Setelah ditinjau dan dirundingkan oleh Aunty Elise dan pemilik cafe, esoknya telah diputuskan bahwa mereka akan memilih hasil pemotretan Alexa untuk spanduk, iklan, dan majalah cafe.
"Wah, hebat kamu, Alexa!" seru Hoon, seorang anggota asal Korea Selatan, diikuti oleh sorakan anggota-anggota lain.
"Iya.. terima kasih semuanya." jawab Alexa, sedikit kurang bersemangat daripada biasanya.
Walau biasanya Alexa memang rendah hati, namun ia tidak pernah terlihat lesu. Oleh karena itu, semua anak anggota tim merasa ada sesuatu yang telah mengganggu pikiran gadis itu.
"Ada apa, Alexa? Apa kamu ada masalah?" tanya Hoon.
Semua anak di One Solution memang saling perhatian dan sensitif terhadap perubahan yang timbul diantara mereka. Alexa pun yakin bahwa ia takkan dapat terus menutupi kegalauannya.
Handphone Alexa sedari tadi terus berdering. Di layar handphone tersebut tercantum kata Mama, namun ia tidak mengangkatnya.
"Alexa, kenapa kamu diam saja dan tidak menjawab teleponmu? Apa kamu tidak apa-apa, Alexa?" tanya Hoon lagi, wajahnya semakin menyorotkan perhatian seketika melihat wajah Alexa yang memucat dan bingung.
"Tidak, tidak apa-apa, Hoon-ah. Aku akan menghubungi Eomma nanti saja." jawab Alexa dalam bahasa Korea.
"Baiklah. Kalau ada sesuatu, jangan sungkan-sungkan untuk memberitahu kita semua ya, Alexa?" kata Hoon, dalam bahasa kebangsaannya.
Alexa memang dapat berbicara dalam beberapa bahasa asing, karena telah sering berkumpul dan mempelajari secara langsung dari teman-teman se-timnya, serta secara otodidak ketika ia memiliki waktu luang.
Sejauh ini ia dapat berbicara dan memahami bahasa Jepang, Korea, Mandarin, Prancis, Inggris, dan tentu saja bahasanya sendiri.
Alexa cenderung cepat belajar dan tidak pelit ilmu. Ia suka sekali berbagi dengan teman-temannya, sehingga gadis itu amat disayangi seperti saudari dan dihormati oleh mereka. Begitu pula bagi Alexa, semua anak di tim One Solution adalah keluarganya.
Setelah berbincang-bincang dengan anak-anak lain, tiba-tiba Aunty Elise memanggil Alexa.
"Alexa, Aunty ingin kamu mengikuti lomba yang akan diadakan dua pekan ke depan. Ini lomba tim dua orang yang akan dilaksanakan di Singapura. Carilah seorang anak dari tim untuk membantumu. Bagaimana? Kamu pasti tertarik, bukan?" kata Aunty Elise dengan senyuman hangat.
"Ahh.. itu, ya. Tentu saja Alexa tertarik.." jawab Alexa, dengan kurang bersemangat dan sedikit kaku.
"Alexa. Kudengar kamu terlihat murung sejak kemarin. Biasanya kamu tidak pernah murung bila sedang bersama kami. Ada apa, Alexa?"
"Aunty Elise.. jika berkenan, bolehkah kita berbicara berdua saja di tempat kita yang biasanya?" tanya Alexa ragu-ragu.
"Baiklah. Aunty akan memberitahu yang lain, setelah itu kita pergi ke sana."
Para anggota tidak ada yang merasa keberatan, mereka malah memutuskan untuk nongkrong lebih lama lagi di cafe, kemudian mereka berencana untuk pergi ke tempat karaoke bersama-sama.
Alexa pun pergi dengan Aunty Elise menuju 'markas' mereka, yakni sebuah unit luas di apartemen yang terletak di kota Surabaya Barat.
Setibanya di dalam ruang pertemuan tim, Aunty Elise dan Alexa menyalakan lampu dan AC, mengambil kursi, dan mulai berbicara.
