2 hari sebelum kompetisi..
"Bye, Alexa dan Zahra. Semoga berhasil ya!" seru Keiko.
"Alexa, Zahra, fighting!" seru Hoon.
"Semoga menang! Alexa, Zahra, fighting!" seru Damien, menirukan Hoon.
"Terima kasih semuanya." kata Alexa dengan senyuman manisnya.
"Hiks.. terima kasih semuanya." ucap Zahra, sedikit terharu.
"Hahaha, Zahra! Jangan begini sebelum kompetisi, nanti kamu bisa kalah." kata Dennis.
GRRR
Zahra hanya menatap Dennis dengan sinis.
"E--eh.. maafkan aku." ucap Dennis ragu-ragu.
Yang lain pun tertawa kecil, kemudian Damien berkata; "Zahra, pastikan kamu membantu Alexa dengan baik. Hal pertama yang harus kalian lakukan saat tiba di Singapore adalah berkeliling mencari lokasi terbaik untuk konsep kalian."
"Ya, aku mengerti. Aku pasti akan membantu Alexa dengan sebaik mungkin!" jawab Zahra.
"Jangan berkeliaran dan malah shopping ya!" sindir Dennis.
"Dennis...! Kubunuh kau!" amuk Zahra.
"E--eh?! Maaf!" seru Dennis, langsung memejamkan mata seketika Zahra hendak menyerangnya.
"Bercanda. Setelah berbuat aneh, kamu jadi penakut sekali, Dennis kecil." ejek Zahra.
"Apa?!" Dennis tidak terima.
"Huwaa!"
Akhirnya, Zahra dan Dennis malah berkejar-kejaran di bandara.
Alexa mendesah dan berkata; "Untung saja waktu kita masih banyak. Pesawat kita masih 2 jam lagi."
"Benar. Kalian datang awal sekali." ujar Damien.
"Mau jalan-jalan dulu sebelum masuk?" tanya Hoon.
"Boleh." balas Damien dan Alexa secara bersamaan.
Akhirnya, mereka berjalan-jalan di sekitar bandara selama 15 menit, lalu kembali.
"Tidak ada apa-apa di luar sini, kalian masuk saja. Di dalam ada makanan dan lain-lain." ujar Damien.
"Haha. Walaupun begitu, airport Juanda Surabaya ini sudah banyak berubah." kata Hoon.
"Benar juga sih." kata Keiko.
"Baiklah, kami masuk dulu. Yuk, Zahra." balas Alexa.
"Bye, semuanya!" seru Zahra, sambil melambaikan tangan.
Mereka pun berpisah sambil melambaikan tangan.
Beberapa saat kemudian, di Burger King..
"Hmm.. Alexa." ucap Zahra tiba-tiba, sambil menyeruput coke.
"Ng? Ada apa, Zahra?" jawab Alexa, sambil memakan sebuah hamburger.
"Aneh.. kok Aunty Elise tidak datang mengantar kepergian kita?" tanya Zahra blak-blakan.
"Ah, itu.. Sebenarnya, Aunty Elise sedang membantu Rahul yang baru saja mengalami musibah.." kata Alexa.
"Apa?! Apa yang terjadi padanya?" ucap Zahra terkejut.
"Keluarga Rahul tinggal dan bekerja di Jakarta. Namun, beberapa hari lalu, di Jakarta ada banjir yang cukup parah sehingga membuat rumah-rumah tenggelam oleh air." balas Alexa.
"Apa.. bagaimana bisa demikian? Seberapa parah banjir itu?" Zahra semakin penasaran dan prihatin.
"Hm.. sekitar 1.5 meter."
"Hah.. dalam sekali..!"
"Iya, banjir itu menyebabkan banyak sekali kerusakan di dalam dan di luar rumah mereka." ujar Alexa.
"Hmm.. kasihan Rahul. Jadi, dia berangkat ke Jakarta bersama dengan Aunty Elise?"
"Rencananya begitu. Mungkin 2 - 3 hari lagi mereka akan berangkat. Aunty Elise membantu keluarga Rahul melalui sumbangan sukarela, begitu pula beberapa anggota One Solution yang lain." jelas Alexa.
"Eh~?! Aku juga ingin menyumbang!" kata Zahra sedih.
"Sebenarnya, aku pun ingin menyumbang. Namun, Aunty Elise berkata bahwa kita hanya perlu menggunakan dana untuk kompetisi selama 2 hari di Singapore, serta menggunakan dana yang selebihnya untuk keperluan pribadi kita." kata Alexa.
"Oh.." respon Zahra singkat.
"Aunty Elise ingin agar kita berkonsentrasi sepenuhnya pada kompetisi. Oleh karena itu, Aunty dan yang lain sengaja tidak memberitahumu, Zahra."
"Begitu ya.. Kalau begitu.."
"Ng?"
"Kita harus menang, Alexa!" ujar Zahra percaya diri.
