Bab 12

"Oh, aku mengerti. Lalu, bagaimana kalian akan membuat pantulan objek dari genangan air?" ucap Hoon, setelah para anggota tim telah tenang kembali.

"Hmm.. kami berencana untuk menggunakan sudut pandang bawah, lalu tentu saja membuat genangan air yang sangat besar." jawab Zahra.

"Begitu. Lalu, objek apa yang akan kalian gunakan?" tanya Hoon.

"Rencana kami adalah menggunakan objek berupa bangunan tinggi atau besar yang terletak di belakang genangan air itu." balas Alexa.

"Hmm.." gumam Hoon.

"Bagaimana menurutmu, Hoon-oppa?" tanya Zahra.

"Menurutku, ide kalian sudah bagus."

Keduanya gadis itu langsung tersenyum dengan wajah berseri-seri.

"Namun.." sela Hoon.

"Eh, namun apa, Hoon-oppa?" tanya Zahra.

"Kurasa konsep ini cukup sulit, karena kalian akan memerlukan pencahayaan yang tepat. Sebagai contoh; kalian telah menemukan sebuah lokasi yang cocok untuk mengambil foto, namun tiba-tiba kalian sadar bahwa tempat itu agak gelap. Tempat yang agak gelap atau kurang terang tidak akan membuat foto yang kalian hasilkan sempurna. Efek dari foto itu akan terlihat biasa dan kurang menarik, jadi kalian harus selalu memastikan waktu dan tempat yang paling baik."

Zahra langsung terdiam dan merenung, sedangkan Alexa sedikit tersipu karena kagum akan penjelasan Hoon.

"Apakah kamu sudah mengerti, Tuan Putri?" ucap Hoon tiba-tiba.

"H--Hoon-ah..! Jangan memanggilku seperti itu.." balas Alexa malu-malu.

"Hahaha. Baiklah. Kalau kalian sudah mengerti, aku harap kalian akan berhasil dalam lomba tahun ini. Semangat, fighting!" kata Hoon, menyemangati Alexa dan Zahra.

"Fighting!" balas Alexa dan Zahra hampir secara bersamaan.

Mereka berdua cukup yakin akan konsep mereka, apalagi setelah diberi saran yang bagus oleh Hoon.

"Terima kasih, Hoon-ah." ucap Alexa dengan senyuman manis dan lembut.

"Sama-sama. Kamu manis sekali, Alexa." balas Hoon.

Wajah Alexa memerah, lalu tanpa sadar ia menyeples dada Hoon karena panik seseorang akan melihat mereka. Selain Zahra, para anggota tim yang lain telah berhasil membuat Alexa kewalahan dan salah tingkah.

"Aduh.. apa artinya ini? Kamu ingin menyentuhku?" canda Hoon, sambil mengekeh.

"A--apa maksudmu? Bukan begitu!" Alexa menjawab dengan kalang kabut, sambil menyingkirkan tangannya.

"Iya, iya. Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" kata Hoon.

"Alexa, apa kita perlu menelepon Zac lagi?" tanya Zahra.

"Hmm.. iya juga. Coba kau telepon dia, Zahra. Dia tidak menjawab panggilanku sebanyak 15 kali." ujar Alexa.

"Baiklah." jawab Zahra, lalu mulai menelepon Zac.

TRRRRUUUU

Sayangnya, lagi-lagi telepon itu tidak diangkat walau telah diulang berkali-kali.

Alexa mendesahkan nafas.

Mungkin Zac sedang bergumul seorang diri. Tidak mungkin dia akan berbuat seperti ini tanpa sebuah alasan, terlalu tidak bertanggung jawab.. batin Alexa.

"Jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi padanya? Kurasa Zac adalah seorang yang cukup profesional, sehingga tidak masuk akal jika dia melewatkan latihan sepenting ini. Kita datangi saja rumahnya." saran Hoon.

"Itu boleh saja. Namun, kita tidak tahu alamat rumah Zac." jawab Zahra polos.

"Zahra, Zahra. Bukankah segala informasi ada pada Aunty Elise? Kau ini pelupa sekali." goda Hoon.

"Ukh.. aku mengerti. Aku ingat kok!" seru Zahra membela diri, kedua orang temannya hanya tertawa kecil.

