Part 17 (Mba, Are You Ok?)

Aku dan Nada berangkat ke kampus. Namun, agak sedikit berbeda hari ini. Kami ke kampus naik angkot, motorku di pakai sama Ibu. Sedangkan motor Nada di pakai babe karena motor babe lagi masuk bengkel.

Aku dan Nada berjalan berdampingan, sesekali Nada melihatku lalu tersenyum. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini.

Langkah kami yang terayun, membawa keluar dari jalan sempit menuju ke jalan utama. Kami menunggu angkot, tak lama kemudian. Angkot pun datang.

“Silakan, Nad,” aku menyuruh Nada naik angkot duluan.

Angkot masih kosong, namun tak berapa lama. Angkot penuh bahkan kami seperti ikan pindang di dalamnya. Tak ada lagi celah, hingga pinggul kami saling berdempetan.

Sesak? Pastinya. Namun harus gimana lagi? Namanya juga naik kendaraan umum.

“Ken,” Nada berbisik.

“Apa?”

“Sempit ... Geseran dong,” pinta Nada.

Hingga akhirnya aku mengalah tidak duduk di kursi penumpang sampai kampus.

“Nad,” suara cowok yang memanggil di depan gerbang.

Nada menoleh, wajahnya kini berubah seperti orang yang sedang ketakutan ketika matanya melihat ke gerbang. Kakinya mematung.

“Paan sih, Nad?” aku menanyakan heran.

Tak ada jawaban, malah langkah kaki Nada pun terhenti.

Aku menoleh “Fajri?”

Aku melihat wajah Nada yang semakin pucat.

“Tunggu, Nad!” Fajri mendekat.

“Mau ngapain, Lu?” ucapku.

“Ini urusan Gue sama Nada, bruh! Lu gak usah ikut campur!” ucap Fajri.

“Jangan gangguin aku lagi Kak. Aku udah bilang semalem kalau Kita putus!” ucap Nada dengan suara terbata.

“Enggak Nad! Kakak gak mau! Ucap Fajri menahan tangan Nada yang beranjak pergi.

Genggaman tangan Fajri dihempaskan. Nada bergegas pergi meninggalkanku bersama Fajri.

Aku memilih pergi meninggalkan Fajri menyusul Nada saat itu juga.

Di kelas masih kosong, karena kami memang datang terlalu pagi. Nada yang telah duduk di kursi pojokkan kelas.

Langkahku terhenti, melihat Nada sedang menangis. Nada cerewet ternyata bisa nangis juga, pekik dalam hati.

“Lu kenapa?” tanyaku.

Nada diam, tidak menjawab ataupun sekedar menggelengkan kepalanya seperti biasa. Tatapannya kosong.

“Jangan melamun, nanti pelajaran Pak Dosen Killer loh, Nad,” ucapku mengingatkan.

Namun sepertinya gak ngaruh. Nada tetap melamun. Hingga pak dosen datang, Nada masih melamun. Beberapa kali aku menyadarkan, namun nihil. Nada tetap melamun sampai pak dosen memulai jam pelajarannya.

“Nada,” panggil pak dosen.

“Nada, maju ke depan. Jelaskan yang tadi bapak bahas,” ucap pak dosen lagi.

“Nad,” ucapku sambil menyenggol lengan Nada.

Nada hanya menepis lenganku.

“Nada!” ucap pak dosen dengan suara nyaring.

“Diem, Lu bangkeeeee!”

Suara Nada membuat pak dosen killer mengeluarkan jurus kamehame yang selama ini terpendam.

Nada akhirnya disuruh mengecat lorong kampus yang akan menuju ke toilet di luar jam kampus.

Memang, warna cat di lorong itu telah memudar, bahkan terlihat kusam.

“Sini, Gue bantu,” aku mengambil kuas yang ada pada tangan Nada.

“Sorry ... ya, Ken. Karena Gue, Lu jadi ikutan repot,” pekik Nada dengan suara pelan.

Aku tersenyum.

“Kenapa Lu putusin Fajri, Nad?” tanyaku dengan lengan yang masih mengecat lorong kampus.

“Gue udah yakin, Dia bukan yang terbaik buat Gue, Ken. Ditambah Babe yang tidak merestui hubungan Kami,” ucap Nada sambil duduk selonjoran.