"Sekarang kamu bisa menceritakan semuanya kepada Aunty. Kamu ada masalah apa, Alexa?" tanya Aunty Elise dengan sabar, ia menyentuh tangan Alexa yang sepertinya sedikit menggigil karena gugup.
"Sebenarnya.."
Alexa pun menceritakan semuanya kepada Aunty Elise, meski dengan berat hati dan malu pada dirinya sendiri yang meminta terlalu banyak dari Aunty Elise.
"Alexa, kamu tidak perlu merasa minder atau kecewa kepada dirimu sendiri karena masalah keluargamu. Tidakkah kamu menyadari bahwa kami semua sangat mempedulikanmu? Tim kita ada untuk membantu satu sama lain di saat susah seperti ini. Apakah kamu mengerti, Nak?" ucap Aunty Elise, mengusap air mata Alexa yang bercucuran.
"Aunty Elise.. terima kasih.. Namun, sebenarnya Alexa sangat tidak ingin merepotkan Aunty ataupun teman-teman.."
"Alexa, kamu tidak pernah merepotkan ataupun menyusahkan kami. Kamu malah banyak membantu dan mengesankan kami semua dengan ketulusan dan kegigihanmu. Jadi, janganlah kamu merasa demikian. Ingatlah berapa banyak orang lain dan anggota tim yang telah kamu bantu. Saat ini adalah giliran kami untuk menolongmu, Nak."
"Terima kasih, Aunty.. terima kasih.."
Alexa menangis terisak-isak. Aunty Elise pun memeluknya lembut.
Aunty Elise menyuruh Alexa untuk menelepon dan memberitahu ibunya bahwa Aunty Elise akan menyediakan ruang kosong di salah satu apartemennya di kota Surabaya. Ia juga berkata bahwa ia akan memberitahu beberapa anak yang paling dekat dengan Alexa untuk menghibur dan membantunya, jika Alexa mengizinkan.
Alexa merasa amat bersyukur, ia pun mengizinkan Aunty Elise untuk menghubungi Zahra, Keiko, Hoon, dan Damien. Keempat anak muda tersebut adalah teman-teman yang sejauh ini paling dipercaya dan memiliki kedekatan secara khusus dengan Alexa.
Tak lama setelah keempatnya dihubungi oleh Aunty Elise, mereka pun berkumpul di tempat itu.
"Alexa, kami akan selalu membantu dan mendukungmu. Jadi, kamu jangan berkecil hati dan teruskanlah mimpimu." ucap Zahra.
"Benar, Alexa. Kamu harus mengikuti lomba dua pekan mendatang. Itu kesempatan baik untukmu agar lebih sukses dan dapat membantu Mamamu." saran Hoon.
"Alexa, kami akan merindukanmu selama kamu mengikuti lomba. Namun, kamu harus mengambil kesempatan ini. Kamu akan dihadapkan dengan para ahli fotografi dari berbagai bangsa dan kamu akan dapat belajar banyak hal dari lomba ini." ujar Keiko, berusaha meyakinkan Alexa.
"Alexa, itu menurut kami. Namun, bagaimana dengan pendapatmu?" Damien bertanya kepada Alexa, sekejap mereka berempat menunggu jawaban dari Alexa.
"Umm.. itu.. menurutku juga baik untuk mengikuti lomba ini. Namun.." ucap Alexa.
"Namun?" tanya Damien, yang berusia paling dewasa diantara keempatnya.
"Aku harus memilih salah seorang saja untuk membantuku.." kata Alexa ragu-ragu dan sedikit khawatir bila para sahabatnya akan salah paham.
"Ah, itu. Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya, Alexa. Kamu telah dipilih oleh Aunty Elise untuk mewakili kami semua, jadi itu merupakan suatu kehormatan bagi kami semua. Seperti Hoon yang terpilih tahun lalu. Lalu, soal kamu akan memilih siapa, itu adalah kebebasanmu dan kami akan amat senang dan mendukung keputusanmu. Lagipula, kamu akan membawa nama tim ini dan menginspirasi banyak orang seperti dirimu yang biasanya." ujar Damien dengan bijak dan pengertian.
