Persiapan Prakerin

Pak hamdi udah mengumumkan waktu pasti tiap kelompok untuk melaksanakan prakerin, masing-masing kelompok udah sibuk dengan pembahasan persiapan pelaksanaannya.

Hari ini jam istirahat rasanya mager banget buat keluar, selain cuaca yang panas, lagi menghemat juga supaya nggak boros. Gue, Cacing dan Aini memilih stay di kelas buat bahas persiapannya. Sedangkan Raya, Arlin dan Liza lagi jajan di warung teteh.

"Cuy...! ayo kita belanja perlengkapan buat prakerin nanti, sebulan itu cepet lho...! mending kita siapin dari sekarang, biar kalo udah waktunya nanti kita udah ready," ucap Cacing penuh semangat.

Gue dan Aini terdiam sesaat mendengar pernyataan Cacing.

"Emang apa aja yang harus kita beli Cing?" tanya gue.

"Banyak cuy... kita harus beli rok hitam, kemeja putih sama peralatan make up."

"Emang kita gak pake seragam sekolah aja, ya? kembali gue bertanya.

"Nggak curut, kemaren gue sempet tanya ke pak Hamdi, katanya kita pake rok hitam sama kemeja putih, terus pake jas almamater sekolah, sepatunya kalau bisa jangan yang skets, tapi highills atau pantopel," lanjutnya.

"Oh gitu ...? jadi kita harus beli seragam samaan ya? yaudah yuk, kapan?" gue antusias.

"Sabtu gimana?" usul Cacing.

"Gue setuju aja," sahut Aini.

"Yaudah fix, sabtu kita belanja ya, sekalian windows shopping,"

usul gue sambil menatap Cacing sama Aini dan menaikan turunkan alis gue, memasrikan persetujuan mereka.

"Apaan tuh curut windows shopping?" Cacing penasaran.

"Windows shopping itu artinya cuci mata, liat-liat barang di toko sama nyari tau harganya, tapi beli mah nggak. Ahahaha. Itu kebiasaan kita tiap weekend kalo ke pasar, kan?

HA... HA...HA... !!!

Kami pun tertawa mengingat kegiatan rutin akhir pekan, nyari barang inceran di pasar, kalau tabungan udah cukup baru balik lagi buat beli barangnya, walaupun keseringan pas mau di beli barangnya justru udah sold out.

Gue dan sohib-sohib gue bukan anak yang terlahir dari keluarga tajir melintir, yang kalau mau ini itu tinggal tunjuk. Kalau ada barang yang pengen di beli, kita pasti nabung dulu, kalau uang nya udah cukup baru deh di beli, itu pun harus dengan pertimbangan yang sangat matang. Jangan sampe beli barang hanya sekedar lapar mata, biar gak jadi orang yang boros juga.

Profil ekonomi keluarga

* Riska alias si Cacing anak pertama dari dua bersaudara, ayahnya kerja serabutan.

*Arlin anak pertama, dari tiga bersaudara, ayahnya usaha bengkel las di rumahnya.

*Aini juga anak pertama, dari dua bersaudara. ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan

*Raya anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja buruh pabrik

*Liza anak bungsu dari 4 bersaudara, ayah ibu nya sudah meninggal waktu dia duduk di bangku kelas 10. Dan sekarang yang membiayai sekolah nya adalah kakak laki- lakinya

Alangkah tidak tahu diri nya kami, jika bergaya tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga, itu sebabnya gue dan kelima sohib gue ini bisa sangat akrab, karena kami berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tidak berbeda jauh, jadi kami bisa saling menerima keadaan dan saling mengingatkan serta suport dalam kebaikan. Hidup apa adanya dan berbicara sesuai kenyataan, tanpa harus di lebih-lebihkan.

Beda lagi dengan geng fanatik, yang ingin terlihat serba glamour, dari gaya bicaranya aja mereka selalu meninggi. Walaupun keadaan ekonomi mereka sebenarnya nggak jauh berbeda lah. Mungkin itu juga yang bikin gue nggak pernah suka sama mereka.

"Oia, Lidya gimana cuy?" tanya gue

"Ajak aja, kan kita satu kelompok," sahut Aini

"Kira-kira dia mau gak ya?" Cacing sedikit cemas.

"Harus mau, kalo nggak mau jangan sekelompok sama kita, atau terserah dia mau bergaya macam mana, tiga lawan satu masa kita kalah," jawab Aini sedikit ketus.

Gue dan Cacing menatap Aini, nggak biasanya dia ketus macam ini. Apa mungkin dia lagi PMS kali ya? entahlah.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, panjang umur si Lidya. Lagi jadi topik pembahasan, eh... orangnya nongol.

"Eh cuy... Tumben gak ke warung teteh?"

Sapa Lidya, sambil berjalan menghampiri, terlihat menenteng sebungkus cilok di tangan kanan dan es teh di tangan kiri.

"Nggak Lid, kita lagi ngirit jajan. Hahaha," jawab Cacing.

Lidya duduk di samping gue.