Hingga akhirnya, selesai sudah hukuman yang diberi pak dosen untuk Nada.

“Thank’s ya, Ken. Makan di luar yuk? Nanti Gue yang traktir,” ajak Nada.

“Yaa, Nad. Sorry, Gue mesti gawe malam ini,” ucapku.

“Oh gitu, ya udah next time, yaa?” ucap Nada tersenyum.

.

Akhirnya kami berjalan melewati koridor kampus. Kami berjalan berdampingan dengan tangan Nada yang memegang ujung jaketku, mirip seperti anak kecil yang takut hilang.

“Nad, Kakak gak mau putus sama Kamu,” ucap Fajri.

Hadeuh, pekik dalam hati. Aku bermaksud untuk menjauh dari mereka. Namun tanganku di tarik Nada.

“Tolong, Nad. Waktu itu Kakak khilaf. Kakak janji tidak akan seperti itu lagi,” ucap Fajri meyakinkan.

Nada menggelengkan kepalanya dan lengannya memegang erat bahkan semakin erat menggenggam jariku.

Aku melihat rona wajah Nada yang kian pucat apabila berhadapan dengan Fajri. Seolah Nada minta tolong di jauhkan dari Fajri.

“Udahlah, bro! Jangan ganggu Nada lagi,” ucapku.

“Eh! Lu siapa?” tanya Fajri.

“Gue sekarang cowoknya Nada!” ucapku lantang.

“Hahaha ... Lu lucu, bro!” Fajri tertawa.

“Memang Kenzo pacar Aku, Kak. Kami udah jadian tadi,” ucap Nada.

Aku tidak menyangka. Nada akan menjawab hal itu. Aku kira, ia akan membantahnya. Mungkin, yang ada di pikirannya sekarang hanya ingin jauh dari Fajri. Entahlah, hanya Nada yang tahu.

Fajri mundur. Mungkin hatinya tidak percaya Nada bisa move on dengan begitu cepat.

“Ayo balik, Nad,” aku menggandeng tangan Nada di depan mata Fajri.

Kami menunggu angkot dengan tangan masih bergandengan. Di seberang sana terlihat Fajri memandang kami dengan sorot mata yang entah.

Angkot pun datang, hingga akhirnya Nada dan aku menaiki angkot itu. Aku sadar, tanganku masih menggenggam tangan Nada.

“Maaf, Nad,” aku melepaskan jari nada yang ku genggam.

“Iya, gak papa, Ken.”

Terlihat lengkungan tipis pada bibirnya. Selalu ada debar, apabila Nada sudah bersikap seperti ini. Di mana dia menjelma menjadi sosok yang manis tanpa ada suara cerewet yang keluar dari bibirnya.

***

Sore hari, aku bergegas ke kost mba Rere. Bermaksud sekalian mengecek keadaannya.

Si matic melesat ke arah kost mba Rere. Terlihat gerbang yang terbuka lebar. Aku tancap gas. Memarkirkan motor di halaman kost.

Aku melewati beberapa kamar kost putri menuju ke kamar kost mba Rere.

Terlihat dari kaca jendela, mba Rere sedang duduk diam. Masih dengan rambut yang acak-acakan dan lingkar mata yang menghitam udah kek zombi aja.

“Mbaaa ....” aku mengetuk pintu kamar yang terbuka.

Mba Rere terlihat menarik napas panjang.

“Boleh Gue masuk?” tanyaku.

Mba Rere bangkit dari duduknya. Berjalan dan mendekati aku yang sedang berdiri di depan pintu kostnya.

“Udah, situ aja!” mba Rere menunjuk ke bangku yang ada di luar kamar.

Aku dan mbak Rere duduk di bangku luar.

“Mbaa?”

“Paan?”

“Makan, yuk?” ajakku.

“Ogah, Ken!”

Hening.

“Mbaa?” ucapku memecah keheningan.

“Hemm,” mba Rere mendehem.

“Ee, yuk?”

“Kenzoooo! Jorok banget sih!” terlihat wajah mba Rere yang merah padam.

Mungkin mba Rere sudah muak menghadapiku hingga akhirnya mba Rere menyuruh aku pulang.

Bukan cuma sekali mba Rere nyuruh pulang, berkali-kali ia menyuruh, namun aku masih bertahan.

“Mbaa?”

