Bab 11

Hari ini tersisa 7 hari sebelum kompetisi di Singapura. Alexa, Zahra, dan Zac pun hendak bertemu di One Solution untuk memfinalkan pelatihan dan konsep mereka.

"Selamat pagi, Alexa." sapa Zahra, kemudian duduk di dekat Alexa yang telah tiba lebih awal di tempat itu.

"Pagi, Zahra." balas Alexa.

"Eh, dimana Zac? Tidak biasanya kita lebih awal daripada dirinya, benar bukan?" tanya Zahra kepada Alexa.

"Hnm.. benar juga. Sepertinya ada yang aneh sejak kemarin." kata Alexa, sambil merenung.

"Benarkah? Apanya yang aneh?" desak Zahra yang kurang mengerti.

"Bukankah kemarin Zac tiba-tiba saja pingsan di kamar kecil restoran korea? Hal itu terlalu aneh, karena dia adalah orang yang selalu terlihat sehat dan bersemangat." jelas Alexa.

"Oh.. benar juga ya." gumam Zahra, sedikit khawatir.

"Tidak perlu khawatir. Aku akan menelepon Zac sekarang juga."

TRRRRUUU

Nada suara panggilan telepon itu seperti dialihkan atau handphone Zac sedang tidak aktif.

"Apakah dia tidak mengangkatnya?" tanya Zahra, seketika Alexa menutup telepon.

"Benar.. kurasa dia mungkin saja bangun kesiangan. Tidak mungkin dia akan berada di luar kota atau di luar jangkauan pada saat sepenting ini." jawab Alexa.

"Oh.. lalu, kita harus bagaimana? Tidak mungkin kita berlatih tanpa Zac hari ini." gumam Zahra.

"Hmm.. kurasa kita batalkan saja untuk hari ini. Kita masih memiliki waktu satu minggu untuk memfinalisasi semuanya." ujar Alexa, lalu bangkit berdiri dan hendak mengajak Zahra meninggalkan tempat yang hampir kosong itu.

Seketika mereka beranjak dan hendak pergi dari tempat itu, dari kejauhan Dennis dan Alice yang sedang berbicara berdua melihat ke arah kepergian Alexa dan Zahra.

"Apakah kamu yakin, Dennis?" ucap Alice.

"Ya, aku sangat yakin. Zac pasti telah mengelabuhi Alexa dan Zahra. Dia akan berbuat hal yang sama seperti 5 tahun lalu. Namun, kurasa kedua orang gadis itu terlalu mempercayai Zac dan enggan untuk mendengarkan penjelasanku mengenai orang itu." balas Dennis.

Alice hanya diam saja, lalu berkata; "Terserah. Aku sudah tidak peduli akan kompetisi itu. Lagipula, dari awal aku tidak pernah menyukai Alexa maupun Zahra. Mereka seperti lalat yang mendekati para senior demi mendapatkan pengakuan, pengajaran gratis, atau semacamnya. Peduli terhadap mereka hanya membuang-buang waktuku dan merepotkan saja."

Lalu, setelah berada di luar..

"Ah~ mungkin kita harus beristirahat sejenak dengan menikmati udara pagi." kata Zahra.

"Iya.." balas Alexa pelan, seperti sedang berpikir.

"Ng? Apa yang sedang kamu pikirkan, Alexa?" tanya Zahra spontan.

"Itu.. apakah mungkin Zac mengkhianati kita?"

"Apa?! Itu tidak mungkin, sama sekali tidak masuk akal! Mengapa kamu tiba-tiba berpikir demikian, Alexa?" ucap Zahra sedikit kesal kepada Alexa.

"Jangan salah paham bila aku memberitahumu, Zahra."

Zahra mengangguk dan menunggu penjelasan dari Alexa.

"Sebenarnya.." Alexa pun menjelaskan kepada Zahra secara rinci mengenai perkataan Dennis sebelumnya.

"Ah.. mengapa bisa begitu..? Aku tidak dapat mempercayainya." kata Zahra pelan dan sedikit lesu.

"Benar. Aku juga tidak yakin. Kurasa semua ini hanyalah sebuah salah paham yang belum terselesaikan di antara Alice dan Zac." ujar Alexa.

Lalu, tiba-tiba..

SYUTT

Mereka sedikit terkejut melihat sebuah bola kertas kecil yang dilemparkan ke depan mereka.

"Hei, sedang apa kalian di luar sini?" ucap seseorang.

"Hoon-ah!" seru Alexa.

"Oh, Hoon-oppa rupanya." Zahra mengekeh.

Tiba-tiba, lelaki itu berjalan mendekati Alexa dan memeluknya lembut.

"Alexa, aku kangen sekali padamu." ucapnya, sambil tersenyum jahil.

Tentu saja, wajah Alexa langsung merah padam seperti kepiting rebus.

"Uwaaa, kalian manis sekali!" pekik Zahra, semakin membuat Alexa ingin meronta dan melepaskan diri dari pelukan Hoon.

Sayangnya, Alexa menjadi amat tidak berdaya dan malah meneteskan air mata.

"Hoon-ah.. aku juga rindu padamu." kata Alexa, secara tidak terduga.

