"Bapak akan mulai mengumumkan nama-nama kelompok prakerin, tolong di ingat nama temen kelompoknya ya".
Kelompok 1. Reva, Yunia, Faizal dan Hasbi.
Kelompok 2. Rania, Mae, Zulkipli dan Judika.
Kelompok 3. Puri, Aini, Riska dan Lidya.
Kelompok 4. Rima, Nina, Tyas, Ade dan Arif.
Kelompok 5. Liza, Arlin, Raya, Adit, Robi dan Ikhwan.
Kelompok 6. Cipta, Dinda, Devian, Sendi, Rafli, Mulki.
Kelompok 7.Nadia, Siska, Fahri, Jihan, Iqbal, Yadi dan Hasan.
Kelompok 8. Hana, Wanda, Chika, Erika, Aryan, Samsul dan Gibran.
"Nah, itu tadi nama-nama kelompoknya. Apa ada yang namanya belum di sebut?". Tanya pak hamdi. Keadaan hening, tak ada jawaban. karena masing-masing merasa namanya sudah di sebutkan. "Ada pertanyaan?". Kembali pak hamdi bertanya.
Bermacam pikiran bergelayut di kepala setiap penghuni kelas. Tentu saja mereka tidak sejalan dengan kelompok yang baru saja di umumkan, mulai dari anggota yang tidak sesuai, hingga jumlah anggota yang berbeda-beda.
"Pak saya mau tanya". Ucap Rima memecah kesunyian kelas sambil mengangkat tangannya.
"Iya silahkan Rima".
"Ini anggotanya gak bisa di ganti pak? Sesuai keinginan kita gitu?". Tanya Rima dengan nada protes. Pak hamdi mengangguk, seperti sudah tau jika akan muncul pertanyaan semacam ini.
"Ada lagi pertanyaan lain?". Pak hamdi mengumpulkan pertanyaan agar bisa di jelaskan sekaligus.
"Saya pak, kenapa jumlah anggotanya beda-beda? Kan nggak adil pak". Kembali si ketua kelas Yadi bertanya.
"Yang lainnya, ada lagi yang ingin bertanya?". Kembali pak hamdi bertanya.
"Pak, untuk perusahaannya sendiri apa sudah di tentukan?". Kali ini Raya buka suara.
" Baik, sudah 3 pertanyaan terkumpul, apa masih ada yang ingin bertanya?". Suasana hening tercipta, sepertinya 3 pertanyaan itu sudah cukup mewakili isi kepala mereka semua, dan tidak sabar untuk menunggu penjelasan pak Hamdi.
"Kalau tidak ada, bapak akan menjawab satu persatu".
"Yang pertama, bisa gak di ganti temen kelompoknya? Bapak balik tanya sama kalian, memang ada apa sama temen kelompok yang barusan di sebutin? karena bukan satu geng?setelah lulus nanti, kalian akan bekerja di perusahaan dan lingkungan baru, kalian harus mengenali karakter tiap orang, itu sebabnya, bapak dan bu Nendah sudah berembuk hingga terbentuk kelompok-kelompok ini, tujuannya biar kalian gak hanya bergaul dengan yang biasa deket sama kalian, tapi yang justru jarang kalian sapa, agar kalian makin akrab. Intinya pembentukan kelompok ini berdasarkan masukan dari bu Nendah, yang memang tau keseharian kalian seperti apa. sampai sini paham ya?". Pak hamdi mengedarkan pandangannya 11 keseluruh siswa.
Mantap...! Gue setuju banget sama penuturan pak hamdi, telak banget buat si Rima yang suka nge-geng dan pilih-pilih dalam berteman. Muka si Rima berubah memerah, antara malu sama kesal tuh, dan sepertinya masih nggak terima dengan keputusan ini. Puri
"Yang kedua, kenapa beda-beda pak jumlah kelompoknya? Karena kebutuhan perusahaan yang kita ajak kerjasama itu berbeda, jadi kita harus menyesuaikan atas persetujuan perusahaan".
"Yang ketiga, perusahaannya udah di tentuin belum pak? Sejauh ini kita sudah konfirmasi ke instansi terkait, dan sudah mendapat jawaban 60%, jadi kita tinggal tunggu kepastian bulannya, karena kita juga gantian dengan sekolah lain, kan yang mau prakerin bukan cuma sekolah kita, jadi waiting list. Ini pun harusnya 3 bulan, mengingat banyaknya sekolah yang mengajukan, jadi cuma bisa 2 bulan, biar bisa kasih kesempatan sekolah lainnya juga. Paham?". Jelas pak Hamdi.