“Pulang, Kenzo! Mba gak bakal kerja juga. Kamu berangkat kerja sana! Mba mau tidur di rumah.

Mba Rere masuk ke dalam kost. Mba Rere terlihat memainkan botol minuman yang kosong di atas meja.

“Mbaa ....” aku membuka pintu.

SYUUT .... PLAKKK!

Botol kosong itu melayang dan mendarat pas di keningku.

“Apa lagi, Kenzooo? Mba bilang, mba gak mau masuk kerja. Mba udah ijin pak Hari kok.”

“Iya, iya. Gue cuma mastiin kalau Mba gak mau berubah nih? Ikut kerja bareng Gue, yok?”

“Kenzooooo!” mata mba Rere melotot.

Dari pada ada yang mendarat lagi di keningku. Akhirnya, aku berangkat kerja tanpa mba Rere.

Sesampainya di tempat kerja, aku di panggil ke ruang kerja pak Hari.

Tok ... Tok ... Tok ....

Aku mengetuk pintu ruang kerja pak Hari.

“Masuk,” terdengar suara tegas seorang pria dari dalam sana.

Aku membuka handle pintu dan mendorongnya. Terlihat sosok laki-laki yang tengah sibuk dengan laptop di meja kerjanya.

“Duduk, Ken.”

Akhirnya, aku duduk berhadapan dengan pak Hari.

“Ken,” ucap pak Hari.

“Iya, Pak,” jawabku.

“Tolong bantu Saya melamar Mba Rere, ya? Saya tahu. Rere sering cerita sama Kamu,” ucap pak Hari.

“Gimana caranya Saya bisa bantu Bapa?”

“Saya ingin, di malam nanti. Kamu bisa nyanyi lagu romantis dari atas panggung. Saya akan menyematkan cincin pada jari manisnya Rere. Nanti bantu Saya menata rencana Saya ya, Ken?” ucap pak Hari yang sepertinya serius ingin melamar mba Rere.

“Iya, Pak. Sebisa mungkin Saya akan bantu. Good luck ya, Pak.”

“Makasih, Ken.”

Akhirnya aku kembali bekerja. Naik ke atas panggung untuk menghibur para tamu yang datang malam ini.

Drett ... Drett ....

‘Ken, pak Hari nanyain Mba, enggak?’ isi chat WA dari mba Rere.

Hadeuhhhh! dasar cewek, kemarin aja ngamuk-ngamuk. Gak mau ketemu pak Hari. Sekarang nanyain dia atau enggak, pekik dalam hati.

“Gue kerjain ajalah,” ucapku sambil mengetik pesan untuk balasan WA.

‘Kagak, Pak Hari gak ngomongin Lu, Mba.’

Send.

Read.

Gak ada balasan lagi.

‘Mba, are you ok?’

Send.

Read.

Gak ada balasan juga.

Aku menunggu sampai jam kerja selesai, namun tidak ada juga balasan dari WA mba Rere.

Aku coba telpon dan video call pun enggak di angkat. Aku kirim chat lagi.

‘Mba, udah tidur?’

Send.

Read.

“Jiahhhh! Dia ngambek, kek nya.”

Aku tersenyum di depan layar gawai.

Akhirnya jam delapan malam, pak Hari menyuruhku membelikan martabak manis untuk mba Rere.

Kata pak Hari, mba Rere sangat suka dengan martabak manis rasa keju yang di tambah kismis. Dengan segera aku meluncur membelikan pesanan pak Hari untuk mba Rere.

***

“Mbaaa ....” ucapanku yang sepertinya terngiang di telinga mba Rere.

KREKK ....

Pintu kost dibuka.

Masih sama seperti hari hari kemarin. Mba Rere keluar tanpa polesan make up, ada lingkaran hitam pada matanya, kek nya mba Rere begadang dan nangis-nangis sampe bengkak matanya. Penilaian pribadi.

“Mau ngapain, Kenzo? Udah malem ini. Gak enak sama Ibu kost,” ucap mba Rere.

“Gue cuma mau ngasih ini aja kok,” aku menyodorkan martabak manis yang dibungkus dalam kotak dus.

“Paan, nih?” tanya mba Rere yang seperti penasaran.

Aku menyerahkan “Bukalah.”

