My Ceo

My Ceo

Episode 1

Happy reading

-------------------------------------------------------------------------------

Keysa pov

Hai semua, sebelum membahas yang lain, aku akan memperkenalkan diriku dulu. Namaku keysa adeeva myesha. Usiaku saat ini adalah 22 tahun. Aku baru saja lulus kuliah tahun kemarin di bidang study management bisnis. Aku anak satu-satunya dari bapak Mahesya seorang pengusaha di bidang proferty.

Sepertinya cukup untuk memperkenalkan namaku dan sekarang aku tengah bersiap-siap karena hari ini ada interview disebuah perusahaan dibidang properti yang cukup terkenal di Indonesia terutama di Jakarta. Banyak sekali cabangnya sampai di luar Negri dan aku sangat berharap sekali bisa diterima disana. Meskipun aku juga anak dari seorang pengusaha cukup terkenal di Indonesia tetapi aku tidak mau bergantung pada papa terus. Aku ingin berusaha mandiri.

"Baiklah sepertinya aku sudah cantik" setelah memoles make up natural dan lipstik warna bibir. Aku segera menyambar tasku yang ada di atas meja dan bergegas keluar kamar.

Saat aku sampai dimeja, ternyata sudah ada papa aku bernama pa Mahesya dan Sanas dia adalah sahabat terbaikku.

Baiklah aku cerita sedikit tentang Sanas. Dia seorang anak yatim piatu. Saat dia duduk di kelas 1 SMA, orangtuanya meninggal karena kecelakaan beruntun ditol Cipularang. Aku meminta papa untuk mengajaknya tinggal bersama, sekalian untuk menemaniku juga dirumah dan akhirnya papa setuju dan mengijinkan Sanas tinggal disini. Kami sekola dan kuliah bersama, sampai saat lulus dia memutuskan bekerja di kantor papa sebagai staf di divisi keuangan yang managernya adalah tunanganku, Reno.

"Pagi pa, pagi Nas" aku langsung mencium pipi papa dan duduk disamping Sanas. Tetapi saat ini Sanas sudah tak tinggal bersama kami, karena dia ingin menempati rumah mendiang orangtuanya.

"Pagi sayang" sahut papa sambil menyeduh kopinya.

"Kamu yakin mau ngelamar disana sayang?" tanya papa. Ya papa memang selalu memanjakanku dan menuruti semua keinginanku.

"Ya papa" jawabku sambil mencomot roti dihadapanku.

"Aku akan menemaninya om, aku udah ijin tadi sama pa Reno" sahut Sanas

"Sebenernya papa ingin kamu bekerja dikantor papa saja, jadi nanti kamu bisa bantu Reno mengurusi perusahaan papa" sahut papa menatapku sendu.

"Aduh papa, aku kan udah bilang ke papa. Aku ingin belajar mandiri, aku ingin berusaha dulu papa, jangan hanya menerima saja." ucapku lembut agar papa bisa mengerti

"Baiklah papa mengerti," papa terlihat menghela nafas mungkin sudah tau tabiatku yang keras kepala dan tidak mau dilarang.

"Astaga sudah jam 7, ayo Sanas kita akan terlambat. Gue diinterview jam 8" sahutku karena kantor yang sekarang akan aku datangi lumayan jauh dari rumah.

"Ayo Key" jawab Sanas sudah beranjak bersama Keysa.

"Aku berangkat dulu yah papa, doakan aku" sahutku dengan manja dan mencium tangan papa, serta mencium pipinya.

Kami langsung menaiki mobil audy yang terparkir di depan rumah. Aku memang selalu di antar sopir pribadi kemanapun karena papa sangat khawatir kalau aku menyetir sendiri.

***

Saat hampir sampai, mobil berhenti dan terlihat macet cukup panjang. Dan waktu sudah menunjukkan pukul 7.45

"Aduh pa, gak ada jalan lain lagi? Aku sudah terlambat nih" ucapku ke pa Hadi, aopir pribadi yang selalu setia mengantarku kemanapun. Dan aku terus melihat jam tangan yang bertengker di tanganku.

"Saya gak tau non, sepertinya ada kecelakaan didepan" ucap pa Hadi

"Gimana ini, Nas?" tanyaku resah.

"Masih jauh gak kantornya Key?" tanya Sanas yang ikut cemas juga

"300 meter lagi kayaknya" ucapku memperkirakan

"Baiklah kita jalan kaki saja" sahut Sanas

"Tapi kan lumayan jauh, Nas" ucapku kaget mendengar ucapan Sanas

"Ya  tidak apa-apa. Lagian nih macet gak tau bakalan sampe kapan Key" jelas Sanas dan aku terdiam sebentar memikirkan ide Sanas.

