Selesai sudah performku malam ini, fee/bayaran juga udah ada di tangan. Aku menghampiri Nada yang sedang duduk di meja depan.
“Nape, Lu?” tanyaku.
Nada menggelengkan kepala.
Aku duduk di kursi, tepat di depan Nada. Aku menatap Nada yang sedang merunduk. Aku mencoba membaca ekspresi kesedihannya.
“Ayok, pulang.” Ajak’ku.
Nada mengekor dari belakang, aku mengambil motor di parkiran, sedangkan Nada telah menunggu di pinggir jalan dekat gerbang masuk.
Motorku berhenti tepat di depan Nada. Tanpa ada ucapan apapun, Nada bergegas naik ke jok belakang. Aku pun tak mempertanyakan, karena terlalu takut Nada nangis lagi.
“Ken,” ucap Nada memecah keheningan.
“Hem.”
“Kak Fajri barusan WA Gue.”
“WA apaan?”
“Dia mau pindah kampus, karena orang tuanya dipindah tugaskan,” ucap Nada lirih.
“What?”
Aku ngerem mendadak.
JEDUKKK!
“Awww!” Nada kejedot helmku.
“Terus giman nasib hubungan, Lu?”
Nada mendelik.
“Bukannya minta maaf dulu, malah ngomong yang laen,” ucap Nada yang semakin cemberut.
“Heleh! Gue lupa. Ya udah, maaf. Gue gak sengaja tadi rem ngedadak, Nad,” ucapku tersenyum.
Terlihat matanya berkaca-kaca, seolah Nada sedang memendam perasaannya agar tidak menangis di depanku.
Namun.
Tiga,
Dua,
Satu!
“Kita LDR an. Ken,” terjatuh juga bulir bening dari sudut matanya.
Akhirnya aku turun seraya mengusap air mata Nada dari pipinya. Nada melihatku dengan perasaan entah.
Kini netra kami telah berada di satu titik. Nada memeluk dan menangis di dada ini. Debar di dada mulai mengencang, hati seakan berbisik Vangke! Kenapa jantung gue berdegup kencang?
Mungkin Nada tak sadar dengan detak jantungku yang mulai maraton, bahkan terlalu kencang berdegup.
***
Kembali ku pacu si matic menuju mini market, aku membelikan ice cream kesukaannya. Sejenak, kami duduk di kursi yang disediakan oleh mini market.
“Ice con strawberry, Nad.” Aku menyerahkan satu ice cream untukknya.
Nada meraihnya, “Makasih, Ken.”
Aku tersenyum.
Namun ice creamnya hanya ia mainkan tanpa ia buka bungkusnya. Aku mengambil ice yang ada di tangannya. Nada memandangku heran.
“Sini, Gue yang bukain!” ucapku.
Mata Nada mendelik, namun ia lebih pasrah. Gak banyak ngomel seperti biasanya. Kangen juga akhirnya sama cerewet si Doremi! Pekik dalam hati.
Aku membuka bungkus ice con. Menyuapi Nada perlahan, terlihat wajah Nada yang masih sedih. Ada tetesan ice cream yang meleleh ke tanganku. Aku mencolek lelehan ice cream tersebut dan menempelkan pada hidungnya yang mancung.
“Ihhh ... apaan sih Lu, Ken?”
Nada hendak membersihkan hidungnya dengan tisu yang ia bawa. Tanganku menariknya.
“Biarin, imut tahu,” ucapku terkekeh.
Namun, tanganku dihempaskan Nada, tangannya kini mencolek ice cream yang ada di hidungnya dengan jari telunjuknya. Dengan cepat, Nada menempelkan ke hidungku.
“Hahaha ... itu baru lucu.” Nada tertawa.
Aku menikmati lengkungan indah yang tergurat di bibirnya. Hingga akhirnya Nada tersadar kalau aku telah memperhatikannya. Aku langsung memalingkan pandangan ke arah lain, setelah netra kami saling memandang.
Dengan hati yang gugup, hingga aku terlupa kalau di hidungku ada lelehan ice cream. Nada menyeka ice cream yang ada di hidungku dengan tisue yang ia bawa.
“Gini, lebih ganteng,” ucap Nada setelah membersihkan sisa ice yang ada di hidungku.
Aku tersenyum, begitupun dengan Nada.
Kami bergegas pulang karena waktu yang sudah terlalu malam. Kami menaiki motor matic dan meluncur dengan kecepatan sedang.
“Ken.”
