Malam itu suasana semakin ramai. Semua orang berkumpul di lapangan untuk makan malam. Aneka makanan hasil olahan yang didapat dari hutan disajikan di meja kayu panjang tersebut. Buah-buahan segar, beer, daging panggang, aneka tumisan sayur, roti, nasi dan makanan lainnya. Begitu banyak seperti sebuah jamuan besar. Taburan jutaan bintang terlihat begitu berkilau di langit malam.
Lily dan Liu terlihat sangat akrab seperti sepasang sahabat yang sudah berkawan lama. Banyak orang-orang yang memperhatikan mereka tapi Lily tidak menyadarinya.
Tiba-tiba datang segerombolan orang. Berjumlah sekitar 7 orang datang dari arah hutan. Mereka mengenakan pakaian serba hitam. Bersepatu boot dari kulit hewan layaknya sepatu tentara. Wajah mereka ditutupi masker kain sehingga hanya nampak rambut dan mata saja.
Orang-orang itu terlihat sangat kuat dan memiliki karakter. Ditambah postur tubuh yang begitu atletis. Salah satu dari mereka membawa senjata laras panjang dengan jas hitam panjang sampai ke lutut. Sisanya bersenjata pistol dan parang.
Lily mengamati pria-pria tersebut yang berjalan menuju meja makan tempat orang-orang berkumpul dengan curiga. Liu memperhatikan Lily dengan seksama. Ketika salah seorang lelaki berbaju hitam tersebut mengeluarkan senjata dari balik pinggangnya sontak Lily langsung berteriak.
"Liu.. Ibu.. merunduk!" tiba-tiba Lily menarik tangan Liu dan ibunya. Menekan kepala mereka agar masuk ke bawah meja untuk berlindung. Lily kembali berdiri.
"All of you take refuge! They are armed!" teriak Lily memperingatkan orang-orang yang ada disana.
Sejenak suasana hening. Mereka menatap Lily dengan serius. Tiba-tiba salah seorang prajurit tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahahaha.. you're fool." tawa seorang lelaki sambil menggebrak-gebrak meja.
Spontan seluruh orang disana ikut tertawa. Bahkan sampai ada yang menangis karena geli dengan sikap Lily. Lily bingung. Dia melihat Liu dan ibunya juga tertawa pelan dibawah meja.
Para lelaki berbaju hitam itupun juga hanya saling memandang. Menahan tawa mereka. Salah seorang lelaki berbaju hitam yang tadi mengeluarkan pistol mendekati Lily. Lily masih berdiri terdiam disamping meja makan menatap lelaki bermasker tersebut.
"Silly girl. Are you new here?" tanya lelaki itu.
Lily mengangguk dengan lugunya.
Lelaki itu melepas maskernya. Meletakkan pistol di meja lalu merapikan rambutnya. Lily menatap lelaki itu dengan terpana.
"Huwaaa.. ganteng bener." batin Lily dengan mata terpesona melihat ketampanan lelaki tersebut.
Lelaki tersebut tersenyum ramah kepada Lily. Matanya sendu dengan alis yang tebal. Sorot matanya tajam. Rambutny hitam berkilau terkena pantulan api unggun. Bibirnya tipis dan kulitnya sedikit kecokelatan. Hidung yang mancung. Dengan poni samping menutupi sebagian matanya, lelaki itu benar-benar terlihat sangat menawan.
Lelaki itu lalu duduk didepannya. Nyonya Rose dan Liu segera berdiri dan kembali duduk. Semua orang yang tadinya tertawa kembali duduk di kursi kayu masing-masing. Lily masih berdiri kebingungan. Dia meminta penjelasan.
"Okay. This is strange. Is someone here who can explain what happened to me? Please." tanya Lily dengan sebal.
Nyonya Rose kemudian meminta Lily untuk duduk terlebih dahulu. Dia paham kalau hal ini masih sangat canggung untuknya. Dia mulai menjelaskan keadaan ini.
"Mereka ini masih berada dalam satu perkumpulan disini. Lelaki di depanmu ini bernama Han. Dia kapten dalam pasukan yang berbaju hitam itu." menjelaskan dengan tenang.
Perlahan orang-orang berbaju hitam itu mulai mendekati Lily. Mereka mulai melepas maskernya. Terlihatlah wajah-wajah lelaki rupawan. Mereka tersenyum kepada Lily. Lily mengamati mereka dengan seksama. Mencoba mengingat wajah-wajah ini satu persatu. Mereka tampak asing, Lily tidak mengenali mereka satupun. Lily hanya balas tersenyum kepada mereka dengan canggung.
"Where are you come from?" tanya Han.
"I am from here. I guess. Hehe." jawab Lily enteng.
"What is your name?" tanya Han lagi.