"Lid, kita bertiga mau belanja buat persiapan prakerin nih, loe mau ikut gak?" tanya gue.

"Kapan?" Lidya antusias.

"Sabtu ini Lid". kembali gue menjawab

Lidya berfikir sejenak

"Yaudah... ayo...! Gue ikut ya cuy."

"Yowes... Sabtu fix kita belanja ya?" tanya gue memastikan. Mereka bertiga mengangguk-anggukan kepalanya menyetujui.

Keadaan hening tercipta, penghuni kelas masih sibuk dengan urusannya di luar, jam istirahat masih tersisa 20 menit lagi.

"Eh... Cilok nih," Lidya menawarkan sambil menjulurkan tangan kanannya yang memegang sebungkus cilok mini berbumbu saos kacang.

Cacing terlihat senyum-senyum.

"Kenapa nggak dari tadi si Lid, hehe...!" tanpa rasa malu dia mengambil tusukan cilok dan memasukan satu butir cilok ke dalam mulutnya.

"Hem.. enak Lid, mantep." puji cacing

"Ah...! dasar Cacing, bilang enak palingan karena gratisan. kan? Haha ...!" ledek gue.

Aini tergoda dan mengikuti cacing,

"Hem...iya enak." Aini ikut memuji sambil mengunyah cilok.

Ahh... Gue kok jadi ikut penasaran.

"ini curut, loe harus coba juga." sambil menyodorkan plastik cilok.

Cacing dan Aini menatap gue, seolah mengintimidasi untuk segera mencicipi cilok yang Lidya sodorkan.

Dan akhirnya sebutir cilok mendarat mulus di mulut gue. Gurihnya bumbu kacang merosot di dasar lidah, "mantep" ucap gue dalam hati sempat memuji. Tapi pas di kunyah ternyata... pletuk ...! sensasi panas langsung menjalar dari lidah hingga rongga tenggorokan, mengiringi perjalanan sebutir cilok menuju ke lambung, kuping rasa berdenyut-denyut, keringat mulai mengucur dan kepala gue terasa gatel.

"Huh... Hah... Pedes...!!!" teriak gue

HAHAHA...!!!

Aini, Cacing dan Lidya menertawakan tingkah gue yang kepedesan. Macam orang kebakaran jenggot.

Glek ... glek ...glek ...!!!

Tegukan sebotol air yang gue ambil dari tas mampu memadamkan kebakaran yang terjadi di dalem mulut gue.

"Gila ...!!! Pedes banget gitu loe semua bilang enak?".

"Hahaha....! jangan aneh ya Lid, si curut emang begitu, anti banget sama pedes. loe tau? Kalo makan bakso aja, di tambahin kecap lagi sama dia, itu jadi kayak semur bakso.

Lidya tertawa kecil mendengar cerita Cacing, seperti biasa mata sipitnya semakin tidak terlihat.

"Gue suka pedes, tapi nggak terlalu Lid, kalo makan sambel juga ya secuil, asal ada pedesnya dikit. soalnya gue punya sakit amandel, kalo udah kambuh, jangankan makan atau minum, aer ludah ketelen aja sakitnya luar biasa, di tambah meriangnya itu lho, makanya gue agak mantang sama makanan pedes, asem, gurih dan es.

"Oh... gitu ya? sorry ya gara-gara makan cilok dari gue loe sampe kayak gini." Lidya merasa bersalah.

"Slow aja Lid, gue nggak apa-apa kok, cuma kepedesan dikit aja."

Cacing dan Aini malah tertawa melihat tingkah gue yang kepedesan. Udah biasa mereka mah ngeledek gue terus.

"Cing, kejam loe, si Puri kepedesan gitu malah di ketawain, maaf ya Ri, gue jadi gak enak banget nih sama loe."

Lidya terlihat masih merasa bersalah karena udah bikin gue kepedesan akibat cilok yang di bawanya.

"Nggak apa-apa Lid, slow aja, sih."

Gue tertawa kecil, dan mulai hilang rasa pesas di mulut.

Ternyata Lidya perhatian juga, tampangnya emang jutek abis, tapi cukup menyenangkan juga berteman sama dia, nggak seburuk yang di bayangkan. Setidaknya dia nggak fanatik kayak si Rima dan Yunia yang cuma mau gaul sama geng nya, sekalinya deket sama yang lain pasti cuma ada maunya aja.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

safitry irsa"🥀

safitry irsa"🥀

ceritanya bagus banget...
santai dan sesuai dengan kehidupan asli...
gak terlalu berlebihan.
juga memberi pelajaran penting bagi pembacanya...
GOOD JOB👍👍
CERITANYA THE BEST BANGET LAH😍🖒👍👌
I LIKE IT🤗🤗🤗

2020-09-16

1

Tapakkaki

Tapakkaki

Fighting thor, ditunggu kelanjutannya. Nama tokohnya Cacing wkwk unik.

aku sudah boom like, komen, klik favorite dan rate bintang lima.

Salam dari Deden 'Pangeran Gesrek'

2020-03-25

1

Zaldina Putri

Zaldina Putri

siap kaka...

2020-03-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!