“Hem.”
“Makasih, ya. Atas malam ini?”
“Untuk apa?”
“Lu udah buat Gue nangis dan tertawa malam ini?”
“Lah, emang apa yang udah Gue perbuat sampe lu nangis, Nad?”
“Lagu penutup yang lu nyanyiin,” ucap Nada sambil menyederkan kepalanya di pundakku.
Aku terdiam.
Hening. Hingga akhirnya kami sampai di depan pagar rumah Nada. Kami sama-sama turun dari motor.
GREKKK ....
Pintu gerbang dibuka dan langkah kaki kami menuju ke pintu ruang utama.
“Udah, lu balik ya? Gue bawa kunci rumah,” ucap Nada yang menunjukan kunci.
Aku tersenyum.
Aku memegang kedua pipinya, memandang wajahnya hingga beberapa detik, akhirnya aku tersadar kalau Nada itu pacarnya Fajri. Aku melepaskan tanganku dari pipi Nada.
“Ya udah, gue balik dulu ya?”
Ku bawa motor dan ku masukan ke dalam kontrakan. Terlihat, ibu sudah terlelap di kamarnya. Aku masuk rumah dan menaiki anak tangga. Aku buka handle pintu dan membenamkan tubuhku yang mulai didera capek.
Ku pejamkan mata, namun masih tidak dapat terlelap. Akhirnya aku ambil hp yang tergeletak di meja belajar. Aku memberanikan video call Nada.
Tersambung ....
Enggak diangkat juga. Mungkin ia sudah tidur. Pekik dalam hati.
Aku mengganti baju, membuka jendela, menatap langit hitam tanpa adanya bulan yang menghiasi.
Drett ... Drett ....
Hape bergetar di atas meja belajar. Aku melihat, ternyata Nada video call. Aku sentuh layar handphone dan terlihat wajah Nada yang masih basah.
“Ngapain, lu?” ucap Nada yang masih mengelap wajahnya dengan tisue.
“Kagak,” ucapku yang terlalu gerogi apabila netra bertatapan.
Akhirnya hp ditutup, karena ketololanku yang tidak dapat mengutarakan permintaan maaf. Aku memberanikan kirim pesan WA padanya.
‘Na, sorry. Kalau tadi gue bikin sedih lu. Gue hanya ingin lu tahu. Gue akan selalu ada buat lu.’
Send. Dengan hati yang ragu.
Hanya centang satu yang ada keterangan di hp ini. Mungkin Nada udah tidur, pekik dalam hati.
***
Ngampus lagi skuy!
Tiba di kampus. Nada menghampiri Fajri. Mereka terlihat ngobrol, entah apa yang mereka bicarakan.
“Ken. Tungguin Gue, ya? Gue, kebelet mau pipis,” ujar Nada sambil terburu-buru lari.
Aku menunggu Nada sambil berjalan pelan hendak melewati kantin. Ternyata ada suara Fajri dan teman-temannya. Mereka Terdengar mengobrol asik bareng teman-temannya di kampus. Tanpa mereka sadar, aku mendekat mendengarkan di kantin sebelah.
“Hebat Lu dapetin Nada, bro!”
“Hebat apanya?” terdengar suara Fajri menjawab.
“Si Nada itu orangnya susah di deketin."
Hening, entah apa yang mereka sedang lakukan.
“Gimana dengan pacar LDR lu, si Nadia?”
“Baik. Gue mau pindah gara-gara Nadia gak mau jauh dari gue, bro!”
“BTW, kalau si Nada udah lu apain? Kek nya dia nempel terus sama Lu. Mendengar Lu mau pindah kampus aja galaunya seperti itu,” ucap temannya Fajri.
“Apaan? dia gak seru ***! Gue cuma dapat pegang tangannya doang!”
“Hahaha ... mending si Nadia dong, ya?” pekik temannya sembari tertawa.
“Yo’i, bro!”
Mendengar percakapan Fajri sama teman-temannya, darahku bergejolak. Mendidih ke titik yang paling panas. Tanganku kini telah mengepal, bersiap menghantam wajah berengsek si Fajri.
“Oh ... Lu di sini, Ken? Gue nyariin Lu dari tadi. Balik, nyok?” Tanganku di tarik Nada.
“Sebentar, Nad,” ucapku.
“Mau kemana sih? Entar telat perform loh." Nada mengingatkan.
Langkahku terhenti, bingung antara menonjok si berengsek Fajri ataukah mengikuti saran Nada.