"Terima kasih, Damien. Kamu memang seperti seorang kakak bagi kami." ucap Alexa dengan senyuman manisnya.
"Haha. Aku bukan yang tertua lho. Masih ada Zhen dan Dennis di tim kita." canda Damien.
"Lalu, bagaimana dengan Hoon-oppa?" canda Zahra, sambil melirik ke arah Hoon dan Alexa secara bergantian.
Zahra memang selalu usil dan sering mencurigai adanya hubungan romantis diantara teman-temannya.
"Ah, Zahra. Kau ini." kata Alexa malu-malu.
"Alexa, kamu pacaran saja dengan Hoon-oppa." ujar Keiko, ikut-ikutan menggoda Alexa dan Hoon.
"Keiko.. kalian semua kenapa sih?" wajah Alexa merona, karena Hoon hanya memandangnya dengan ekspresi yang biasa saja dan tenang.
"Bagaimana menurutmu, Hoon?" tanya Damien, dengan senyuman usil.
Bahkan, Damien pun jadi ikut-ikutan.
"Hmm.. itu tergantung Alexa. Kalau aku sih tidak keberatan asalkan Alexa tidak memandang lelaki lain. Selama ini, kurasa ada banyak sekali lelaki yang mengincar Alexa karena talenta dan kepolosannya." ucap Hoon, secara tidak terduga dan membuat yang lain melongo.
Mereka mulai menyorak-nyoraki mereka berdua. Bahkan, Aunty Elise ikut bergabung untuk menggoda kedua insan itu.
"Hoon! Kenapa kamu berkata begitu?" ucap Alexa, dengan wajah merah seperti kepiting.
"Sudahlah, Alexa. Kamu tidak perlu menutup-nutupi perasaanmu lagi. Kami semua tahu bahwa kamu sangat cocok dengan Hoon-oppamu yang tampan." ucap Zahra, semakin berhasil membuat Alexa tersipu dan sedikit salah tingkah.
"Anak-anak, sudah hentikan. Kalian membuat Alexa gugup dan jadi tidak dapat menyatakan perasaan kepada Hoon." ucap Aunty Elise.
Mata Alexa membelalak, ia tidak menyangka bahwa Aunty Elise akan mendukung perdebatan konyol ini.
"Alexa, maukah kamu menjadi pacarku?"
Ditambah lagi, saat ini Hoon berlutut di depannya secara dramatis dan.. mengajaknya berpacaran??
Yang lain bersiul dan bersorak senang, mereka juga menyebut-nyebutkan 'oppa' dan 'drama Korea' atau drakor.
"Hoon-ah.. aku.. akan menjawabnya nanti saja." jawab Alexa dengan kepala tertunduk dan wajah merah padam, ia dengan cepat beranjak dari kursi dan berjalan keluar dari pintu.
Mereka semua tersenyum dan tertawa kecil melihat tingkah Alexa yang malu-malu kucing.
Sementara itu, di luar ruang pertemuan, Alexa menghela nafas dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Kok bisa sih mereka tahu.. bahwa aku tertarik pada Hoon..? Seluruh anggota tim fotografi memang tidak dapat diremehkan dalam hal kepekaan..!" ujarnya seorang diri selama beberapa saat, sebelum akhirnya kembali ke dalam ruangan dan berbicara secara normal dengan yang lain.
Sesekali Alexa memandang ke arah Hoon dengan bertanya-tanya. Bagaimana Hoon bisa tahu akan perasaanku dan juga menyukaiku?
Namun, ia mengalihkan pandangannya dengan cepat ketika Hoon balas memandangnya. Hoon hanya sekilas tersenyum kecil, secara misterius dan tidak disadari oleh yang lain.
Kini, bagaimana Alexa akan berbicara dengan Hoon? Akankah ia mengajaknya turut serta dalam lomba internasional mewakili One Solution tahun ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Green 💚
Baguss thor 😍😍
2020-04-25
1
Ara Gucci
baguss! semangat trs author! lanjut ~❤
2020-03-24
1
Channi
auuuhhh lanjutan ud keluar toh. thank you author ku tercinta 😍😁😁😅
2020-03-24
1