"Lily." seraya tersenyum.
Han kaget dengan jawaban gadis di depannya. Dia menatap Nyonya Rose, Liu dan orang-orang disana dengan dingin.
"What did you say?" tegas Han.
Lily kaget dengan sikap Han.
"My name is Lily." jawab Lily dengan serius.
Han menatap tajam kearah Lily. Lily juga menatap tajam Han. Lily tidak mengerti kenapa tiba-tiba orang ini menjadi galak setelah mendengar namanya.
Sontak Han langsung pergi dengan marah. Dia tak menghiraukan orang-orang yang mencoba memanggil namanya untuk kembali bergabung di meja makan. Suasana menjadi canggung. Semua orang saling menatap. Lily melihat Liu dan Nyonya Rose memalingkan muka darinya. Lily semakin yakin bahwa ada hal yang mereka sembunyikan.
Makan malam tetap dilangsungkan. Para lelaki berbaju hitam yang baru saja datang juga ikut bergabung. Suasana kembali ramai lagi. Beberapa dari mereka ada yang duduk di rumput dekat api unggun mengobrol sambil memegang botol beer. Beberapa berdiri di tanah kosong, mengobrol juga dan sama, memegang botol beer. Hampir semua orang disana minum beer. Hanya Lily dan Liu saja yang tidak.
"Nona Lily. Kau tidak minum?" tanya Liu.
"Beer? Ah tidak." jawab Lily santai sambil mencomot paha ayam yang entah dibumbu apa tapi rasany benar-benar enak.
"Kenapa?" tanya Liu lagi.
"Kenapa? Ya tidak mau saja. Apa harus ada alasan khusus?" jawab Lily bingung.
Seingat Liu, Lily yang dulu sangat suka sekali minum sampai mabuk. Jika sudah mabuk dia suka berkata kasar, berperilaku buruk juga. Tapi Lily yang kini duduk disampingnya, yang menganggapnya sebagai teman memilih untuk tidak minum. Entah kenapa Liu menjadi sedikit menaruh hormat padanya.
Malam semakin larut. Ketika Lily akan kembali ke pondokan untuk beristirahat, dia melihat dua prajurit wanita sedang bertengkar. Yang satu berambut hitam pendek seperti laki-laki dan satunya lagi berambut panjang pirang yang diikat ekor kuda. Dari cara gaya berbicara dan sikapnya Lily tahu bahwa mereka berdua ini sedang mabuk. Lily tak menghiraukan mereka jadi dia memilih untuk meninggalkannya. Tapi tiba-tiba mereka malah berkelahi.
Lily kemudian berlari menghampiri mereka mencoba untuk melerai. Tapi secara tak sengaja malah kena pukul dari wanita berambut pirang di pipi bawah sebelah kanannya. Dalam sekejap Lily langsung ambruk. Mereka berdua lalu berhenti bertengkar karena melihat Lily terkapar. Lily berdarah di bibirnya. Pukulan gadis pirang itu benar-benar kuat batin Lily.
Liu dan warga sipil yang melihat kejadian itu segera berlari menghampiri Lily. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Lily. Seingat Liu dulu pernah ada kejadian seperti ini juga.
Saat Lily anak kandung Nyonya Rose tak sengaja kena pukul seseorang dia sangat marah dan balik menghajar orang itu dengan membabi buta hingga orang tersebut sampai retak tulang rusuk. Liu takut kejadian itu terulang lagi.
"Hahahaha.. wow.. you're very strong!" tertawa kagum sambil memegang bibirnya yang lecet dan berdarah.
Gadis berambut pirang dan wanita tomboi itu hanya saling memandang. Liu dan warga sipil terkejut dengan sikap Lily. Lily bangun dan membersihkan dirinya yang kotor kena tanah.
"Hey you. What is your name?" tanya Lily sambil menunjuk si gadis pirang.
"Me? I am Lopez." jawab gadis pirang tersebut dengan hati-hati.
"You know Lopez, you should be an MMA fighter." ucap Lily sambil bercanda.
"Teach me how to punch like you someday. Okay?" tandas Lily dengan ramah sambil menahan sakit dibibirnya.
"Sure." jawab Lopez sambil tersenyum mengejek.
Lily dan Lopez saling tersenyum seperti apa yang barusan terjadi hanya seperti permainan batu kertas gunting saja. Tak ada dendam diantara mereka.
Lily pergi ke pondoknya. Lopez dan gadis tomboi itu juga pergi, perkelahian terhindarkan berkat kedatangan Lily. Orang-orang yang tadinya khawatir dengan kondisi Lily perlahan juga mulai bubar. Liu hanya diam saja berdiri melihat Lily masuk ke pondoknya.