Mba Rere meraih kotak yang berisi martabak manis dan membukanya. Mata mba Rere mulai berkaca-kaca. Entah apa yang ia rasa saat ini. Mungkin ia terharu? Entahlah.

“Gue gak mau, Ken. Ini mengingatkanku pada Pak Hari,” ucap mba Rere sambil menyerahkan kotak itu.

“Tapi Mba mesti makan, nanti sakit loh. Nanti siapa yang urus? Mau Gue yang urusin Emba? Gue yang nyebokin Mba, gitu?”

“Najis! Gak segitu juga kali Ken! Lu halunya kejauhan!” ucap mba Rere yang seperti kesal sekali melihat tingkah absurdku.

“Makanya, dimakan martabaknya, ya? Atau mau Gue beliin nasi goreng?” aku coba menawarkan.

“Ya udah, ia mba makan martabak aja. Kamu pulang sekarang ya, Ken,” pinta mba Rere.

Mba Rere membuka pintu kost dan melangkah melewati pintu.

“Mbaaa?”

“Apa lagi, Kenzoooo?” mba Rere melotot.

“Gue pulang, ya?” aku nyengir.

“Hadeuh!” pekik mba Rere yang semakin kesal.

Terpopuler

Comments

Ekanurhasanah

Ekanurhasanah

Kenzie gombal banget,org galau langsung sehat

2021-01-29

2

👑sandra Liu💣༺

👑sandra Liu💣༺

untung ga ditengdang lu bang🤣🤣🤣

2020-12-19

1

Alfin

Alfin

lanjut

2020-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1. Nada Si Cerewet
2 Part 2. Couple Goals
3 Part 3. Dansa
4 Part 4. Resah
5 Part 5. Kesedihan Nada
6 Part 6. Kalut
7 Part 7. Undangan
8 Part 8. Nyumbang Lagu
9 Part 9. Kaos Couple
10 Part 10. Ketemuan Mantan
11 Part 11 (Galau)
12 Part 12. Mba Rere
13 Part 13 (Nasgor ala BangKe <Bang Kenzo>)
14 Part 14 (Monas)
15 Part 15 (Terbongkar)
16 Part 16 (Kesalah Pahaman)
17 Part 17 (Mba, Are You Ok?)
18 Part 18 (Kanker)
19 Part 19 (Gagal Nembak)
20 Part 20 (Pertunangan)
21 Part 21 ( Pundakku )
22 Part 22 ( Hujan )
23 Part 23 ( Jadian )
24 Part 24 (Mesin Jahit Untuk Ibu)
25 Part 25 ( Intan )
26 Part 26 ( Anton )
27 Part 27 ( Misteri Pahlevy )
28 Part 28 ( Sad )
29 Part 29 ( Konflik )
30 Part 30 ( Hari Pernikahan Mba Rere )
31 Part 31 ( Gundah )
32 Part 32 (Tragedi Suara Anton)
33 Part 33 ( Terkuak )
34 Part 34 (Pak Levy)
35 Part 35 ( Bimbang )
36 Part 36 ( Kaget )
37 Part 37 ( Pernikahan )
38 Part 38 ( Hari Ke Tujuh )
39 Part 39 ( Gagal )
40 Part 40 ( Tragedi Mati Lampu )
41 Part 41 ( Hujan Malam Itu )
42 Part 42 (Salah Paham )
43 Part 43 ( Gemas )
44 Part 44 (Nge-date)
45 Part 45 ( Canggung )
46 Part 46 ( Dapat Tender )
47 Part 47 ( Dansa Disaat Dinner )
48 Part 48 ( Menghadiri Sidang )
49 Part 49 ( Rumah Baru Ayah )
50 Part 50 ( Wisuda Nada )
51 Part 51. Maldives
52 Part 52. Sandbank
53 Part 53. Candle Light Dinner
54 Part 54. Pulang
55 Part 55. Salah Paham
56 Part 56. Nasi Goreng
57 Part 57. Sakit
58 Part 58. Pantai
59 Part 59. Papa?
60 Part 60. Muslihat Stevanie
61 Part 61. Diary Luna
62 Part 62. Ibu Hamil?
63 Part 63. Operasi
64 Part 64. Dinda
65 Part 65. Ada Apa Dengan Indra?
66 Part 66. Baikan
67 Part 67. Keributan
68 Part 68. Jahil
69 Part 69. Terungkap
70 Part 70. Nostalgia
71 Part 71. Frisilla
72 Part 72. Syukur
73 Part 73. Tes DNA
74 Part 74. Persiapan
75 Part 75. BoCil Penggangu
76 Part 76. Pertemuan
77 Part 77
78 Part 78. Hujan Malam Itu
79 Part 79. Packing
80 Part 80. Jakarta