Dua orang temannya langsung bengong sejenak, lalu cengengesan.

"Kalau begitu, sekarang kita resmi berpacaran, benar bukan, Alexa?" ucap Hoon dengan suara jahil yang amat disukai oleh Alexa.

Entah mengapa, suara dan lain-lainnya dari lelaki itu amat membuat Alexa tertarik dan berdebar.

"Mmm.. itu..." gumam Alexa, dengan wajah tersipu.

Zahra terus-menerus menyoraki mereka dan bersiul senang, sehingga membuat Alexa semakin malu dan kewalahan.

"Stt, diam dulu, Zahra. Aku ingin mendengar jawaban dari Tuan Putri Alexa." goda Hoon.

".. Hoon-ah.. aku.."

DEG DEG DEG

Jantung Alexa berdetak cepat, kemudian ia dengan cerdik berkata; "Bagaimana jika kamu menjadi pengajar kami, menggantikan Zac untuk sementara?"

Mendengar itu, Zahra langsung melongo. Gadis itu pun memprotes; "Ah, bagaimana sih kamu ini, Alexa? Berapa kali lagi kamu akan menolak pernyataan cinta dari Hoon-oppa?!"

"Hahaha." tiba-tiba, tawa Hoon memecahkan suasana tegang itu.

"Hoon-ah.." ucap Alexa pelan, merasa amat bersalah.

"Aku tidak apa-apa. Baiklah, aku akan membantu kalian. Lagipula, aku cepat-cepat kembali hanya untuk bertemu dengan Alexa." kata Hoon santai.

Seketika, wajah Alexa langsung memerah. Hatinya dipenuhi rasa menyesal, sehingga tanpa sadar ia memukul kepalanya dengan tangannya sendiri.

"Alexa?" ucap kedua orang temannya secara bersamaan.

"Baiklah! Aku mau.. kita pacaran saja, Hoon-ah..!" seru gadis itu secara tiba-tiba.

Entah darimana keberanian itu, akhirnya Alexa menjadi semakin malu dan hendak kabur saja dari tempat itu.

GREPP

"Tunggu." kata Hoon, dengan cekatan meraih tangan Alexa yang hendak kabur.

"H--Hoon-ah.."

"Kamu harus bertanggung jawab, Alexa."

"A--apa maksudmu?"

"Kamu telah membuatku tidak dapat menahan diri karena perkataan manismu barusan."

"A--pa..? Lalu.. bagaimana aku harus.. bertanggung jawab?" tanya Alexa dengan terbata-bata dan kikuk, sementara Zahra hanya menikmati pertunjukan ini.

"Seperti ini."

"Eh-- mmmpph!"

Tiba-tiba, lelaki itu menarik tubuh Alexa mendekat dan mencium gadis itu dengan lembut.

Seketika melepaskan tubuh Alexa, gadis itu langsung lemas dan wajahnya merah sekali seperti sedang demam.

"UWAAAAA!! SO SWEETTT!! KYAAAA!!" pekik Zahra menjadi-jadi.

Alexa tidak tahu harus berkata apa. Gadis itu hanya berani di luarnya saja, namun sebenarnya dia adalah seorang gadis yang amat pemalu dan mudah tersentuh oleh hal-hal romantis.

"Yuk, kita berlatih." kata Hoon, tiba-tiba menggandeng tangan Alexa yang bengong.

Hoon menarik tangan Alexa sambil berjalan berbalik arah menuju tempat pertemuan One Solution itu.

Sementara itu, Zahra masih tersipu dan berbicara seorang diri.

"Sudah kuduga, kalian memang pasangan serasi. Aku senang sekali, aku pasti akan selalu mendukung kalian. Hoon, Alexa, selamat atas--- eh..?"

Beberapa detik kemudian, Zahra berteriak kencang dan mengaum seperti seekor macan yang hendak membalas perbuatan jahil Hoon.

Namun, seketika tiba di One Solution, dirinya malah ikut-ikutan bersorak-sorai dan menyemangati Alexa dan Hoon bersama-sama dengan para anggota tim yang lain.

Sementara itu, di kejauhan, dua orang di antara segelintir orang yang tidak ikut menyoraki Alexa dan Hoon mulai bercakap-cakap.

"Huh. Akhirnya, mereka jadian juga. Sekarang akan jadi semakin sulit untuk membujuk Alexa yang keras kepala dan Zahra yang bodoh itu." ucap Dennis.

"Hmm.. terserah. Untuk apa kamu terus-menerus membahas tentang mereka di hadapanku? Mengganggu saja." balas Alice.

"Alice, kamu tenang saja. Aku pasti akan membantumu membalas dendam." ucap Dennis yakin.

Alice tidak terlalu menghiraukan perkataan pria itu dan hanya mendesah, lalu ia beranjak dari kursi untuk memulai latihan memotret seperti biasa.

Terpopuler

Comments

Luca

Luca

OHH AKHIRNYA JADIAN WKWK HOON N ALEXA THE BEST DEH 👍👍

2020-04-21

1

Hiroshima

Hiroshima

👍👍

2020-04-20

1

Barbie

Barbie

lanjutttin cii

2020-04-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!