Sikap Lily barusan membuat Liu semakin yakin bahwa Lily orang yang sangat bijaksana. Dia berfikir bahwa Lily sangat patut untuk dijadikan teman dan Liu berjanji pada dirinya bahwa dia tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya. Dia ingin melindunginya.
Han duduk di sebuah ruangan tempat penyimpanan senjata. Bangunan yang dibuat dari dinding batu kali dan semen beratap seng. Beberapa lampu yang redup. Terlihat beberapa peti kayu berisi senjata tipe handgun, bubuk mesiu, peluru, granat, senjata laras panjang, senjata tajam, dan panah. Tempat itu tampak sedikit berdebu.
Han duduk sendirian tak ada siapapun disana. Dia terlihat geram. Dia masih tidak percaya dengan gadis yang baru ditemuinya dan dengan sombong mengatakan dirinya Lily. Han tahu betul siapa Lily. Dia merasa dibodohi dan dipermainkan oleh gadis itu.
Tiba-tiba terdengar seseorang datang membuka pintu kayu yang mulai rapuh. Ternyata itu Nyonya Rose. Han masih duduk terdiam tak bergerak, dia hanya menoleh lalu tertunduk lagi. Nyonya Rose berbicara bahasa Korea kepada Han.
"Han. Aku tahu perasaanmu. Aku tahu kamu masih memikirkan Lily. Tapi sudah 3 tahun berlalu. Kau juga sudah berusaha mencarinya. Tapi sampai sekarang belum ada hasilnya." ucap Nyonya Rose perlahan.
"Secepat itukah Anda menggantikan posisinya? Lily itu anakmu. Dan dengan mudahnya Anda menggantikan dia dengan gadis lain yang entah dari mana asalnya. Bagaimana Anda bisa langsung mempercayai seorang gadis yang baru saja Anda temui. Anda benar-benar naif Nyonya Rose." tandas Han tanpa basa-basi.
Ucapan Han memang ada benarnya. Tapi entah kenapa dia merasa gadis yang ditemuinya ini, seperti anak perempuan yang selalu dia damba-dambakan. Lily anak kandungnya malah jauh dari bayangan Nyonya Rose. Sifat mereka benar-benar berbanding terbalik seperti langit dan bumi.
"Han. Aku tidak meminta kau untuk mengakui gadis ini tapi tolong biarkan dia hidup disampingku. Walaupun itu entah sampai kapan tapi biarkan dia menjadi anakku. Apa kau bisa mengerti?" Nyonya Rose berkata dengan air mata yang menetes di pipinya.
Dia sangat sedih atas kehilangan puteri kandungnya tapi dia juga tidak ingin kehilangan Lily. Dia hanya bisa memohon kepada Han agar mengerti perasaannya sebagai seorang Ibu.
Melihat Nyonya Rose begitu sedih, Han hanya bisa menerimanya. Didatanginya Nyonya Rose. Han menghapuskan air mata di pipinya yang sudah mulai keriput.
"Aku mengerti Bibi. Aku paham. Baik. Aku akan coba menerima hal ini. Tapi aku tetap tidak menyerah untuk menemukan Lily. Aku masih yakin bahwa dia masih hidup." ucap Han dengan penuh keyakinan.
"Terima kasih Han, terima kasih." Nyonya Rose begitu lega Han mau menerima keputusannya walaupun Nyonya Rose tahu bahwa itu hal yang sulit. Nyonya Rose memeluk Han. Dia sudah mengganggap Han seperti anak lelakinya.
Semenjak ayah dan ibu Han meninggal. Han tinggal bersama Nyonya Rose dan Komandan Zeno di China. Han berasal dari Korea Selatan. Dia anak dari Menteri Pertahanan kala itu. Komandan Zeno berasal dari Jepang. Dia berkawan baik dengan ayah Han.
Namun sebuah kecelakaan pesawat terjadi saat Menteri dan isterinya pergi ke Jerman untuk urusan politik. Mereka tewas dalam ledakan pesawat tersebut. Han menjadi yatim piatu.
Han tumbuh bersama Lily, anak dari Nyonya Rose dan Komandan Zeno. Oleh karena, itu Han begitu dekat dengan Lily. Namun dengan hilangnya Lily 3 tahun lalu membuat Han, Nyonya Rose dan Komandan Zeno mengalami duka yang sangat dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 502 Episodes
Comments
👑Ajudan Tante Lele💣
nanti kl pas luang cb aku revisi. soalnya ini karya pertama jadi msh berantakan🙏
maapkan ya
2023-10-16
0
~Daf r r
aduh banyak teks Inggris ya, apa kabar dengan gw yg bahasa Inggrisnya tidak lancar
2023-10-15
2
clover
I was right..again.
2023-07-15
1