"Baiklah ayo" ucapku akhirnya

Kami berjalan bersama menyusuri jalanan, tetapi seketika hujan turun dengan derasnya. Karena memang daritadi cuaca sangat mendung.

Sanas menarikku untuk berlari karena hujan sangat deras sekali.

Srett

"Aaaarrghhh !!!" aku terpekik saat sebuah sepeda motor melintas dan melewati kubangan air. Membuat air itu mengotori pakaianku.

"Sialan !!!" amukku.

"Sudah, jangan di pikirkan. Ayo " Sanas menarikku lagi dan kami sama-sama berlari menuju kantor itu.

Dan akhirnya aku sampai juga di perusahaan  Blandino group company. Kantornya sangat besar dan mewah sekali, lebih tinggi dari kantor papa malahan.

"Cepat masuk Key" ucap Sanas, aku hampir lupa keberadaan Sanas disampingku.

Aku sedikit merapihkan pakaianku yang basah dan kotor. Aku terpekik saat Sanas duduk rengkuh dan membersihkan sepatuku di depan semua orang.

"Sanas" ucapku, memintanya untuk berdiri.

"Diamlah" ucap Sanas, masih membersihkan sepatuku yang kotor. "Sudah selesai" Sanas kembali berdiri dan merapihkan rambutku yang lepek dan basah. "Sekarang masuklah, loe sudah terlambat" ucap Sanas

"Loe gimana? Loe pasti kedinginan" ucapku khawatir melihatnya yang sudah menggigil. Pasti kedinginan karena pakaiannya juga sangat basah.

"Gue tidak apa-apa, gue akan nunggu pa Hadi dicafe sana sambil memesan kopi hangat. Cepet loe masuk, sudah jam 8 lewat" ucapnya

"Baiklah gue masuk dulu yah" ucapku mencium pipinya dan berlari menyusuri lobby kantor.

Aku menanyakan ke reseptionist yang terlihat sangat menor dan seksi. Jutek sekali dia. Setelah aku mendapatkan informasinya, aku kembali berlari menuju lift. Dan apa ini ruangan Ceonya di lantai paling atas no 43 astaga aku semakin telat saja. Kantor kok tinggi sekali, sudah menyaingi gunung Everest.

Ting

Akhirnya sampai juga, aku kembali berlari dan menemukan sebuah pintu besar berwarna coklat kayu. Sedikit mengatur nafasku dan merapihkan penampilanku yang masih terlihat kacau dan basah. Merasa lebih baik, akupun segera mengetuk pintu ruangan itu. Setelah ada jawaban dari dalam, aku masuk dan melihat seseorang yang sedang duduk dikursi kebesarannya dan fokus dengan laptopnya.

Dia sangat tampan, melebihi aktor-aktor di Indonesia, matanya yang setajam elang, hidungnya yang mancung dan bibirnya... Bibirnya sangat seksi dan berwarna merah sepertinya dia bukan perokok.

"Ekhem" sebuah deheman membuatku tersadar dari khayalan bodohku yang ketahuan tengah mengaguminya. Inget Key, kamu sudah punya tunangan, inget Reno.

"Apa anda hanya akan berdiri disana seperti satpam" ucapnya datar menatapku, astaga suaranya sangat merdu sekali walau terdengar sangat dingin. Aku berusaha menormalkan kembali ekspresi bodohku yang terlihat tengah mengaguminya, aku segera berjalan mendekati mejanya tanpa duduk karena belum disuruh.

"Siapa nama kamu?" tanyanya tetap datar dan dingin.

"Saya... Nama saya Keysa Adeeva Myesha" ucapku, dia menatapku dari atas hingga bawah.

"Apa seperti ini penampilan seseorang yang akan menjalankan interview?" ucapnya lagi, aku sadar karena memang penampilanku saat ini sungguh jauh dari kata rapi, rambut yang sedikit lepek karena kehujanan, baju yang basah, rok dan kakiku terlihat kotor karena cipratan air tadi. Aku menundukkan kepala karena sangat malu.

"Maafkan saya pa, saya tadi menerobos hujan dan terkena cipratan genangan air" ucapku dengan sangat jujur tanpa ada yang disembunyikan.

"Duduklah" ucapnya mulai lembut tidak sedingin tadi. Aku segera duduk karena memang kakiku sudah pegal dan sedikit sakit karena lecet sehabis berlari menerobos hujan.

"Aku sudah baca CV kamu, sebelumnya kamu pernah berkerja dimana?" tanyanya tanpa melirik ke arahku.

"Saya belum pernah bekerja, tahun lalu saya lulus kuliah dan membantu usaha papa saya. Tapi saya akan bekerja sebaik mungkin pa, saya janji tidak akan mengecewakan bapak" ucapku seantusias mungkin untuk meyakinkannya.

