Makanan sudah siap disajikan oleh Bibi Mei di meja makan. Tuan Ho juga sudah menyiapkan materi untuk Nona Lily agar mudah mempelajari bahasa Korea. Lily juga sudah selesai mandi dan mengobati lukanya.
"Ahh.. segar sekali. Aku penasaran Bibi Mei masak apa ya untukku." ucap Lily dengan riang.
Sebuah baju baru disiapkan untuk Lily. Bibi Mei menggantungnya di samping tempat tidur. Sebuah gaun tanpa lengan dan rok setinggi lutut berwarna putih dengan corak bunga besar berwarna pink. Gaun itu cantik sekali lengkap dengan sepatu seperti balerina berwarna merah muda tanpa hak dan sebuah bandana pita berwarna putih.
"Wah ini imut sekali." batin Lily. Lily mengenakannya dan terkagum dengan dirinya sendiri setelah menatap dirinya di cermin.
"Ini aku kah? Wah aku tidak menyangka bisa secantik ini. Pasti karena bajunya." Lily memuji dirinya.
Lily mencoba berjalan tanpa harus menggunakan kursi roda. Dia tidak mau terlalu bergantung pada kursi itu dan tidak mau merepotkan Tuan Ho. Kemanapun Lily ingin pergi, Tuan Ho pasti menemaninya dan mendorong kursi roda untuknya. Baginya Tuan Ho lebih tua darinya, kurang sopan jika harus selalu menolong Lily yang lebih muda darinya.
Lily mencoba berjalan sambil merayap di dinding menuju dapur. Untunglah jarak kamar Lily dengan dapur tidak cukup jauh. Sebuah pintu ruangan terbuka dan munculah Tuan Ho. Mereka berbicara menggunakan bahasa Mandarin.
"Ah Nona Lily. Kenapa Anda tidak memanggil saya. Jika nona terluka bagaimana." Tuan Ho panik seraya berlari mendekati Lily.
"Tidak apa-apa. Jika aku tidak melatihnya, akan lama kakiku sembuh. Jangan dimanjakan." tegas Lily.
Tuan Ho menatap Lily dengan penuh haru. Dia tak menyangka Lily yang terlihat lemah lembut ternyata memiliki jiwa pantang menyerah. Tuan Ho menghargai semangat Lily jadi Tuan Ho hanya berada disampingnya menjaga Lily agar tidak terjatuh. Meskipun Lily menahan rasa sakit yang cukup menyiksa tapi dia berhasil sampai ke dapur dengan selamat meskipun keringat bercucuran.
Tuan Ho memuji semangat Lily. Bibi Mei yang melihat Lily begitu berusaha untuk bisa sampai di meja makan pun menyemangatinya dan Lily pun hanya tertawa karena merasa seperti anak kecil yang sedang latihan berjalan.
Saat Lily akan mulai makan dia melihat Tuan Ho hanya berdiri disampingnya. Bibi Mei juga hanya berdiri memandang Lily. Lily merasa aneh. Lily berbicara bahasa Mandarin.
"Tuan Ho.. Bibi Mei.. kenapa kalian hanya berdiri saja. Mari duduk sini, kita makan bersama." ajak Lily dengan ramah.
Sontak Tuan Ho dan Bibi Mei terkejut. Karena selama mereka bekerja di "The Grey House" bahkan Nyonya Rose dan Komandan Zeno tidak pernah mengajak mereka makan bersama. Tuan Ho dan Bibi Mei hanya saling memandang. Lily tambah bingung.
"Kenapa? Tidak mau makan bersamaku? Kalau begitu aku juga tidak mau makan." ucap Lily sebal seraya menaruh sendok dan garpu dan melipat tangannya ke dada.
Melihat Lily ngambek akhirnya Tuan Ho dan Bibi Mei duduk di kursi meja makan. Tuan Ho duduk di samping Lily dan Bibi Mei duduk di depannya. Lily tersenyum melihat mereka berdua ikut duduk bersama walaupun Lily tahu sepertinya mereka sungkan.
"Kita kan keluarga. Jadi sudah sewajarnya makan bersama." ucap Lily dengan senyum yang menawan.
Mendengar ucapan Lily, Tuan Ho dan bibi Mei menjadi terharu. Lily bahkan mengambilkan nasi dan memberikannya kepada Tuan Ho dan Bibi Mei. Juga menggeser aneka lauk yang disiapkan bibi Mei secara merata ke hadapan mereka. Tuan Ho dan Bibi Mei hanya diam saja memegang sumpitnya memandangi makanan di depannya. Lily merasa bingung dengan sikap mereka.
"Apa perlu aku suapi, Tuan Ho, Bibi Mei?" canda Lily.
"Ah tidak perlu nona. Kami bisa sendiri." ucap Tuan Ho tidak enak hati.
"Terima kasih banyak nona Lily. Terima kasih." ucap Bibi Mei yang sepertinya akan menangis.
Usai sarapan bersama Lily kembali merayap untuk segera memulai pelajaran bahasa Koreanya. Tuan Ho membantu Lily ke ruang baca. Disana sudah disiapkan buku tulis, setumpuk kertas kosong, pulpen dan buku panduan pendukung. Lily duduk dikursi yang sudah disiapkan Tuan Ho.
