Selama manggung di southbox, uangku masih terkumpul. Tak sepeser pun ku pakai untuk keperluan lain, aku hanya membayarkan untuk keperluan kampus. Itu pun di ganti lagi sama duit ibu, jadi tetep aja nominalnya segitu.
Aku cek tabungan yang ada dalam rekening BANK. Ternyata, uangku sudah lebih dari cukup untuk membayar sampai wisuda nanti.
Hingga detik ini, Ibu belum tahu kalau aku mempunyai uang sebanyak ini. Bukan aku pelit tidak mau kasih tahu ibu, tapi uang ini untuk jaga-jaga supaya ibu tidak pusing kelabakan nyari dana banyak buat persiapan wisuda.
“Ya Allah, terima kasih atas rejeki yang selalu Engkau beri kepada ku dan juga ibu.” Aku mengucap do’a dipagi hari.
Terdengar langkah kaki yang menginjak anak tangga, aku melirik ke arah handle pintu yang mulai bergerak dan pintu pun terdorong ke dalam.
Terlihat sosok gadis cantik bermata hitam, kulitnya putih, hidungnya mancung, bertubuh mungil kalau dibanding aku.
Dia tersenyum dan melihat ke arahku, senyumnya manis di pagi ini. Sudah tidak terlihat galau atau raut muka melow karena putus cinta.
“Ayok, ngampus. Ken,” ucap Nada.
Aku mengecek keadaannya. Memegang kening dan tangannya. “Normal kok.”
“Maksud Loh?” Terlihat wajah imut nada menjadi garang.
“Ini jam berape? Lu mau masuk kampus, kepagian neng!”
“Ya ... Lu kan, mandi dulu, sarapan dulu.” Nada masih terus ngoceh.
“Terus, Lu mau ngapain di sini?”
“Mau bantuin Lu sarapan,” ucapnya sambil nyengir.
“Gak sekalian bantuin Gue mandi, gitu?”
“Ogah!”
Tanpa banyak bicara, aku mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu. Kini kamarku sudah tertata rapi berkat bantuan dari Nada. Walau cerewetnya minta ampun, tapi aku mengacungkan jempol untuk masalah membenahi ruangan yang acak kadut seperti kamarku kemarin.
Kamar yang terlihat kumuh karena memang kamarnya kecil di tambah barang-barang yang terlalu banyak, Nada rapikan. Alhasil, kamarku terlihat lebih luas dan lebih rapi. Thank’s Do Re Mi, my Nada love, love. Eh!
Aku menuruni anak tangga bergegas mengarah ke kamar mandi. Seperti biasa, aku menunggu antrean.
Hingga waktunya tiba, aku bergegas masuk melakukan ritual rutin sebelum ke kampus. Mandi pagi.
.
Terlihat, Nada telah memegang piring berisi Nasi. Etdah, ternyata itu buat sarapannya dia. Tapi syukurlah do’i udah mau makan lagi, gak mogok kek kemarin-kemarin yang membuat badannya lemah samapai jatuh sakit.
Motor matic sudah siap berpetualang seperti si bolang dan kami menunggangi si kuda besi yang tak bergigi melesat ke kampus.
Sesampainya di gerbang kampus, ternyata si Fajri udah ngalangin Nada. Hadeuh, ni bocah belum puas juga nyakitin Nada, pekik dalam hati.
“Nad, tunggu Nad,” ucap Fajri sembari menahan laju motorku.
“Mau cari mati Lu?” ucapku spontan karena kaget.
“Ada apa lagi sih Kak Fajri?” tanya Nada yang masih ada di atas motorku.
“Plisss ... Nad, Kakak minta di kasih kesempatan satu kali lagi untuk menjadi pacar kamu,” ucap Fajri sembari menempelkan kedua telapak tangannya, pertanda ia memohon.
“Plisss ... Nada, tiap orang pasti punya salah. Termasuk aku, orang yang ingin memperbaiki diri dari kesalahan, pliss ... Nad, plisss ....” Terlihat wajah melas di pasang oleh Fajri.
Sa’ae ni bocah ngegombalnya, pekik dalam hati.
Hening.
Sampai 15 menit aku menunggu.
“Nad, Lu turun deh. Beresin masalah Lu sama Fajri. Gue masuk kelas duluan, yaa?”
Akhirnya Nada turun dari motor sedangkan aku memilih untuk menunggunya dalam ruangan tempat biasa kami menimba ilmu.
Aku duduk dalam kelas, setelah sepuluh menit berlalu. Akhirnya ada sosok Nada masuk dan menghampiri.
