Bab 14

"Jadi.. dia kabur dari pintu belakang?" ucap Zhen.

Alice menganggukkan kepala, dengan tubuh yang gemetaran dan bersandar kepada Zhen.

"Alice, Zhen.. Aunty turut prihatin kepada kalian. Karena hal ini sudah berupa kekerasan dan pelanggaran hukum terhadap wanita, Aunty akan melaporkan Dennis kepada polisi. Bagaimana? Apakah kalian setuju?" tanya Aunty Elise.

"Saya setuju. Kita harus menghukum orang jahat itu!" jawab Zhen.

"Tidak.." gumam Alice pelan.

"Alice?"

"Jangan.. jangan melaporkan kepada polisi.." gumam Alice dengan ketakutan, lalu menangis lagi.

"Alice.." Zhen memeluk kekasihnya.

Walaupun sehari-hari hubungan mereka tidak nampak sedemikian mesra ataupun dekat, Zhen sangat mempedulikan dan menyayangi Alice.

Hal itu dikarenakan oleh banyaknya pria yang jatuh hati dan mengejar Alice. Zhen hanya tidak ingin membuat gadis itu terbeban dengan keegoisannya. Lagipula, Zhen mempercayai Alice. Gadis itu bersikap dingin terhadap semua lelaki lain, sehingga tidak mungkin dia akan mengkhianati Zhen.

Namun, kejadian hari ini juga membuat Zhen terpukul. Dia merasa amat menyesal karena terlambat mengetahui hal yang dialami oleh Alice.

Rupanya, Dennis telah sejak lama tertarik kepada Alice dan berusaha untuk menjadikan gadis itu miliknya. Setelah mendengar penjelasan Alice, amarah Zhen menjulang hingga ke ubun-ubun.

"Brengsek!! Akan kubunuh dia!!" geram Zhen.

Aunty Elise langsung menenangkan pemuda itu. Wanita itu mendesah, lalu berkata; "Zhen, Aunty mengerti akan perasaanmu dan Alice. Namun, kita tidak boleh bertindak gegabah. Yang penting, Alice tidak terluka dan tidak sampai mengalami kejadian yang fatal. Berhati-hati dan berpikirlah secara matang dengan pikiran yang jernih terlebih dahulu. Apalagi, jika kita harus berurusan dengan hukum negara asing."

"Cih.. siall!!" geram Zhen.

Untungnya, Zhen mau menuruti saran Aunty Elise sebelum menyadari bahwa Alice tidak ingin memperumit kejadian ini.

Alice memang adalah korban dari kejadian ini, sehingga dia memiliki hak sepenuhnya untuk menyuarakan tindakan yang ingin dijatuhinya kepada Dennis.

"Alice.. kumohon. Aku ingin membalas perbuatan bedebah itu." pinta Zhen dengan hati yang gundah.

"Aku mengerti.. tapi.. aku terlalu malu bila harus berhadapan dengan polisi.. dan teman-teman One Solution kelak.. hiks.." tangis Alice.

Melihat kondisi Alice, hati Zhen pun hancur. Ia hanya dapat memeluk Alice dengan perasaan yang amat sulit dan amarah yang harus ditekan sebaik mungkin.

Aku pasti akan membalas perbuatan bejatmu, Dennis! Tunggu saja! geramnya dalam hati.

Hari ini, telah tersisa 6 hari sebelum kompetisi Alexa dan Zahra diselenggarakan.

Baru saja mereka menyelesaikan konsep mereka dengan dibantu oleh Hoon, kini mereka harus mengalami kemunduran lagi karena tidak dapat berlatih.

Selain itu, tiba-tiba saja Jane, ibu Alexa jatuh sakit. Alexa pun langsung membatalkan pertemuannya dengan Zahra di rumah temannya itu.

Rumah Zahra memang jauh lebih besar dan nyaman untuk dibuat berlatih dibandingkan rumah Alexa. Namun, masalah yang harus dihadapi oleh Alexa datang secara bertubi-tubi.

Beberapa hari ini, Jane tidak dapat tidur dan terus mengkhawatirkan Chris. Entah apa yang membuat ibunya itu sedemikian aneh dan kuatnya bertahan dengan semua perbuatan sang ayah selama ini.

"Mom.. mengapa mommy sampai bersikap seperti ini?" kata Alexa sedih.

"Alexa.. maafkan mommy."

3 hari sebelumnya, rupanya Jane mendengar kabar dari wanita simpanan Chris bahwa pria itu telah jatuh sakit dan saat ini sedang terlantar di rumah sakit.

Namun, apa peduli Alexa dan ibunya? Bukankah seharusnya mereka mengabaikan sang ayah dan berkonsentrasi saja dalam memulai hidup baru mereka?

