Berkali-kali aku mencoba menghubungi Nada, tapi nihil. Enggak ada hasil. Babe Rano telah masuk ke UGD.
Setelah ku bereskan administrasi dan mengisi data pasien, aku mencoba lagi untuk menghubugi Nada.
Tut ... Tut ....
Telpon terhubung, tapi berkali-kali enggak diangkat juga. Setelah Babe mendapat penanganan dari dokter, aku pun diperbolehkan untuk menemui babe Rano.
“Maaf, Be. Ken belum bisa hubungin Nada,” ucapku bercerita.
“Iye, kagak nape-nape. Lu pulang, gih! Nanti, Nyak lu nyariin,” ucap babe Rano.
“Kagak papa, be. Ken, udah nelpon sama Ibu. Ibu udah tau, Ken di Rumah Sakit. Ken juga udah titip pesan kalau Nada pulang suruh ke sini.”
“Makasih ya, Ken. Lu emang anak bae.”
“Babe istirahat aje, Ken di sini kok, kagak bakal kemane-mane.”
Aku melihat jam, yang ada di pergelangan tangan. Waktu telah menunjukan pukul sembilan malam. Namun, Nada belum juga menampakan batang hidungnya.
sebenarnya lu dimana Doremi? Pekik dalam hati.
Aku masih menunggu Nada. Jam telah menunjukan angka sebelas malam, belum juga ada tanda-tanda Nada balik.
“Ken, Nada belum datang?” ucap babe Rano.
“Belum, Be. Mungkin sebentar lagi. Terakhir Ken telpon hapenya kagak aktif.”
“Kemane lagi, tu anak.”
Terlihat cemas pada raut wajah babe Rano. Aku pun mencoba mengalihkan pembicaraan, berharap babe Rano terbawa ke pembicaraan kami. Namun nihil, berulang kali babe nanyain terus Nada. Wajar sih, karena telah larut malam anak gadisnya belum juga pulang.
KREKK ....
Terdengar suara pintu yang dibuka. Mataku dan babe Rano langsung tertuju ke arah pintu. Ternyata, yang datang itu Nada dan ibu.
“Babe kenape? Kok bisa begini?” tanya Nada yang terlihat cemas.
“Enggak usah dibahas, Babe udah baikan kok. Yang ade, lu dari mane aje? Babe khawatir, Nada.”
Terlihat jelas gurat wajah kekhawatiran pada anak dan ayahnya. Nada terlihat khawatir dengan keadaan ayah’nya. Sedangkan ayah’nya juga khawatir karna hingga larut malam, putrinya belum juga pulang.
Aku menarik Nada ke luar setelah babe Rano tertidur. Sedangkan ibu tetap berada di dalam menunggu babe Rano.
“Sebenarnya, lu dari mana sih?”
“Gue dari rumah Fajri, makan malam bersama orang tuanya,” pekik Nada yang sedang tertunduk.
“Lain kali, kalau ada yang telpon itu diangkat! Siapa tahu urgen kek hari ini,” ucapku yang beranjak meninggalkannya.
Ibu memutuskan untuk pulang, karena besok ada baju yang mau diambil ke rumah. Aku mengantarkan ibu menunggu ojol yang telah dipesan.
Sedangkan aku memilih menemani Nada menjaga babe Rano. Siapa tahu babe membutuhkan sesuatu dariku. Akhirnya ojol datang dan ibu bergegas naik, motor ojol kini tak terlihat lagi.
Aku kembali ke ruangan babe Rano. Aku melihat dari luar, ternyata babe masih tidur. Terlihat Nada yang sedang menjaganya. Aku memutuskan untuk berjaga di luar. Duduk di kursi stenlis dengan menempelkan kepala ke tembok hingga aku tak sadarkan diri. Aku tertidur.
Drett ... Drett ....
Alarmku bergetar, saatnya bersiap untuk menunaikan sholat subuh. Tapi, kenapa ada selimut di badanku? Aku melihat, ternyata Nada telah tertidur sembari duduk di samping babe Rano. Mungkin Nada yang telah menyelimutiku. Pekik dalam hati.
Ku buka pintu perlahan, agar tidak membangunkan babe Rano dan juga Nada yang masih tertidur lelap. Aku selimuti Nada dan kembali menutup pintu perlahan untuk bergegas sholat subuh.
***
Selepas sholat subuh, aku kembali ke kamar dimana babe Rano di rawat. Terlihat babe dan Nada telah bangun, bahkan sedang berbincang. Aku mendekat mendengarkan di balik pintu.
