu obat diare hanya karena bentuknya sama-sama tablet?"

Dylan meringis mengingat hal itu, dia harus tersiksa beberapa hari karena tidak bisa buang air besar.

"Dan aku tak yakin kalau kali ini dia bisa membedakan obat luka dengan obat sariawan," pernyataan Theo tersebut sukses membuat keduanya meringis membayangkannya.

*****

Terpopuler

Comments

Syirfa Ratih

Syirfa Ratih

kangen buanget sama karyanya kak Alana...aq baca ulang deh...sambil nunggu hilal up lagi...

2024-05-09

1

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

aku terbawa angin dari kamar sebelah kesini

2024-02-12

0

Nda RayNioNoer

Nda RayNioNoer

kangen sma teh al,mkanya aku balik lagi baca dri awal aku baca karya teh al..smga tth skluarga sehat" yaa.. dn jg tman" gc smua pda sehat🤲🤗🥰
missyouall sekebon pkonya🥰🥰🥰

2023-12-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!