81 Part 81 Frisi Sakit.
82 Part 82. Sekretaris Baru
83 Part 83. Roti Bakar
84 Part 84. Pulang
85 Part 85. Ngambek Lagi.
86 Part 86. Kabar dari Kepolisian
87 Part 87. Kesedihan Frisi
88 Part 88. Gosip Baru
89 Part 89 Permintaan Nada
90 Part 90. Permintaan Kenzo
91 Part 91. Cek ke Dokter (Bag. 1)
92 Part 92. Bersyukur.
93 Part 93. Shopping buat Nada
94 Part 94. Aku Cemburu!
95 Part 95. Malam itu
96 Part 96. Hasil Laboratorium
97 Part 97. Skakmat!
98 Part 98. Jiwa Besar
99 Part 99. Suport Ayah & Ibu
100 Part 100. Cek Up Yang Tertunda
101 Part 101. Perjalanan Pulang
102 Part 102. Hadiah Frisi
103 Part 103. Nada Sakit
104 Part 104. Harus Menentukan Keputusan
105 Part 105. Keputusan Terberat
106 Part 106. Operasi
107 Part 107. Pemulihan Nada.
108 Part 108. Mawar Putih
109 Part 109. Pulang
110 Part 110. Malam itu
111 Part 111. Buah kesabaran
112 Part 112. Hujan Malam itu
113 Part 113. Morning Sickness
114 Part 114. Kabar Baik
115 Part 115. Sensitif
116 Part 116. Gara-Gara Opor
117 Part 117. Minta Romantis
118 Part 118. Mencoba Romantis
119 Part 119. Hilangnya Nada
120 Part 120. Keromantisan Dalam Diam
121 Part 121. Kota Tua
122 Part 122. Cek Up
123 Part 123. Empat Bulanan
124 Part 124. Teringat Masa Lalu
125 Part 125. Kegep!
126 Part 126. Masih Malu
127 Part 127. Ingat Babe
128 Part 128. Nolak diUSG
129 Part 129. Ancaman
130 Part 130. Rencana
131 Part 131. Terungkap
132 Part 132. Nujuh Bulan
133 Part 133. Kalap
134 Part 134. Dekapan Kenzo
135 Part 135. Novel
136 Part 136. Penat
137 Part 137. Bakso Aci
138 Part 138. Wisuda
139 Part 139. Bandung
140 Part 140. Kembali Ngantor
141 Part 141. Firasat
142 Part 142. Prosesi Kelahiran
143 Part 143. Nama untuk si Kembar
144 Part 144. Kabar Untuk Nada
145 Part 145. Pulang
146 Part 146. Rencana Pengalihan Pemilik Perusahaan
147 Part 147. Liburan Keluarga
148 Part 148. Masih Seperti Dulu
149 Part 149. Gagal!
150 Part 150. Teringat
151 Part 151. Lagu Penghantar Tidur
152 Part 152. Usia Satu Tahun
153 PENGUMUMAN!
154 Part. 1
155 Part. 2
156 Part. 3
157 Part. 4
158 Part. 5
159 Part. 6
160 Part. 7
161 Part. 8
162 Part. 9
163 Part. 10
164 Part. 11
165 Part. 12
166 Part. 13
167 Part. 14
168 Part. 15
169 Part. 16
170 Part. 17
171 Part. 18
172 Part. 19
173 Part. 20
174 Part. 21
175 Part. 22
176 Part. 23
177 Part. 24
178 Part. 25
179 Part. 26
180 Part. 27
181 Part. 28
182 Part. 29
183 Part. 30
184 Part. 31
185 Part. 32
186 Part. 33
187 Part. 34
188 Part. 35
189 Part. 36
190 Part. 37
191 Part. 38
192 Part. 39
193 Part. 40
194 Part. 41
195 Part. 42
196 Part. 43
197 Part. 44
198 PENGUMUMAN!
199 SEASON 3 Part. 1
200 Part. 2
201 Part. 3
202 Part. 4
203 Part. 5
204 Part. 6
205 Part. 7
206 Part. 8
207 Part. 9
208 Part. 10
209 Part. 11
210 Part. 12
211 Part. 13
212 Part. 14
213 Part. 15
214 Part. 16
215 Part. 17
216 Part. 18
217 Part. 19
218 Part. 20
219 Part. 21
220 Part. 22
221 Part. 23
222 Part. 24
223 Part. 25
224 Part. 26
225 Part. 27
226 Part. 28
227 Part. 29
228 Part. 30
229 Part. 31
230 Part. 32
231 Part. 33
232 Part. 34
233 Part. 35
234 Pengumuman.
Episodes

