Liu kembali ke pondoknya. Dia hanya duduk termenung. Liu mencoba menahan tangis. Dia begitu sedih karena akan berpisah dengan Lily. Liu sudah menganggap Lily seperti kakak perempuannya. Dia tahu bahwa hari ini pasti akan tiba tapi tak mengira akan secepat ini. Liu menenangkan hatinya, menghapus air matanya, mencoba untuk tegar karena tak ingin melihat Lily sedih karena dirinya.
Liu pergi ke pondok pembibitan tanaman, dia meminta kepada bibi petugas disana sebuah pohon kecil yang mulai tumbuh. Tinggi pohon itu sekitar 1m. Liu memindahkan pohon kecil itu ke sebuah pot yang sudah dilukis dan diberikan tulisan kenangan untuk Lily.
"Untuk kakak Lily yang baik hati" begitulah tulisan yang terukir di pot itu.
Nyonya Rose mulai menyiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang. Lily duduk di kursi kayu depan pondoknya. Kakinya yang terkilir sudah dibalut dengan kain perban elastis. Lily mencoba merekam semua kenangan yang terjadi selama dirinya berada di camp militer itu.
Dari kejauhan terlihat seseorang membawa sebuah tanaman dalam pot, ternyata itu Liu. Liu mendatangi Lily dengan senyum manisnya. Lily tahu bahwa Liu habis menangis, tapi Liu menutupi kesedihanya dengan senyumannya.
"Nona Lily. Aku membawakanmu ini." sambil menyerahkan pot berisi tanaman.
"Tanaman apa itu Liu?" tanya Lily sembari menerima pot tanaman yang diberikan Liu.
"Pohon apel nona. Saya tahu nona sangat suka apel disini tapikan nona tidak mungkin bolak balik kesini hanya demi sebuah apel?" jawab Liu dengan tersenyum.
"Bisakah nona merawatnya untukku?" tanya Liu dengan penuh harap.
"Tentu saja Liu.. tentu saja.. terima kasih." Lily memperhatikan pohon kecil yang sudah mulai tumbuh itu.
Dia ingat bagaimana rasa apel yang sangat disukainya itu. Lily selalu mencium bau apel itu sebelum dimakan. Sebuah apel besar berwarna pink kehijauan dengan aroma yang khas, mengandung banyak sekali air, daging buah yang berwarna putih dan renyah saat dimakan, saat digigit terasa begitu manis dan segar.
"Ini sebuah kenangan yang manis." begitu batin Lily.
Sebuah Jeep sudah dipersiapkan. Lily didudukkan pada sebuah kursi roda. Banyak warga sipil yang berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Nyonya Han dan Lily. Saat Lily bersalaman dengan semua orang, Liu hanya diam. Dia memalingkan wajahnya dari pandangan Lily.
"Liu.. Liu kemari sebentar." Lily memanggilnya.
Liu berjalan perlahan mendekati Lily dengan tertunduk tapi tiba-tiba Liu berlari dan memeluknya.
"Nona Lily.. nona Lily jangan pergi. Jangan tinggalkan aku.." tangis Liu.
Liu memeluk Lily dengan sangat erat. Dia benar-benar tidak ingin kehilangan nona yang disayanginya itu. Lily juga sedih dengan perpisahan ini tapi Lily berusaha untuk tetap tegar. Lily berbicara lembut kepada Liu.
"Liu.. aku tak pernah meninggalkanmu. Bagaimana jika kita membuat janji. Bukankah jika orang yang sudah berjanji harus ditepati." ucap Lily. Liu menatap Lily dengan penuh harapan.
"Janjiku padamu. Kita pasti akan bertemu lagi. Dan saat kita bertemu, kita tidak akan berpisah lagi." Lily menatap tajam persis ke arah Liu.
Lily benar-benar serius dengan ucapanya. Mendengar ucapan Lily membuat Liu sangat senang, dia percaya bahwa Lily akan menepati janjinya. Liu pun mengucapkan janji padanya.
"Aku juga berjanji. Aku akan menjadi seorang lelaki yang kuat, yang akan menjagamu dan tak akan kubiarkan siapapun menyakitimu Nona Lily!" tegas Liu dengan penuh keyakinan.
Lily sangat senang mendengar ucapan Liu. Mereka berduapun mengepalkan tangan dan saling menunjukkannya tanda bahwa mereka sudah berjanji. Tawapun terdengar dari mereka berdua. Akhirnya Lily pergi dengan perasaan lega karena Liu sudah merelakannya pergi. Meskipun berat tapi Liu yakin bahwa suatu saat nanti mereka akan bertemu lagi.
Mobil Jeep yang dikendarai Nyonya Rose dan Lily melesat perlahan melewati jalanan tanah ditengah-tengah hutan. Hampir seperti Off Road karena jalanan yang berliku-liku, naik turun bukit dan tak nampak jalanan aspal sepanjang perjalanan. Hanya pohon-pohon dan sesekali terlihat sungai di pinggiran hutan.
Tampak sebuah pegunungan yang melintang sepanjang perjalanan. Ada sebuah bukit batu dengan tanda seperti sebuah tombak di tengah-tengah lumut yang menutupi bukit batu itu.
"Hmm.. sebuah tanda yang unik." batin Lily.
Udara sejuk pegunungan, suara burung-burung yang berkicau, embun pagi yang menyegarkan, suara air sungai yang menderu dan suara dari daun-daun yang saling bergesekan akan sangat Lily rindukan.