Mereka pun bertanya kepada Aunty Elise yang sedari tadi duduk di dalam ruangan kecil seperti kantor miliknya.

"Ini, alamat Zac dan seluruh anggota tim yang lain ada di dalam buku ini. Namun, untuk apa kalian mencari tahu tentang alamat Zac?" ucap Aunty Elise.

"Ah, itu.. Sebenarnya, kami telah berjanji untuk menyelesaikan latihan kami bersama Zac 7 hari sebelum kompetisi.." jelas Zahra.

"Hari ini rupanya. Baiklah kalau begitu, pergilah ke rumahnya. Aunty mengizinkan kalian." balas Aunty Elise.

Mereka pun bergegas menuju rumah Zac dengan mengendarai mobil Hoon.

Setibanya mereka di sebuah apartemen kecil di pinggir kota..

"Yang mana, Alexa?" ucap Zahra tidak sabaran.

"Unit 3-3. Kurasa yang ini." kata Alexa.

TOK TOK

Sebuah suara dari dalam menjawab, lalu pintu itu terbuka.

"Permisi, kami adalah teman-teman Zac. Apakah Zac ada di rumah?" sapa Alexa kepada seorang ibu tua yang merespon tadi.

"Oh, Zac sedang keluar rumah. Ada apa ya?" kata ibu tua itu.

"Kami adalah teman-teman dari tim fotografi One Solution. Kami datang untuk menanyakan keadaan Zac, sebab ia tidak datang ke One Solution semenjak pagi hari ini." jelas Alexa.

"Kalau benar kalian adalah teman-teman fotografi Zac, lebih baik kalian pergi saja. Anakku tidak ingin bertemu dengan kalian lagi." jawab wanita itu dengan ketus, lalu secara mendadak menutup pintu.

Ketiga anak muda itu pun bingung, kemudian Alexa yang paling nekat langsung mengetuk kembali pintu rumah itu.

TOK TOK TOK

"Apa lagi?" kata wanita itu dingin, seketika membuka pintu sesempit mungkin.

"Mrs. Hills, kami ingin berbicara dengan Zac. Kurasa ada salah paham atau semacam masalah yang sedang dipergumulkan oleh teman kami." jawab Alexa.

"... Kalianlah yang telah membuat masalah kepada anakku. Tiba-tiba, salah satu dari kalian meneror anakku dengan kejam." ucap wanita itu.

"Apa? Siapa yang berani berbuat demikian kepada Zac?!" seru Zahra secara spontan, lalu Hoon dengan rifleks menghalangi Zahra yang hendak mengomel.

"Mrs. Hills, kami adalah sahabat Zac. Tidak mungkin kami akan berbuat demikian kepada teman kami. Percayalah, kami hanya ingin membantu Zac." ucap Alexa.

Akhirnya, ibu tua itu mendesah dan mempersilahkan anak-anak muda itu masuk.

"Zac ada di dalam kamarnya. Aku berbohong kepada kalian." katanya pendek, lalu berjalan menuju dapur di balik sebuah dinding.

"Apa--uppphh!" seru Zahra.

Kali ini, Alexa yang maju untuk menutupi mulut Zahra dengan salah satu tangannya.

"Zahra, jangan emosi dulu. Mrs. Hills hanya melindungi putranya. Ayo, kita coba berbicara dengan Zac." bisik Alexa dengan nada suara menegur.

Zahra mengangguk dan sudah terlihat tenang, lalu Alexa melepaskan tangannya dari mulut Zahra.

TOK TOK

"Zac, ini kami. Bolehkah kami masuk?" ucap Alexa.

"..."

"Zachary Hills, bolehkah kami berbicara denganmu?" tanya Hoon.

"Stt, kamu berlebihan Hoon-oppa." Zahra menyikut Hoon pelan, lelaki itu hanya tersenyum mengejek.

"Pergilah."

"Eh?"

"Pergilah! Aku tak ingin melihat kalian lagi!" sentak Zac dari dalam kamar.

"Apa.. kenapa bisa begitu? Zac, aku masuk ya." kata Zahra tidak suka.