Tuan Ho duduk di depannya. Tuan Ho mulai memperkenalkan huruf vokal dan konsonan Korea. Lily diminta untuk mencoba membacanya menirukan ucapan Tuan Ho dan mencoba menuliskannya dalam kertas kosong.
Hanya dalam 2 jam Lily sudah dengan lancar menuliskannya berikut pengucapannya. Tuan Ho pun kagum. Dia memberikan tambahan pelajaran mengenai kata-kata dasar dilanjut beberapa kosakata dan mencoba beberapa pengucapan.
Lily begitu serius dan fokus dalam mempelajari bahasa Korea ini membuat Tuan Ho juga bersemangat untuk mengajari Lily. Seharian penuh mereka di dalam ruangan baca untuk belajar bahasa Korea.
Tak terasa matahari mulai redup dan hari sudah menjelang sore. Lily mulai merasa pegal di punggungnya. Tuan Ho juga merasa lelah matanya. Namun mereka berdua terlihat senang. Akhirnya proses belajar dihentikan dan akan dilanjutkan esok hari.
Tuan Ho menemani Lily untuk kembali ke kamarnya beristirahat. Lily menolak untuk makan siang karena dia lelah. Dia akan bangun saat makan malam sudah siap. Tuan Ho pun mengizinkannya. Tak lama sepeninggalan Tuan Ho, Lily sudah tertidur lelap. Diluar kamar Lily di ruang tengah Bibi Mei dan Tuan Ho mengobrol dengan bahasa Mandarin.
"Ho, bagaimana? Apakah nona Lily kesulitan mempelajari bahasa Korea?" tanya Bibi Mei sembari melipat kain-kain yang telah dijemur.
"Aku rasa nona Lily memiliki IQ diatas 150." jawab Tuan Ho dengan percaya diri.
"Benarkah? Wah berarti nona Lily sangat pintar." ucap Bibi Mei kagum.
"Aku dengar dari Nyonya Rose, nona Lily mempelajari bahasa Mandarin hanya dalam waktu 1 bulan saat di camp militer." terang Tuan Ho dengan serius.
"Namun sampai sekarang masih sebuah teka teki dari mana nona Lily berasal." ucap Tuan Ho lirih.
"Apakah tidak ada petunjuk?" tanya Bibi Mei penasaran.
Tuan Ho menggeleng kepala.
"Oleh karena itu, Nyonya Rose sedang menyelidikinya. Jadi jangan sampai nona Lily tahu tentang hal ini dan tetap rahasiakan mengenai anak kandung Nyonya Rose." tegas Tuan Ho memperingatkan.
"Aku mengerti." tandas Bibi Mei.
Lily menjalani hari-hari selama di "The Grey House" dengan senang. Lily sudah semakin akrab dengan Tuan Ho dan Bibi Mei. Merekapun juga sudah mulai terbiasa dengan sifat dan sikap Lily.
Sudah 1 bulan berlalu. Luka di pergelangan kaki Lily juga sudah pulih. Lily senang sekali akhirnya dia bisa berjalan sendirian tanpa harus merepotkan Tuan Ho dan Bibi Mei. Lily juga sudah fasih berbahasa Korea. Saat Lily sedang memikirkan apa yang akan dilakukannya hari ini bel pintu rumah berbunyi.
"Tidak biasanya. Ada tamu kah?" batin Lily.
Pintu masuk memang sedang diperbaiki jadi hanya bisa dibuka secara manual. Tuan Ho selalu memperingatkan untuk mengunci pintu dari dalam. Tuan Ho sedang pergi mengantar Bibi Mei belanja keperluan rumah. Lily sudah biasa ditinggal sendiri. Akhirnya Lily pergi untuk membukakan pintu. Dia berfikir jangan-jangan Nyonya Rose sudah pulang.
Saat membuka pintu, Lily terlihat gembira karena itu adalah Komandan Zeno, ayahnya yang pulang. Spontan Lily memeluknya. Komandan terkejut dengan sikap Lily dan dia berusaha melepaskannya.
Lily merasa bahwa Komandan Zeno bersikap dingin padanya. Komandan pun segera masuk ke dalam rumahnya dan mengacuhkan Lily. Betapa terkejutnya Lily kalau Han juga ikut bersamanya. Han hanya melihat Lily dengan sinis.
"Ayah. Kenapa Han ikut kemari?" tanya Lily dengan kesal.
"Bicara apa kamu. Han tinggal disini bersama kita. Dia itu sepupumu dari pihakku." tegas Komandan Zeno seraya pergi meninggalkan Lily dan segera naik ke atas.
Lily kaget dengan penjelasan Komandan Zeno. Dia hanya melihat Han dengan wajah tidak senang. Han hanya tersenyum sinis padanya. Lily merasa bahwa dia akan mengalami hari-hari yang kelam sepanjang hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 502 Episodes
Comments
Adryan Eko
makin seruu.. alurnya beneran membius.. terimakasih
2022-07-04
0
Iwan Setiyadi
Kapan nih adegan tembak tembakan nya..? Aku pertama baca karyamu yg judulnya SM
2021-07-06
0
Putri Salsa Bila Jasmin
ternyata Han sepupunya 😏😏
2021-06-03
0