Sudah 2 jam lebih mereka masih di jalanan tanah. Lily terlihat lelah dengan perjalanan jauh ini. Nyonya Rose memberikan sebotol air kepada Lily. Lily meminumnya segera. Tiba-tiba Lily merasa ngantuk dan dia pun segera tertidur lelap.
"Maaf sayang, ibu harus menyembunyikan lokasi ini darimu." ucap Nyonya Rose pelan. Ternyata Nyonya Rose sengaja membius Lily agar tidur. Dia tak ingin Lily mengetahui lokasi pelatihan militer ini.
Teringat jelas dalam kenangan Nyonya Rose. 2 tahun yang lalu lokasi pelatihan militer pernah diserang sebelumnya. Banyak prajurit dan warga sipil yang tewas karena serangan mendadak itu. Banyak dari pihak klien yang meragukan keamanan dan kerahasiaan lokasi pelatihan militer gabungan beberapa negara tersebut.
Namun dengan latar belakang Komandan Zeno yang begitu kuat dan dipercaya banyak pihak akhirnya para klien tetap melanjutkan kerjasamanya. Meski begitu Komandan Zeno menjadi lebih waspada terhadap segala bentuk kemungkinan. Akhirnya setelah melakukan rapat rahasia dengan beberapa dewan, ditunjuklah lokasi baru untuk tempat pelatihan militer gabungan ini.
Setelah kepergian Lily, Liu terlihat mulai mempersiapkan dirinya untuk ikut pelatihan prajurit junior. Dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Dia ingin segera menjadi seorang lelaki yang kuat dan hebat.
Saat waktunya tiba nanti dia akan pergi menemui Lily dan memintanya untuk menjadi bodyguardnya. Liu sudah membulatkan tekatnya. Saat Liu sedang melakukan push up, Han datang mencarinya. Mereka berbicara dalam bahasa Mandarin.
"Liu. Kemari sebentar. Ada yang ingin kubicarakan." panggil Han.
Han berdiri tegap di depan pintu masuk ruang latihan Zona A tempat prajurit junior melakukan latihan militer usia dini. Liu segera berdiri dan meminta izin kepada instruktur untuk pergi menemui Han.
"Ya kakak Han. Ada perlu apa?" tanya Liu penasaran.
Han sangat jarang berbicara dengan Liu. Han yang tiba-tiba mencarinya membuat Liu penasaran.
"Selesai latihan. Apakah kau ada waktu?" tanya Han sopan.
"Ya. Tentu saja. Selesai latihan aku sudah tidak ada kegiatan lagi. Apa yang bisa ku bantu?" tanya Liu.
"Ajari aku bahasa Indonesia." ucap Han tanpa basa-basi.
Liu yang mendengarnya cukup kaget.
"Kenapa tiba-tiba kak Han memintaku untuk mengajari bahasa Indonesia. Apakah ada hubunganya dengan Nona Lily?" Batin Liu.
"Ya ya tentu saja. Akan ku ajari kau sampai bisa." tandas Liu dengan riang.
Han lalu pergi setelah mengucapkan terima kasih kepada Liu. Entah kenapa Liu sedikit merasa tidak senang dengan Han yang tiba-tiba ingin belajar bahasa Indonesia.
Lily tertidur cukup lama hingga akhirnya dia terbangun karena sorotan lampu yang berkedip-kedip di matanya. Perlahan Lily membuka matanya dan betapa terkejutnya dia melihat sebuah pemandangan kota metropolitan yang begitu gemerlapan.
Lily begitu terpesona dengan lampu-lampu dan gedung-gedung yang menjulang tinggi serta banyaknya orang dari segala usia bersliweran kesana kemari.
"Ibu kita ada dimana?" tanya Lily dengan antusias.
"Shanghai anakku." jawab Nyonya Rose dengan senyumnya.
Lily terlihat begitu senang dengan tempat ini. Seperti sebuah suasana perkotaan yang sangat Lily rindukan. Lily terlihat asyik melihat pertokoan dengan berbagai macam produk yang ditawarkan.
Orang-orang yang bergaya modis berjalan beramai-ramai di trotoar pinggir gedung-gedung pencakar langit. Jalanan macet dan bunyi klakson disepanjang jalanan aspal dengan kendaraan berbagai macam model dan ukuran membuat Lily begitu menikmatinya.
"Lily. Apa kau tidak bising dengan suasana ini?" tanya Nyonya Rose.
"Tidak Ibu. Aku malah sangat menyukainya." jawab Lily dengan wajah ceria.
Memang benar Lily mengalami amnesia. Tapi rupanya ada beberapa hal yang masih menempel pada dirinya tanpa disadari itu menunjukkan jati diri Lily sebenarnya.
Nyonya Rose berspekulasi bahwa Lily dulunya pasti tinggal disebuah perkotaan besar di suatu negara. Ditambah dengan logat bahasa Indonesia yang sangat kekinian, Nyonya Rose cukup yakin bahwa dulu dia tinggal di Jakarta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 502 Episodes
Comments
Adryan Eko
ehh ehh.. top komen nya pada sipoiler dah ah.. kenapa liu?
kenapa dengan Lily?
hedehh.. jadi nambah penasaran
2022-07-03
0
𖣔 𝑑𝑖𝑒 𝐵𝑙𝑢𝑚𝑒
jejak mampir
2021-10-08
0
Lucania Carmen
Sedih baca perpisahan Lily dan Liu😭
2021-09-16
0