“Gue bingung, Ken.”
“Bingung kenapa?”
“Satu sisi, Gue benci banget sama penghianatannya. Satu sisi, Gue juga masih sayang sama dia,” ucap Nada pelan.
“Terus?”
“Gue kasih dia satu kali kesempatan, Ken. Apa gue salah?” Terlihat butiran air bening yang terjatuh saat ia merundukan kepalanya.
Aku mengangkat dagunya ke atas hingga netra kami saling berpandangan. Suasana dalam kelas masih hening karena mahasiswa belum ada yang masuk ke dalam kelas. Hingga menciptakan keheningan yang berujung dengan tangisan pada Nada.
“Nad, lakukan apa yang menurut Lu baik. Gue dukung apapun keputusan yang Lu ambil. Semangat, ya? Semoga hubungan kalian bisa sampai ke pelaminan,” ucapku.
Entah. Rasa apa yang ada pada Nada saat ini? Di sebut bahagia, tak ada raut kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Di sebut kecewa, seharusnya ia senang. Karena Fajri cowok yang ia sayang telah meminta bailikan.
Mungkin satu kata untuk Nada yaitu, GALAU. Entahlah. Hanya Nada yang tahu.
Akhirnya jam pelajaran di mulai.
Hingga tak terasa waktunya habis. Bukan karena aku enjoy menikmati pelajaran. Tetapi, karena aku kebanyakan melamun pada mata kuliah sekarang. Untung bukan pelajaran pak dosen killer, kalau saja bagian dia, alamat kena kamehame, pekik dalam hati.
“Ken, balik yuk?” Ajak Nada.
Aku ngeloyor tanpa terucap satu patah kata pun pada lidah ini. Kelu. Itu yang ku rasa saat ini.
Hingga di perjalanan pun aku membisu. Seolah, tak ada kata yang dapat ku lontarkan buat Nada. Bahkan aku tidak mengenal perasaanku saat ini. Apakah aku senang dengan keputusan Nada? Ataukah aku marah terhadap keputusan Nada? Entah.
.
“Ken.” Nada menepuk pundakku.
“Hem.” Aku berdehem.
“Kenapa diem aja? Lu marah sama gue?”
Aku tersenyum masam, “Apa bisa gue marah sama lu, Nad?”
“Lah ... Terus?”
“Gue sariawan.”
“Alasan!”
Aku tak menggubrisnya, karena satu hal. Memang saat ini aku sedang malas bicara karena rasa entah ini yang membuatku bersikap cuek terhadap Nada.
Maafin Gue ya, Nad. Mungkin karena Gue terlanjur sayang sama Lu. Serasa gak iklas sebenarnya apabila melihat Lu balikan sama Fajri, namun apabila itu menjadi kebahagiaan buat Lo, ya nanti gue coba belajar ngiklasin Lo. Yang penting Lo bahagia, pekik dalam hati.
***
Sore pun telah tiba, hingga detik ini enggak ada sedikit pun kami berkomunikasi.
Mungkin Nada kesal padaku yang tiba-tiba membisu. Mulutku memang bisa berbohong. Namun tidak dengan gerak tubuh yang mungkin seperti cacing tanah yang kepanasan apabila melihat mereka jalan bareng.
Aku bergegas pamit sama ibu untuk pergi ngamen di malam ini. Aku ambil jaket dan helm kemudian segera tancap gas ke tempat tujuan.
Terlihat sosok mba Rere yang sedang nangkring, mungkin lagi nyantai. Ia menghampiriku yang sedang duduk di tepi panggung untuk menunggu perform.
“Hai ... Ken, tumben jam segini udah datang? Mana ceweknya?” tanya mba Rere.
“Iya, lagi pengen datang lebih awal, Mba. Sapa pacar gue?” tanyaku.
“Itu, gadis imut yang suka datang bareng Kamu,” celetuk mba Rere.
“Owalah, dia udah balikan sama cowoknya.”
“Upss ....” Mba Rere menutup bibirnya dengan ujung jarinya. Seperti menunjukan penyesalan atas pertanyaannya barusan.
“Maaf ya, Ken. Suer! Aku gak ada maksud nyakitin Kamu.” Sambung mba Rere sembari mengangkat dua jarinya.
“No problem, gue santai kok Mba.”
Oh iya, aku perkenalkan, nih. Usia mba Rere itu lebih tua sekitar tiga tahun dibanding aku. Orangnya asik, supel, enak di ajak shering dengan body yang menarik. Mungkin itu salah satu tuntutan dari tempat ini yang mengharuskan mempunyai kriteria seperti itu.