Terdengar babe Reno menyebut namaku. Entah mereka ngomong tentang apa? Ku ketuk pintu kamar rumah sakit yang di huni oleh babe Rano.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam,” terdengar suara dari dalam kamar.
Aku melangkahkan kaki ke dalam kamar. Terlihat babe Rano jauh lebih baik. Wajahnya tak sepucat kemarin.
“Gimane keadaannye, be?” tanyaku.
“Allhamdulillah, Ken. Berkat lu. Makasih, ye?” ucap babe Rano.
“Ya ... bukan karena Ken juga lah Babe. Ken hanya kebetulan lewat aja,” jawabku.
“Apapun lah, pokoknya, makasih banyak ya, Ken?”
Aku meraih tangan babe Rano “iya, be,” sambil tersenyum.
.
Aku pamit untuk kuliah hari ini. Aku berangkat sendirian karena Nada sedang menunggu babe’nya di rumah sakit.
Ketika sampai di kampus, ada Fajri sudah menunggu di parkiran kampus. Terlihat ekspresi wajah Fajri yang entah.
“Si Nada ke mana?”
“Lah, lu kan cowoknya. Kenapa lu nanya ke gue?”
Fajri terlihat semakin kesal terhadapku. Akhirnya, Fajri pergi tanpa pamit. Aku melangkah menuju kelas dan mengikuti jam pelajaran.
Aku bergegas pulang untuk makan dan mandi. Setelah itu aku pamit pada ibu untuk kembali ke rumah sakit menemani babe Rano. Aku juga membawa nasi dan lauknya untuk Nada. Tak lupa, aku singgah ke mini market untuk membeli air mineral dalam botol. Sekalian, aku membeli ice cream con rasa strawberry untuk Nada.
Nada memang suka sekali dengan strawberry. Bukan cuma rasanya, Nada juga suka mengoleksi benda-benda yang bermotif strawberry.
“Assalamu’alaikum,” ucapku sambil mendorong pintu.
“Wa’alaikum salam,” terdengar suara babe Rano dan Nada yang berada di dalam.
Aku disambut dengan senyuman oleh babe Rano, aku pun memberikan makan siang untuk Nada, dengan beralasan dari ibu. Aku juga memberikan ice cream kesukaannya.
Terlihat lengkungan indah dari bibir Nada. Seraya berkata terimakasih.
“Ken,” ucap babe Rano.
“Ya.”
“Besok pagi, Babe udeh bisa pulang kate dokter.”
“Serius, Be?”
“Iya.”
“Allhamdulillah ... ya, Be?”
Babe Rano tersenyum.
Seperti biasa, aku menginap di rumah sakit untuk menjaga babe Rano.
Setelah babe Rano tidur. Aku mengajak Nada untuk ngobrol di luar. Aku menceritakan kejadian tadi pagi di kampus pada Nada. Tentang Fajri yang menanyakan Nada.
Terlihat wajah lelah dari Nada, mungkin ia kecapean kurang tidur. Atau, entah ada hal yang ia sembunyikan dariku?
Akhirnya Nada bercerita tentang ayahnya yang menginginkan aku untuk menjadi pacarnya Nada.
“What?” Aku kaget.
Ada rasa senang memang, setelah mendengar cerita itu. Tapi Nada?
Nada yang baru saja jadian, bahkan mungkin lagi bahagia-bahagianya menjalin hubungan dengan Fajri, tiba-tiba harus kandas karena permintaan ayahnya.
“He’eleh! Kagak mungkinlah, Doremi,” ucapku.
“Makanya itu, gue heran sama lu. Kenapa, kek nya Babe gue sayang banget sama Lu?”
“Karena gue gantenglah, apa lagi?,” aku memainkan alis.
Nada menoyor kepalaku, mungkin ia gemas dengan ucapanku yang terlalu pede.
“Udah, makan gih. Lu belum makan pan dari kemaren?”
Nada kemudian mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
“Ini nih yang bikin mood gue balik, ice cream con rasa strawberry,” Nada membuka bungkus ice cream.
Aku menatapnya.
“Mau?” Nada menyodorkan ice creamnya.
“Ogah!”
Aku beranjak meninggalkan Nada yang sedang menikmati ice creamnya. Aku melihat jalanan yang sesak dengan berbagai jenis kendaraan yang melintasi kota Jakarta. Lucunya, kalau aku pulang ke kampung. Teman-teman selalu bilang ‘Enak, ya. Lu tinggal di Jakarta?’
