Sampai juga di pasar. Salah satu pasar tradisional di kabupaten B. Memasuki kawasan pasar sudah terlihat pedagang hewan unggas dan pedagang sayur serta perabotan lainnya berjajar di pnggir jalan, yang memakan bahu jalan sehingga jalan menjadi lebih sempit, di tambah angkot juga banyak yang parkir sekitaran unruk mwngankut dan menurunkan penumpang, sehingga memberi kesan kumuh.
Entah kapan pasar ini bisa tertata rapi. Dari jaman gue SD sampai sekarang udah masuk tahun 2010 penampakannya masih gini-gini aja. Semoga sih beberapa tahun ke depan bisa ada perubahan. Pasar ini juga terkenal dengan ikon pohon beringin besar, sepertinya sudah berdiri kokoh sejak jaman kakek dan nenek moyang
Toko yang di tuju ada di pasaraya, dekat dengan lokasi pohon beringin besar. Toko-toko disini sudah lebih rapi. Gue memutuskan untuk belanja di toko baju seragam yang sudah menetapkan harga pas, tanpa ada rawar menawar, mengingat di sini banyak toko yang memainkan harga, jadi kalo kita belanja nawar nya harus gila-gilaan. Misalkan dikasih harga seratus ribu, kita harus berani nawar 50% nya. Nanti naik dikit harganya baru deal. Hahaha... Gue nggak jago soal ini dan paling males.
"Cuy... sepatunya lucu banget ...! tunjuk Cacing pada sepatu high heels berwarna merah yang di jejerkan di dalam etalase berdampingan dengan sepatu-sepatu dengan warna nyentrik lainnya.
"Itu? yang warna merah?" gue memastikan
"Iya, bagus banget ih ...! gue mau coba ahh." ucapnya bersemangat.
Gue, Aini dan Lidya mengerutkan dahi dan saling menatap. Nggak mungkin rasanya pake sepatu macam itu, ih ... Ngebayangin nya aja ogah. udah warnanya genjreng banget, norak.
Kami pun akhirnya masuk ke dalam toko dan memilih-milih model sepatu yang sama untuk si pakai berempat.
Setelah di cari-cari akhirnya gue nemu beberapa model sepatu pantopel, dengan motif yang simpel dan emang nyaman buat di pakai, nggak kayak hills yang bentuk hak nya runcing, gue udah ngebayangin kalo pake hills di jalanan kampung yang masih tanah merah, itu pasti langsung patah dan nunclep di tanah.
"Nggak salah? masa kita pake sepatu ngejreng gitu sih? Ih ...!" Celetuk Lidya sambil menggidik melihat Cacing yabg sedang mencoba-coba sepatu yang sedari awal di incarnya.
"Iya cing, masa kita pake sepatu begituan? Ih ... norak ...!" celetuk Aini
"Ih... Siapa yang mau beli sepatu itu buat Prakerin? gue cuma suka dan mau nyobain aja kok. Wow... ," Cacing bersorak.
"Oh ... kirain kita prakerin pake sepatu begitu,"
Kami pun akhirnya mencari dan mencoba sepatu pilihan masing-masing untuk nantinya di kumpulkan dan di sepakati bersama.
Sepatu yang gue ambil model pantopel yang simpel. Aini mengambil sepatu kitten heels , Lidya mengambil sepatu wedges sedangkan Cacing mengambil High Heels dengan bahan mengkilap seperti kaca.
Penjaga toko membiarkan kami memilih dengan leluasa dan hanya mengawasi saja.
"Cuy, ini simpel lho, sepatunya nyaman, dan nggak ribet." ucap gue menunjukan sepatu yang gue pilih
HAHAHA...! ketiganya tertawa melihat selera pilihan gue.
"Curut, itu mahh kayak sepatu bapak-bapak ih," cela cacing
"Tapi nyaman lho sepatu ini di pake. Nggak akan ketiklek juga, nak paskibra aja sepatunya kayak gini, kan?"
"Nggak deh, gue nggak mau kalo yang itu,"
celetuk Lidya.