"Paham pak". Lagi kekompakan penghuni kelas, namun dengan nada yang tidak begitu bersemangat.
"Yasudah kalau begitu. Untuk Kelompok 1, sekarang ikut bapak ke ruang guru, kita breefing, kemungkinan minggu ini kalian bisa langsung mulai, karena pihak perusahaan sudah konfirmasi. Baik anak-anak, cukup sekian yang bisa bapak sampaikan. Wassalamualaikum wr wb".
"Waalaikum salam wr wb". Jawaban salam penghuni kelas.
Pak hamdi pergi meninggalkan kelas, di ikuti kelompok 1 yang berisi Reva, Yunia, hasbi dan Faizal. Kelas kembali gaduh. Masing-masing membahas kembali yang baru saja di sampaikan.
Gue lihat si Rima masih belum terima dengan keputusan ini, dan berencana buat protes lagi secara pribadi langsung ke pak Hamdi. Mereka kan awalnya emang ingin prakerin berenam, Rima, Yunia, Reva, Tyas, Lidya dan Nina. Tapi kenyataan malah terpecah begini. Jelas lah orang yang suka nge-geng kayak mereka gak akan terima.
Oia lupa ngenalin, yang tadi masuk itu pak Hamdi, dia guru bahasa Arab sekaligus kesiswaan, orangnya baik, ganteng, putih tinggi, Kalo ngajar nggak kaku, jadi kita nyaman belajar sama beliau, guru favorit lah pokoknya mah.
"Eh...! Untung kita cuma kepecah dua kelompok ya?". Ucap Raya bersemangat sambil membalikan bangkunya menghadap gue. Liza tak kalah antusias dan ikut membalikan kursinya juga.
"Ikutan donk" Riska dan Aini yang duduk di bangku belakang mendekatkan diri. Gue dan Arlin berinisiatif menggeser bangku ke kanan dan kiri agar terbentuk lingkaran kecil dan lebih asik untuk berdiskusi.
"Nah gitu donk, kan jadi kedengeran semuanya" samber Aini.
"Eh, lu liat gak sih, kelompok 1, isinya yang cakep-cakep semua" Riska membuka topik pergibahan.
"Iya, gue juga mikir dari tadi, kenapa pilih kasih gitu ya, mentang-mentang mereka cakep dan ganteng-ganteng, udah gitu kelompoknya maju duluan pula". Raya menimpali.
"Emangnya mereka mau prakerin dimana sih? Kok kayaknya dapet perlakuan istimewa banget? Sampe di pilih yang ganteng dan cakep-cakep gitu?". Aini kepo.
Sementara Arlin dan Liza cuma bisa diem, karena emang gak ada yang tau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Gue sendiri merhatiin si Lidya, Tyas, Rima dan Nina. Keempatnya terlihat berdiskusi, dan Rima yang paling menggebu untuk protes.
"Puri, kok lo bengong sih?". Celetuk Riska sambil menepuk pipi gw dengan spon bedaknya.
"Ih apaan sih lo ris?". Ucap gue sambil mengusap pipi bekas spoon bedak riska menempel.
"Udah lah, kita nggak usah ngeributin ini, lagian kita sekelas ini berteman kan? Saling kenal? Ngapain sih harus di ributin?". Sepertinya ucapan gue agak keras, sampe terdengar Rima and the geng, keempatnya sempat melirik ke arah gue dengan ekspresi yang tidak bersahabat.
"Udah ah, gue mau ke kantin, haus, mau ikut gak?". Gue bangkit dari duduk.
"Emang udah istirahat Ri?". Tanya Riska.
"Di jam tangan gue udh 11.40, dua puluh menit lagi juga istirahat, kan? Ayo mau ikut gak?". Ajak gue. Cuma Aini, Riska dan Raya yang mengekor, sedangkan Liza dan Arlin masih duduk di tempatnya. Mereka berdua emang anak baik, gak akan keluar kelas kalau belum waktunya istirahat, apalagi di ajak bolos.
Perbincangan berlanjut di warung belakang sekolah.
hallo kaka reader, mohon dukungannya ya, like dan vote nya. agar author lebih bersemangat lagi dalam menulis. terimakasih sebelumnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
awesome ❤️❤️❤️
ijin promo thor 🙏
jgn lupa baca novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍭🍭🍭
kisah cinta beda agama,
jgn lupa tinggalkan jejak dg like and comment ya 🙏😁
2020-10-30
1
Kadek Ria
bagus
2020-10-01
1
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangatt
2020-05-22
0