Alexa tersenyum, lalu menjawab; "Tentu saja. Kerja sama kita baik dan ide kita sudah mantap."
"Hehe. Namun, sesuai perkataan Damien.. aku sedikit khawatir, Alexa.."
"Khawatir tentang apa?"
"Lokasi. Bukankah kita belum pernah melakukan pemotretan di Singapura?" kata Zahra secara berterus terang.
"Ah, itu. Tidak perlu khawatir." balas Alexa santai.
"Apa? Kok kamu bisa setenang ini, Alexa~? Jelaskan padaku." pinta Zahra.
"Singapura itu memang lebih kecil daripada kota Surabaya maupun Jakarta. Namun, lokasi memotret yang fantastis di sana amat banyak. Apalagi, konsep kita menggunakan bangunan tinggi. Pasti ada banyak sekali pilihan kita di sana." kata Alexa meyakinkan Zahra.
"Oh, begitu. Hehe, aku jadi bersemangat."
Zahra pun menjadi tenang. Kemudian, mereka beranjak dari tempat makan itu, setelah menghabiskan french fries dan coke.
"Ayo, kita berangkat~~" kata Zahra.
"Masih lama, ada 1 jam lebih." sanggah Alexa.
"Ah.. lalu, kita mau apa?" kata Zahra, mulai bosan.
"Bagaimana jika kita mengambil foto di sini?" ujar Alexa.
"Eh~? Bukannya kamera kita hanyalah untuk memotret kota Singapura?" ucap Zahra malas.
"Tenang saja, maksudku adalah kamera HP." balas Alexa.
"OH, bilang dong dari tadi! Itu namanya selfie !" kata Zahra cengar-cengir.
"Satu.. dua.. tiga.."
- KLIK - KLIK - KLIK -
"Coba kulihat, Alexa.. Uwahh.. hasilnya bagus. Kamu pakai aplikasi apa?" tanya Zahra.
"Ah, ini.. Aplikasi yang sedang dikembangkan oleh ayah Hoon, namanya K - Splash.
"Wahh.. makanya ada efek airnya ya? Ternyata ayah Hoon bekerja di bidang itu. Keren sekali.. Efek foto yang cocok denganmu, Alexa!" kata Zahra riang.
"Benar. Andai kita dapat menciptakan efek air yang sebagus ini dengan kamera biasa." balas Alexa.
"Ah~ bicara apa kau, Alexa? Kita pasti bisa!" Zahra menyikut Alexa, sambil mengekeh.
"Benar.. kuharap begitu." jawab Alexa pelan.
Namun, Zahra tidak menggubrisnya.
"Alexa, aku mau ke kamar kecil dulu."
"Ah, aku juga mau."
"Tunggu, kita gantian saja." pinta Zahra.
"Hmm.. baiklah."
"Makasih. Aku masuk dulu ya, Alexa."
5 menit kemudian..
"Yuk, kita duduk di sana, Zahra." ajak Alexa sambil menunjuk ke arah kursi-kursi umum yang terletak di dekat pintu masuk X-RAY.
Zahra pun mengikuti Alexa. Mereka duduk berhadapan, lalu Alexa mulai mengeluarkan amplop berisi file.
"Ah, kamu membawa kertas-kertas dari Aunty Elise ini rupanya." ucap Zahra.
"Tentu saja, ini adalah informasi penting untuk kita. Nih, lihatlah." Alexa membagikan sebagian dari kertas-kertas tersebut kepada Zahra.
"Wah.. Sepertinya, kompetisi tahun ini tidak mudah ya. Para saingan kita nampaknya sangat berbakat.. Eh, ada orang Indonesia juga!" pekik Zahra.
"Stt, jangan bersuara keras-keras, Zahra!" tegur Alexa.
"Eh, iya.. maaf. Hehe." jawab Zahra.
Sementara mereka sedang berbincang dan bersenda gurau, sepasang mata sedari tadi telah mengamati mereka dengan tatapan sinis.
"Ah, jadi merekalah sainganmu dan Lucas, Marco?" ujar seorang wanita paruh baya.
"Benar, mom. Tenang saja, kami pasti tidak akan kalah." jawab seorang pemuda bernama Marco.
"Fufufu. Anak-anakku memang hebat. Lagipula, nampaknya mereka hanyalah dua orang gadis kecil. Mereka tidak mungkin menang karena kurang berpengalaman, ya kan, Lucas?" ucap wanita itu, dengan sangat mempercayai kedua orang putranya.
"...." pemuda bernama Lucas itu tidak menjawab, namun sesekali mengamati Alexa dan Zahra dengan makna tatapan yang sedikit berbeda dari ibu dan kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🍀Miss Green🍀
wah bagus ! aku jd terinspirasi buat foto-foto wkwk
2020-04-28
1
Little Cat
👍(💖ㅁ💖 )
2020-04-28
1
MovieMaker
jgn menyerah! ayo maju mundur wkwkw!! kak pink emang the best 💜💜
2020-04-28
1