"Cih,,, percaya diri sekali, apa jaminannya kalau kau bisa bekerja dengan baik? Pengalaman bekerja saja belum ada" ucapnya datar sekali membuatku terdiam membisu.

"Tapi baiklah kamu di terima dan besok kamu sudah mulai bekerja menjadi sekretarisku" ucapnya datar dan kembali fokus pada dokumen-dokumen dihadapannya dan aku hanya bisa melongo mencerna apa yang barusan dia katakan.

"A...apa bener saya diterima?" ucapku dengan pelan tetapi dia dapat mendengarnya

"Ya" jawabnya dengan singkat dan akupun segera mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih banyak, terima kasih banyak pak" aku menyodorkan tanganku kepadanya saking antusiasnya.

Prank

Aku terpekik kaget saat tidak sengaja menyenggol gelas minum yang ada di sana hingga pecah ke lantai. Dia terlihat memelototiku membuatku semakin grogi

"Maaf,, maaf pak. Saya akan menbersihkannya" ucapku bergegas membersihkan pecahan kaca itu, tetapi...

Brak

Aku semakin takut dan takut. Karena tak sengaja menyenggol tumpukan berkas hingga jatuh ke lantai dan berserakan di sana.

"Ini yang kau maksud akan bekerja dengan baik, hah??" pekik pak Felix dengan emosi.

"Ma-maafkan saya" cicitku semakin ketakutan.

"Dasar ceroboh !!" dengusnya.

"Saya akan membersihkannya" ucapku lagi

"Tidak perlu,, keluarlah. Mataku semakin sakit melihatmu masih berada disini" ucapnya dengan dingin membuatku semakin menunduk.

"Tunggu apa lagi !!" pekiknya

"Tapi-" aku menunjuk ke arah pecahan gelas dan kertas yang berserakan di lantai.

"Keluarlah,, tidak perlu memikirkan ini" ucapnya terlihat jengkel.

Akupun berpamitan dan beranjak menuju pintu, tetapi saat baru akan memegang knop pintu, dia kembali berbicara tanpa menatapku

"Besok jangan sampai terlambat lagi" ucapnya dengan datar, akupu segera keluar dari ruangnya setelah mengangguk paham.

Author Pov

Keysa menemui Sanas di cafe depan kantor. Hujan sudah reda, Keysa memasuki cafe dan melihat Sanas sedang duduk sendirian sambil meminum kopinya.

"Cepet banget, Key?" tanyanya menatap Key yang baru datang.

"Iya" jawab Key dan langsung mendaratkan pantatnya dikursi di hadapan Sanas.

"Gue langsung diterima Nas" ucap Keysa dengan antusias dan sedikit teriak tanpa memperhatikan orang-orang sekitarnya

"Astaga? Serius loe?" ucap Sanas ikut senang

"Ya gue serius, besok gue sudah mulai mulai pukul 8 pagi." ucap Keysa

"Selamat yah Key" Sanas memegang tangan Keysa ikut merasa senang.

***

Keysa berlari memasuki kantor dan menahan lift yang baru saja akan tertutup. Keysa segera masuk kr dalam lift, tanpa memperdulikan seseorang yang berada dibelakangnya yang tengah memperhatikannya.

"Mudah-mudahan bos yang super dingin itu belum datang," gumamnya tak tenang dan terus melihat jam yang bertengker di pergelangan taangannya. Seseorang yang berada dibelakangnya hanya tersenyum saja.

Ting

Pintu lift terbuka dan Keysa langsung berlari ke mejanya.

"Sepertinya dia belum datang, syukurlah" Keysa mengusap dadanya yang terasa sangat sakit  dan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

"Menunggu seseorang nona" ucap seseorang dan suara bassnya mulaisya kenali dan segera berbalik badan.

Terlihat jelas felix sang Ceo sedang berdiri dibelakangnya dengan tatapan yang sangat menakutkan, membuat Keysa kaget dan tubuhnya mendadak oleng, dia kehilangan ke seimbangannya dan terjatuh. Pantatnya langsung membentur lantai.

"Kalau sudah merapihkan diri, masuklah keruangan saya" ucap Felix dengan datarnya dan langsung berjalan masuk ke dalam ruangannya tanpa membantu Keysa berdiri.

"Dasar bos jahat, sudah bikin jantung gue copot dan jatuh bukannya bantuin berdiri malah nyelonong begitu saja" gumam Keysa dan segera berdiri

"Astaga pantatku sakit sekali" ucap Keysa mengusap pantatnya dan merapihkan bajunya lalu berjalan menuju pintu ceo.

Setelah menyuruhnya masuk, Keysa segera masuk dan duduk.