Gue cuma bisa memanyunkan bibir, ini kan cuma referensi aja. Abis gimana dong, gue kan emang payah dalam hal fashion, selera gue di bawah cewek kebanyakan, gue sukanya yang simpel dan nggak ribet.
"Ini aja cuy," Cacing menunjukan sepatu high heels pilihannya.
OGAH...! jawab gue, Aini dan Lidya
"Kita kan mau prakerin cing, bukan mau jadi cinderella, pake sepatu kaca begitu. Lagian hak nya tinggi banget, mana tajem lagi, gue serem ngeliatnya. Kita bisa tersiksa makenya, yang ada keseleo, lagian loe juga bakal repot pake itu sepatu, jalanan di rumah loe kan masih tanah, yang ada itu hak sepatunya bisa nunclep di tanah atau patah."
HAHAHA... ! Tawa gue, Aini dan Lidya pecah mengejek Cacing
"Ih... Loe mah norak curut." kali ini Cacing yang memanyunkan mulutnya merasa bt karena pilihannya di tolak
Pilihan Aini dan Lidya terlihat oke.
"Yang ini gimana?" tanya Aini menunjukan sepatu model kitten heels pilihannya
"Bagus tuh, modelnya simpel," sahut Cacing.
"Menurut loe gimana curut?" Cacing melontarkan pertanyaan ke gue.
" Kalo gue lebih suka pilihan Lidya, model wedges begitu nggak terlalu riskan keseleo, kalo hells biar pendek gue ngeri copot.
"Tapi kali wedges warna hitam begitu kurang bagus curut, mending yang pilihan Aini aja
"Yaudah, loe couple sama Aini, gue couple ama Lidya, gimama?" usul gue.
"Ih.... masa gitu, biar kompak dong sama semua," Cacing kekeuh dengan pilihannya.
"Menurut loe gimana Lid?" tanya Aini
"Gue sih terserah kalian aja, gue ikut gimana baiknya, pake pilihan gue ayo... Pake pilihan loe juga ayo aja ," jawab Lidya
Setelah melewati drama perdebatan akhirnya pilihan pun jatuh pada sepatu yang di tunjukan Aini. Kami meembeli dengan ukuran kaki masing-masing
Selesai membeli sepatu saatnya membeli seragam kemeja putih dan rok hitam. Untuk ini tidak asa perdebatan yang berarti karena semuanya sama dan tinggal sesuaikan dengan ukuran masing-masing
"Lid, loe nggak beli seragam?" tanya Aini pada Lidya yang nggak memilih-milih seragam
"Kalo seragam gue nggak beli cuy, di rumah ada kemeja yang masih baru. Rok hitam juga ada, tapi modelnya siluet A, soalnya kalo pake rempel gini gue berasa jadi makin lebar," sahut Lidya
Selesai membeli seragam saatnya beli alat tempur, si Cacing yang merasa paling jago dalam hal ini. Mulai dari Harga sampe kualitas sih katanya dia tau.
Gue cuma beli lipstik dengan warna natural, maskara dan twrkhor eye shadow, walaupun gue sendiri nggak bisa gimana cara pake nya, males ribet dan belum mau belajar lah intinya. Selama ini gue cuma pake bedak tabur dan lip balm aja
Lidya juga sama kayak gue nggak begitu banyak yang di beli kalo soal make up, sedangkan Cacing dan Aini yang emang biasa dandan beli peralatan lebih lengkap, karena persediaan yang biasa di pake juga udh pada mau habis katanya
Yang paling terakhir di beli adalah stoking, dan... Akhirnya beres juga belanja persiapan buat prakerin. Tinggal tunggi tanggal mainnya aja. Dan sekarang waktunya pulang
"Cuy, naik angkot yang ke arah rumah gue ya," ucap Cacing sedikit memohon
"Kalo naek angkot yang ke arah rumah loe kan lama Cing, harus nunggu penumpangnya full dulu," sahut Aini.
"Yah, nanri gue nggak ada temen ngobrol, udah naek angkot yang kearah rumah gue aja ya," pinta cacing setengah memaksa
karena kasihan dan rasa setia kawan, kami pun akhirnya menuruti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Zorazaria
Kakakku sayanggg aku mampirrr
2020-04-01
4