Hingga akhirnya, namaku dipanggil ke atas panggung untuk bersenandung.
Biasanya, ada list lagu kalau memang ada request dari customer, aku melihat kertas list lagu. Mati Gue! Semuanya lagu galau tingkat dewa! Harrrgghhh ... Pekik dalam hati.
Aku mulai bersenandung hingga pada lagu ke tiga, mataku terbelalak melihat Fajri dan Nada di meja sebrang sana. Terlihat jelas, mata Fajri memandangku dengan penuh kemenangan. Entah, maksudnya apa. Ia memilih balikan dengan Nada.
Dapat lagu dari Bang Judika lagi, ****** gue kali ini! Kuat gak ya mendendangkan lagu ini dengan keadaan Gue yang sekarang ini? Gue coba lah, pekik dalam hati.
Berulang kali kau menyakiti
Berulang kali kau khianati
Sakit ini coba pahami
'Ku punya hati bukan 'tuk di sakiti.
Oh, 'ku akui sungguh beratnya
Meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan
Karena 'ku tahu ini yang terbaik
'Ku harus pergi meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku
Sakitnya, sakitnya, oh, sakitnya
Oh, 'ku akui sungguh beratnya
Meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan
Karena 'ku tahu ini yang terbaik, oh
'Ku harus pergi meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku
Sakitnya, sakitnya, oh, sakitnya
Cintaku lebih besar dari cintanya
Mestinya kau sadar itu
Bukan dia, bukan dia, tapi aku, oh ...
Fix, lagu ini ngena banget ke hati Gue! ucap dalam hati sambil melihat wajah Fajri yang selalu tersenyum ketika melihat ke arahku.
Namun, Nada hanya terdiam. Tiba-tiba, mba Rere naik ke panggung dan segera menyuruhku turun. Mungkin ia mengetahui perasaanku saat ini.
Untung ada karyawan lain yang bisa nyanyi yang menggantikan aku sementara.
“Kenapa Mba? Suara gue gak bagus, ya?” tanyaku kepada mba Rere.
“Bukan, Ken. Aku tahu. Perasaanmu lagi hancur malam ini. Makanya Aku berinisiatif untuk menyuruhmu istirahat. Apalagi emang malam ini bertemakan lagu sedih.” Mba Rere mengusap pundakku pelan.
“Ya ... Itu namanya gue gak profesional kerja dong, mba.” Aku berucap.
“Udah, gak papa. Di sini anak-anaknya enjoy kok. Yuk, kamu ikut aku aja ke dapur beres-beres, bisa?”
“Oke!” Aku mengekor dari belakang.
Setelah, pekerjaan selesai, aku meminta ijin pulang lebih awal. Untung mba Rere orang baik, ia memintakan ijin untukku pada pak Hari.
“Ken, Kamu boleh pulang sekarang. Tapi maaf. Fee Kamu gak full malam ini.” Mba Rere menyerahkan amplop padaku.
“Iya, gak papa. Gue ngerti kok Mba. Malah, kalau gak di bayar juga gak papa,” ucapku.
“Ada-ada aja, ya enggak gitulah. Ya udah kamu pulang, gih. Hati-hati, jangan ngelamun ya, Ken,” pesan dari mba Rere.
Akhirnya, aku pulang melewati pintu samping yang langsung terarah ke parkiran tanpa Nada tahu.
Aku memacu kendaraan dengan kecepatan sedang karena teringat kata-kata mba Rere.
Tok ... Tok ... Tok ....
Aku mengetuk pintu.
Terlihat wajah ibu yang lesu dari balik pintu.
“Udah pulang, kasep?” tanya ibu.
Aku tersenyum. “Iya, bu. Ken istirahat ya, bu. ibu juga istirahat.”
Akhirnya, aku menaiki anak tangga dan sepertinya ibu pun bergegas tidur karena, lampu depan rumah, sudah ibu matikan.
Gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
🍾⃝⃡ ⃯sͩᴀᷝʙͧɴᷠᴀͣ•᭄͜͡
hla kog mau aja di ajak balikan wong tu cowok dah punya bini juga nada mau² nya ada di kadalin..kalo aqu mah ogah walo masih cinta tapi suami orang..
2021-03-09
0
🦐 Avi 🐾🐾
woy... bang othor apakabar ma bininya si fajri?
bikin kesel gw aja😤😤
2021-01-21
0
👑sandra Liu💣༺
mode galon kata ya🤣🤣
2020-12-19
0