"Ini" Felix memberikan beberapa dokumen ke Keysa

"Pelajari itu, di dalamnya ada beberapa job disk kamu dan jadwalku. Kamu pelajari dan aku harap dokumen-dokumen yang belum diselesaikan oleh sekretaris sebelumnya harus sudah selesai nanti sore" ucap Felix membuat Keysa terpekik kaget.  Kesya hendak membuka suaranya.

"Tak ada bantahan" ucapnya tajam

Keysa menghela nafas pasrah dan hanya mengangguk saja lalu beranjak keluar.

***

Keysa Pov

Pekerjaanku masih banyak dan waktu sudah menunjukkan jam pulang. Ini hari pertamaku bekerja, tetapi langsung dikasih pekerjaan yang menumpuk seperti ini. Mana tadi belum sempat beli makan lagi, cuma minum kopi saja. Tiba-tiba hpku berbunyi dan menampakan wajah Reno dilayarnya. Aku segera mengangkatnya dengan semangat

"Hallo sayang"

"....."

"Aku masih banyak pekerjaan, kamu sudah didepan yah"

"......"

"Sepertinya aku lembur deh, banyak banget kerjaan aku"

"........"

"Aku juga gak tau, kamu pulang saja duluan yah nanti aku pulang sendiri saja"

"......"

"Ya sayang, aku tidak apa-apa... Kamu juga hati-hati yah, love you too" aku menutup sambungan telpon.

Kasian sekali, Reno sudah mau jemput aku tapi karena bos sialan itu aku jadinya harus lembur. Aku kembali mengerjakan pekerjaanku hingga larut malam.

Sudah jam 9 tetapi masih belum selesai, aku kelaperan sekarang. Aku merasa tubuhku sudah sangat lelah, dadaku juga terasa sakit dan sesak. Aku menyandarkan kepalaku ke atas meja hingga deheman seseorang membuatku kembali mengangkat kepalaku.

"Ck,, Lambat sekali, aku minta sore sampe jam segini masih belum selesai juga" ucapnya dengan datar membuatku kesal.

"Saya baru pertama disini pak, saya belum tau detail pekerjaan saya. Saya harus mempelajarinya dulu dan mulai mengerjakannya sedikit demi sedikit karena takut ada yang salah. Apalagi saya tidak ada yang membimbing" keluhku, aku keluarkan semua kekesalanku padanya, seenaknya dia berbicara seperti itu.

"Kenapa tidak bertanya padaku?" ucapnya lagi

Aku melongo dengan ucapannya dan bingung harus menjawab apa. Bibirku kelu mendadak. Kenapa dia selalu memojokkanku dan membuat posisiku menjadi posisi yang bersalah???

"Saya kira, kamu sudah paham makanya tidak bertanya" ucapnya lagi lagi datar.

"Ya saya sudah memahaminya sebagian" ucapku dengan jujur

"Bereskan barang-barangmu" ucapnya dengan lantang

"Apa?" ucapku meyakinkan pendengaranku

"Kau tuli? Cepat bereskan barang-barangmu" ucapnya lagi lebih dingin.

Apa dia memecatku? Astaga apa dia ingin memecatku sekarang? Kenapa dia menyuruhku membereskan semua barang-barangku? Apa yang harus aku lakukan sekarang.

"Yak,,, jangan berpikir negative, aku tidak akan memecatmu. Cepat bereskan barang-barangmu,, apa kau akan menginap di kantor?" ucapnya membuatku menghembuskan nafasku lega.

"Saya kira anda mau memecat saya" ucapku dengan cengiran khasku.

Dia beranjak meninggalkanku tanpa menjawab ucapanku. Huh,,, kebiasaan sekali, dasar mister bossy menyebalkan. Aku segera menyambar tasku dan membereskan dokumen yang ada di atas mejaku.

Aku segera berlari menyusul bosku yang sudah berada di dalam lift.

Hap,, akhirnya aku berhasil masuk ke dalam lift yang hampir tertutup itu sambil mengatur nafasku yang ngos-ngosan.

"Ini bukan lapangan bola, tapi kantor. Berlari dan menerobos lift sungguh tidak sopan. Benar-benar bukan wanita feminim" ucapnya membuatku kesal, dia berbicara seenak jidatnya saja.

Aku hanya menjawabnya dengan memberikan senyuman kecilku saja.

Saat keluar dari lift aku melihat mobil pa Hadi sudah terparkir di depan kantor.

"Saya duluan yah pak, selamat malam" ucapku membungkukan setengah badanku untuk menghormat dan langsung berlari menghampiri p Hadi.

Kebiasaanku memang senang sekali berlari, merasa kalau berjalan aku sangat lambat.

****

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

kk mampir thor lanjut

2022-10-23

1

Nurulfajriyah

Nurulfajriyah

ngos2an

2021-03-13

0

Suwarni

Suwarni

lanjut thor

2021-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!