'Hey! Kalau lu tahu, jauh lebih enak tinggal di kampung.'
Di Jakarta sesak dengan rumah dan kontrakan yang berdempetan. Namun, penghuninya seakan sibuk sendiri. Jangankan untuk mengobrol lama. Bertutur sapa pun seolah tidak bisa. Sekalinya kalian melihat ibu-ibu yang lagi ngumpul, yang mereka bahas kalau enggak barang branded ya ngegosipin orang.
“Oh ... Iya, Ken. Gue mau tanya sama Lu.”
“Paan?”
“Sebenernya, lu udah punya pacar atau belum sih? Kok dari SMP kita bareng-bareng. Belum pernah, gue liat lu jalan bareng cewek?”
“Etdah! Gimana gue mau dapat cewek? Lu aja ngintilin gue mulu,” ucapku.
“Iya gitu?”
“Mungkin,” aku mengangkat bahu.
TAKKK!!!
Nada menggetok kepalaku.
“Aduh! Sakit, Nad!”
“Makanya, jangan sembarangan ngomong!” terlihat wajah Nada yang kesal.
***
Akhirnya, babe Rano sudah diperbolehkan pulang. Kami memesan taksi untuk membawa babe ke rumah. Aku mengekor dari belakang dengan motor matikku.
Waktupun terus berputar, kini keadaan babe Rano sudah membaik bahkan babe Rano sudah beraktivitas seperti biasanya.
“Ken. Jalan, yuk ntar malem?” ucap Nada.
“Kemana?”
“Aku ada janji, ketemu Kak Fajri." Terlihat wajah Nada sumringah.
“Ogah!”
“Ayolah, plissss ....” Seperti biasa Nada memasang wajah melas.
Hening.
“Nad,” ucapku memecah keheningan.
“Hem.” Nada mendongak.
“Kenapa sih, lu gak terus terang aja ke bokap lu, kalau lu udah punya cowok?”
Nada tertunduk
Hening sesaat.
“Sebenarnya, Babe punya penyakit jantung, Ken. Makanya gue selalu nurutin apa yang di’mau Babe,” ucap Nada yang sedang menundukan kepalanya.
“What? Masa, sih? Lu jangan ngomong sembarangan! Pamali!”
“Ngapain bohong, Ken? Buat apa juga gue ngomongin penyakit sembarangan?” Nada masih tertunduk.
Sebenarnya aku tidak percaya, karena tidak ada sama sekali terlihat kalau babe Rano sebenarnya sakit. Ia terlihat sehat, bahkan sering sekali ia bercanda. Sikapnya yang baik kepada semua orang. Walaupun babe Rano mempunyai wajah yang galak, tapi sebenarnya hati dia baik.
“Ya, udah. Gue mau nemenin lu malam ini.”
Aku tak menyangka dengan ekspresi Nada yang tiba-tiba memelukku. Karena selama Nada jalan sama Fajri. Nada tidak pernah sekalipun memeluk Fajri. Bahkan di moment mereka awal jadian pun Nada seakan tidak mengijinkan kalau tubuhnya dipeluk oleh Fajri.
Seketika darahku mengalir deras dan degup jantungku berdeguk kencang.
“Kenape, lu?”
“Hah? Kenapa apanya?”
“Tuh, jantung lu berdeguk kencang,” Nada menunjuk ke arah dadaku dan terlihat ekspresi yang bingung.
“Enggak apa-apa. Bentar ya gue mau minum, aus!"
Aku ngeloyor masuk menuju dapur. Ku ambil minum dan meneguknya dengan cepat. Aku menghela nafas panjang, berharap deguk jantung yang ada di dada mulai teratur.
Entah dari kapan, aku mulai mempunyai perasaan ini terhadap Nada. Perasaan yang bergetar apabila netra mulai saling memandang. Perasaan kasihan apabila ia disakiti orang lain. Sebenarnya apa yang ku rasa saat ini? Apakah ini yang dinamakan cinta? Tapi, dari kapan aku mempunyai perasaan seperti ini? Resah. Aku minum lagi dan membiarkan air tegukan terakhir masih dalam mulut.
“Lu minum segalon, Ken?” ucap Nada yang mengagetkanku.
UHUKKK!
Aku terbatuk dan menyemburlah air yang masih ada dalam mulut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Bang Ke kepedean
2021-07-22
1
🦐 Avi 🐾🐾
galon mana galon...
2021-01-20
0
N four B
lanjut
2021-01-03
0