Belum lagi, belakangan ini Alexa amat sibuk dengan urusan lomba dan Dennis. Seketika, gadis itu hampir merasa frustrasi dan kecewa pada semua keadaan.

Namun..

RING RING RING

Tiba-tiba, ponsel Alexa berbunyi dan gadis itu langsung mengangkatnya.

"Alexa. Bagaimana keadaan ibumu?" ucap Hoon dari panggilan telepon tersebut.

"Hoon-ah.. maafkan aku. Saat ini, aku sedang tidak bersemangat untuk berbicara dengan siapapun. Apalagi, aku harus merawat ibuku.." jawab Alexa sambil mendesahkan nafas lelah.

"Alexa.. kamu terdengar sangat letih dan lesu. Apakah kamu yakin tidak apa-apa sendirian saat ini?" kata Hoon.

"Sendirian? Apa maksudmu? Sudah kubilang, aku sedang menjaga ibuku." balas Alexa, dengan nada suara yang sedikit kesal karena malas berbicara.

"Maksudku, aku ingin membantumu. Alexa, kamu tahu bukan? Aku sangat mempedulikanmu, sama seperti dirimu yang mempedulikan semua orang yang kau kenal." jelas Hoon.

"Hoon-ah.. maafkan aku. Namun, aku tidak ingin merepotkan siapapun."

"Bicara apa kamu, Alexa? Kamu tidak pernah merepotkan siapapun. Lagipula, kamu harus menjaga dirimu sendiri. Ingat, kompetisi sudah semakin dekat." kata Hoon, dengan sekejap menyadarkan Alexa.

"... Lalu, aku harus bagaimana? Hoon-ah.. aku lelah sekali.." ungkap Alexa akhirnya, dengan nada suara yang cukup tidak berdaya.

"Alexa, dengarkan aku. Saat ini, beristirahatlah dulu. Jangan sampai kau sakit. Aku akan tiba di depan rumahmu 10 menit lagi."

"Baiklah.." jawab Alexa dengan sedikit terpaksa dan ragu-ragu.

Akhirnya, Hoon pun tiba di rumah baru Alexa itu..

"Alexa, beristirahatlah. Aku akan merawat ibumu. Jangan khawatir, beliau hanya demam karena kelelahan." kata Hoon, sambil menenangkan Alexa yang jelas-jelas amat khawatir.

"Terima kasih.. Hoon-ah. Aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu." ucap Alexa dengan tulus.

"Haha. Sudahlah, Alexa. Kamu hanya perlu melakukan yang terbaik dalam kompetisi. Itu saja. Hal itu akan membuat dirimu yang manis dan diriku sama-sama puas dan bahagia." kata Hoon, dengan senyuman jahil yang khas dirinya.

"Hoon-ah.. kau ini. Terima kasih banyak ya." ucap Alexa, akhirnya tenang kembali dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa di ruang tamu.

Sementara Hoon selesai mengompres dahi Jane dengan lap basah, Alexa langsung terlelap.

Hoon keluar dari pintu kamar Jane untuk membiarkan wanita itu beristirahat, lalu menutupnya pelan. Sedetik kemudian, ia menjumpai bahwa gadis yang disukainya itu juga tertidur pulas.

Hoon berjalan memutar, lalu duduk di sofa yang terletak di samping Alexa.

Tanpa sadar, lelaki itu mengamat-ngamati wajah polos Alexa.

Hidung yang mancung, bulu mata yang lentik, bibir yang manis namun juga pedas, serta rambut gelap kecoklatan yang tergerai dengan indah. Semua itu menggambarkan gadis bernama Alexa ini.

Entah sejak kapan Hoon mulai tertarik padanya. Mungkinkah karena kecantikannya? Tidak, Hoon memang menyukai segalanya tentang Alexa. Lelaki itu telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk selalu melindungi Alexa semenjak dirinya dan gadis itu resmi berpacaran. Hanya Alexa yang mampu membuat jantung lelaki itu bergetar dan mengubrak-abrik hidupnya.

Lagi-lagi, Hoon ingin mencium Alexa. Namun, dia tidak ingin mencuri kesempatan pada saat seperti ini. Pemuda itu hanya tersenyum geli.

Terpopuler

Comments

Dream 🐝 Beehive

Dream 🐝 Beehive

baguss lanjutt

2020-04-25

1

Jose Aria

Jose Aria

Baguss yuk semangatt pink 😊☺ penasaran nih sm lanjutannya

2020-04-23

1

Chitose Ayaka

Chitose Ayaka

lho knp kak Pink? semangatt ya kak ❤❤

2020-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!