CEKLEK CEKLEK

"Ah..! Kenapa kamu mengunci pintunya, Zac? Apa kamu sudah lupa akan persahabatan kita?!" seru Zahra.

"DIAM! Terutama kau, Zahra!" bentak Zac.

Zahra semakin terkejut, lalu menangis. Alexa pun merangkul gadis itu.

"Zac, kamu tidak perlu emosi seperti itu. Memangnya ada apa? Mengapa kamu tidak mau bercerita kepada teman-temanmu sendiri?" tegur Hoon.

"Huh! Lelaki sempurna sepertimu mana mungkin mengerti! Untuk apa kamu ikut campur!" bentak Zac kasar.

"Zac.. apa kamu tidak tahu bahwa kami sangat berterima kasih atas bantuanmu sebelum lomba dan selama ini? Apakah kamu tidak tahu bahwa kami sangat mengkhawatirkanmu?! Zachary Hills, kamu keterlaluan sekali! Huhuhu.." pekik Zahra.

"..."

"Zac.. kumohon. Jangan seperti ini. Apakah kamu yakin ingin mengusir kami saat ini? Apakah itu berarti kamu akan memutuskan hubungan dengan seluruh anggota One Solution? Kamu lupa akan kebaikan Aunty Elise pada---" ucap Alexa.

"CUKUPP!!" bentak Zac, menyanggah perkataan Alexa dengan kasar.

"Baiklah, kalau itu maumu. Kami tidak akan pernah muncul, bertanya tentangmu, ataupun mengganggumu dengan cara apapun lagi!" kata Alexa dengan nada suara marah dan sangat tegas.

Alexa, Hoon, dan Zahra pun meninggalkan rumah Zac dengan tersinggung.

Sementara itu, di dalam kamar..

"Sial... Sebenarnya, sejauh apa aku dapat menghindar..? Aku hanya ingin melindungi mereka.. teman-temanku yang berharga.." ucap Zac dengan amat sedih dan kecewa pada dirinya sendiri.

"Zac." panggil Mrs. Hills.

"Ya, mom?" Zac pun membukakan pintunya yang terkunci itu.

"Apakah ketiga anak muda tadi memang teman-temanmu?" tanya Mrs. Hills.

Zac mengangguk pelan.

"Kalau begitu, apa alasanmu menolak mereka? Bukankah mereka dapat membantumu mengatasi teror itu?" ucap Mrs. Hills lembut.

"... Tidak. Aku tidak ingin melibatkan mereka. Lawanku adalah seorang pemuda dan seorang gadis kaya yang hendak menjatuhkan One Solution, bila aku tidak mengundurkan diri dengan cara seperti ini. Aku tahu, aku akan terlihat seperti seorang pengecut yang brengsek.. Namun, aku tidak punya pilihan lain. Jika aku melawan, maka mereka akan menarik semua dana investasi mereka dari One Solution.. yang berjumlah 70% dari seluruh keuntungan sejauh ini." jawab Zac.

Mrs. Hills mendesah, lalu berkata dengan iba kepada putranya; "Yang tabah ya, Nak. Mommy yakin uang tidak akan selalu menjadi sumber penyelesaian terhadap masalah. Mommy yakin teman-temanmu akan mengerti dan memaafkanmu pada waktunya nanti."

Zac hanya terdiam. Sementara dirinya melindungi One Solution beserta teman-teman yang dikasihinya, dirinya harus berhadapan dengan berbagai teror dan ancaman, sehingga tidak memungkinkan baginya untuk kembali seperti Zac yang biasanya.

"Zachary.. kurasa sampai di sinilah ceritamu bersama tim One Solution." ucap Zac kepada dirinya sendiri, dengan hati yang sangat gundah dan air mata yang bergelinang.

Terpopuler

Comments

The Sweet Pea

The Sweet Pea

Bgusss ceritanya. Semangatt ya author 😊😊

2020-04-21

1

Orange Cocoa

Orange Cocoa

😍😍 ternyata ada novel ini jg toh. Baguss thorr 💖💜

2020-04-21

2

Red Magnet

Red Magnet

OHH lanjutanny ud keluar?? semangatt kak nnti akan kubaca pasti 👍

2020-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!