Updated 234 Episodes

1
Part 1. Nada Si Cerewet
2
Part 2. Couple Goals
3
Part 3. Dansa
4
Part 4. Resah
5
Part 5. Kesedihan Nada
6
Part 6. Kalut
7
Part 7. Undangan
8
Part 8. Nyumbang Lagu
9
Part 9. Kaos Couple
10
Part 10. Ketemuan Mantan
11
Part 11 (Galau)
12
Part 12. Mba Rere
13
Part 13 (Nasgor ala BangKe <Bang Kenzo>)
14
Part 14 (Monas)
15
Part 15 (Terbongkar)
16
Part 16 (Kesalah Pahaman)
17
Part 17 (Mba, Are You Ok?)
18
Part 18 (Kanker)
19
Part 19 (Gagal Nembak)
20
Part 20 (Pertunangan)
21
Part 21 ( Pundakku )
22
Part 22 ( Hujan )
23
Part 23 ( Jadian )
24
Part 24 (Mesin Jahit Untuk Ibu)
25
Part 25 ( Intan )
26
Part 26 ( Anton )
27
Part 27 ( Misteri Pahlevy )
28
Part 28 ( Sad )
29
Part 29 ( Konflik )
30
Part 30 ( Hari Pernikahan Mba Rere )
31
Part 31 ( Gundah )
32
Part 32 (Tragedi Suara Anton)
33
Part 33 ( Terkuak )
34
Part 34 (Pak Levy)
35
Part 35 ( Bimbang )
36
Part 36 ( Kaget )
37
Part 37 ( Pernikahan )
38
Part 38 ( Hari Ke Tujuh )
39
Part 39 ( Gagal )
40
Part 40 ( Tragedi Mati Lampu )
41
Part 41 ( Hujan Malam Itu )
42
Part 42 (Salah Paham )
43
Part 43 ( Gemas )
44
Part 44 (Nge-date)
45
Part 45 ( Canggung )
46
Part 46 ( Dapat Tender )
47
Part 47 ( Dansa Disaat Dinner )
48
Part 48 ( Menghadiri Sidang )
49
Part 49 ( Rumah Baru Ayah )
50
Part 50 ( Wisuda Nada )
51
Part 51. Maldives
52
Part 52. Sandbank
53
Part 53. Candle Light Dinner
54
Part 54. Pulang
55
Part 55. Salah Paham
56
Part 56. Nasi Goreng
57
Part 57. Sakit
58
Part 58. Pantai
59
Part 59. Papa?
60
Part 60. Muslihat Stevanie
61
Part 61. Diary Luna
62
Part 62. Ibu Hamil?
63
Part 63. Operasi
64
Part 64. Dinda
65
Part 65. Ada Apa Dengan Indra?
66
Part 66. Baikan
67
Part 67. Keributan
68
Part 68. Jahil
69
Part 69. Terungkap
70
Part 70. Nostalgia
71
Part 71. Frisilla
72
Part 72. Syukur
73
Part 73. Tes DNA
74
Part 74. Persiapan
75
Part 75. BoCil Penggangu
76
Part 76. Pertemuan
77
Part 77
78
Part 78. Hujan Malam Itu
79
Part 79. Packing
80
Part 80. Jakarta
81
Part 81 Frisi Sakit.
82
Part 82. Sekretaris Baru
83
Part 83. Roti Bakar
84
Part 84. Pulang
85
Part 85. Ngambek Lagi.
86
Part 86. Kabar dari Kepolisian
87
Part 87. Kesedihan Frisi
88
Part 88. Gosip Baru
89
Part 89 Permintaan Nada
90
Part 90. Permintaan Kenzo
91
Part 91. Cek ke Dokter (Bag. 1)
92
Part 92. Bersyukur.
93
Part 93. Shopping buat Nada
94
Part 94. Aku Cemburu!
95
Part 95. Malam itu
96
Part 96. Hasil Laboratorium
97
Part 97. Skakmat!
98
Part 98. Jiwa Besar
99
Part 99. Suport Ayah & Ibu
100
Part 100. Cek Up Yang Tertunda
101
Part 101. Perjalanan Pulang