Nada enggak tahu kebejatan cowoknya! Tapi kalau gue menonjok Fajri di kampus, yang ada gue kena masalah lagi. Mana ibu juga lagi sepi orderan. Shit! Pekik gejolak dalam hati.
“Ayo, Kenzo!” Nada mengajaku.
Akhirnya, aku menuruti omongan Nada. Melenggang menuju ke parkiran.
“Oh, iya. Ken, nanti malem Gue ada janji sama Kak Fajri, jadi Gue enggak bisa nemenin lu perform malam ini, gak papa 'kan?”
Aku mendongak. Sebenarnya, ingin sekali aku memberitahu kebejatan si Fajri pada Nada, tapi aku tidak mempunyai bukti apa-apa yang bisa aku tunjukan pada Nada.
“Iya, gak papa, hati-hati ya?” ucapku mengakhiri.
Sebenarnya hatiku tak tenang kalau Nada menemui Fajri tanpa adanya aku di sampingnya, terlebih tadi aku mendengar sendiri kebejatan si Fajri. Namun aku bisa apa?
Aku bergesas berangkat ke southbox, setelah pamit sama Ibu. Hingga hari ini, ibu belum mengetahui tentang pekerjaan baruku. Uang semester pun sudah terbayar lunas.
Aku berangkat dengan mengendarai motor matic. Debar hati tak karuan, perasaan cemas yang mendominasi di hati ini.
Ya Allah, tolong jaga Nada dari pemuda berengsek itu, pintaku dalam hati.
Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangaku telah menunjukan pukul tujuh malam.
Tiba-tiba turun hujan yang sangat deras. Apakah Nada jadi pergi menemui Fajri? Tanya dalam hati.
Tapi, aku harus menyelesaikan performku. Aku tetap bernyanyi walau hati telah resah dengan keadaan Nada. Kalut.
Stelah perform selesai, hujan masih turun dengan deras. Aku mencoba hubungi Nada namun sial! Hapeku lowbatt. Mana di sini mati lampu lagi! Pekik dalam hati.
Akhirnya, aku putuskan untuk memaksakan pulang setelah perdebatan dalam bathin yang bergejolak. Menaiki motor, memacu dalam kecepatan tinggi di malam hari. Deras air hujan, tak menyurutkanku untuk memacu motor maticku agar selalu fokus karena jalanan licin telah terguyur air hujan.
Tok ... Tok ... Tok ....
Aku mengetuk pintu rumah Nada.
“Ngapin Lu pulang basah-basahan, Ken?” tanya Nada.
“Kamu udah pulang setelah ketemuan Fajri, Nad?” tanyaku.
Nada menggelengkan kepala.
“Maksudnya?"
“Gue enggak jadi ketemu Kak Fajri, Ken. Pan hujan deras,” ucap Nada.
Perasaan bahagia dalam hati ini, tak dapat terbendung. Sehingga, hampir saja aku hendak memeluk Nada.
“Ya udah, gue pulang, Ya?” ucapku berpamitan.
“Awas, langsung mandi. Nanti buat minuman hangat biar perut lu enak, gak masuk angin.”
Aku tersenyum.
Dalam hati, aku sorak sorai tapi malu kalau sampai keceplosan di depan Nada, kek bocah SD nantinya.
Ingin sekali meluapkan ekspresi senang ini dengan berguling-guling diderasnya hujan. Bermain hujan bersama Nada, etdah! Gue ngehalu. Enggak mungkin juga Nada suka sama gue.
Tapi, mendengar Nada tidak jadi pergi menemui Fajri, hatiku lega. Karena, Nada tidak menjadi korbannya Fajri.
Aku memasukan motor dan bergegas mandi. Ternyata ibu masih mengerjakan jahitannya.
"Tidurlah, Bu. Udah malam. Kerjanya kan bisa di lanjut besok," pintaku ke ibu.
"Bersambung..
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
JANGAN LUPA LIKE/KOMEN/VOTE Ceritannya, karena itu merupakan hadiah terindah untuk Penulis🙏😁, (Ia ganteng,) nanggung. besok mau diambil sama orangnya," ucap ibu.
"Tapi jangan malem-malem ya, Bu?" pintaku.
Ibu tersenyum.
“Thank’s to Allah, Gue bahagia malam ini.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Kayaknya pengalaman pribadi yg thor
2021-07-22
1
Kirana
semangat Thor
2021-01-15
0
N four B
cemangat up
2021-01-03
0