102
Part 102. Hadiah Frisi
103
Part 103. Nada Sakit
104
Part 104. Harus Menentukan Keputusan
105
Part 105. Keputusan Terberat
106
Part 106. Operasi
107
Part 107. Pemulihan Nada.
108
Part 108. Mawar Putih
109
Part 109. Pulang
110
Part 110. Malam itu
111
Part 111. Buah kesabaran
112
Part 112. Hujan Malam itu
113
Part 113. Morning Sickness
114
Part 114. Kabar Baik
115
Part 115. Sensitif
116
Part 116. Gara-Gara Opor
117
Part 117. Minta Romantis
118
Part 118. Mencoba Romantis
119
Part 119. Hilangnya Nada
120
Part 120. Keromantisan Dalam Diam
121
Part 121. Kota Tua
122
Part 122. Cek Up
123
Part 123. Empat Bulanan
124
Part 124. Teringat Masa Lalu
125
Part 125. Kegep!
126
Part 126. Masih Malu
127
Part 127. Ingat Babe
128
Part 128. Nolak diUSG
129
Part 129. Ancaman
130
Part 130. Rencana
131
Part 131. Terungkap
132
Part 132. Nujuh Bulan
133
Part 133. Kalap
134
Part 134. Dekapan Kenzo
135
Part 135. Novel
136
Part 136. Penat
137
Part 137. Bakso Aci
138
Part 138. Wisuda
139
Part 139. Bandung
140
Part 140. Kembali Ngantor
141
Part 141. Firasat
142
Part 142. Prosesi Kelahiran
143
Part 143. Nama untuk si Kembar
144
Part 144. Kabar Untuk Nada
145
Part 145. Pulang
146
Part 146. Rencana Pengalihan Pemilik Perusahaan
147
Part 147. Liburan Keluarga
148
Part 148. Masih Seperti Dulu
149
Part 149. Gagal!
150
Part 150. Teringat
151
Part 151. Lagu Penghantar Tidur
152
Part 152. Usia Satu Tahun
153
PENGUMUMAN!
154
Part. 1
155
Part. 2
156
Part. 3
157
Part. 4
158
Part. 5
159
Part. 6
160
Part. 7
161
Part. 8
162
Part. 9
163
Part. 10
164
Part. 11
165
Part. 12
166
Part. 13
167
Part. 14
168
Part. 15
169
Part. 16
170
Part. 17
171
Part. 18
172
Part. 19
173
Part. 20
174
Part. 21
175
Part. 22
176
Part. 23
177
Part. 24
178
Part. 25
179
Part. 26
180
Part. 27
181
Part. 28
182
Part. 29
183
Part. 30
184
Part. 31
185
Part. 32
186
Part. 33
187
Part. 34
188
Part. 35
189
Part. 36
190
Part. 37
191
Part. 38
192
Part. 39
193
Part. 40
194
Part. 41
195
Part. 42
196
Part. 43
197
Part. 44
198
PENGUMUMAN!
199
SEASON 3 Part. 1
200
Part. 2
201
Part. 3
202
Part. 4
203
Part. 5
204
Part. 6
205
Part. 7
206
Part. 8
207
Part. 9
208
Part. 10
209
Part. 11
210
Part. 12
211
Part. 13
212
Part. 14
213
Part. 15
214
Part. 16
215
Part. 17
216
Part. 18
217
Part. 19
218
Part. 20
219
Part. 21
220
Part. 22
221
Part. 23
222
Part. 24
223
Part. 25
224
Part. 26
225
Part. 27
226
Part. 28
227
Part. 29
228
Part. 30
229
Part. 31
230
Part. 32
231
Part. 33
232
Part. 34
233
Part. 35
234
Pengumuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!