Bab 3

Setiap minggu ke-3 di hari Senin, Alexa selalu mendapatkan pengajaran mengenai teknik pergerakan kamera untuk membuat film dari sang ayah. Alexa tahu bahwa ayahnya memiliki kemampuan yang lebih unggul dari orang-orang lain di sekitarnya dalam teknik khusus ini. Namun, kini Alexa amat kesal dan malas bertemu bahkan berbicara dengan ayahnya.

Oleh karena itu, ia memilih untuk bertemu dengan beberapa teman tim fotografi sepantarannya di sebuah cafe.

"Alexa, sudah beberapa minggu kita tidak bertemu. Aku kangen sekali padamu." ucap Keiko; seorang gadis asal Osaka, Jepang, dari tim fotografi tersebut.

"Kukira kamu telah melupakan One Solution dan semua teman-temanmu, Alexa! Kami lama sekali tidak melihat atau mendengar tentangmu!" ucap Damien; seorang fotografer asal Amerika Utara, tepatnya Ontario, Kanada.

Mereka semua berbicara dalam bahasa Inggris dan sesekali berbahasa Indonesia. Selain Keiko dan Damien; ada pula Zhen, Hoon, Rahul, Zac, Ritu, Alice, Zahra, Matteo, dan beberapa anak muda asal berbagai negara yang berbeda-beda. Jumlah perkumpulan hari ini sekitar 15 orang.

Tim fotografi One Solution memang merupakan tim perkumpulan anak muda internasional yang dikenal dengan ciri khas, misi dan visi, serta bakat dan keunggulan mereka dalam dunia fotografi di usia yang masih sangat muda.

Tim ini didirikan oleh Aunty Elise, seorang wanita paruh baya asal Prancis yang amat mencintai fotografi dan alam.

Sebagian dari beberapa tujuan utama Aunty Elise dalam mendirikan tim fotografi ini adalah untuk menginspirasi anak-anak muda dan orang banyak melalui seni fotografi, membangun semangat dan rasa percaya diri yang tinggi, membangun hubungan erat dengan sesama terlepas dari warna kulit dan lain sebagainya, dan bahkan membina kualitas moral mereka.

Aunty Elise merupakan seorang fotografer handal yang berpengalaman. Ia telah dikenal di berbagai penjuru dunia dengan teknik pemotretan gabungan yang ia ciptakan, yakni Eagle Eye Camera Technique.

Dengan menggunakan teknik tersebut, ia dapat menghasilkan foto-foto yang amat mengagumkan dan indah, serta terfokuskan pada suatu titik dimana pemandangan di sekitarnya akan terlihat seolah melebur dan melebar dalam sebuah sudut melingkar, tanpa merusak sudut dan ukuran asli gambar tersebut.

Efek-efek dari teknik yang dihasilkannya itu benar-benar terlampau sulit untuk dicapai dan unik, mirip dengan sudut pandang mata seekor burung elang yang tajam dan bulat. Hingga sejauh ini, belum ada orang yang dapat menjiplak teknik yang dikuasai oleh Aunty Elise tersebut. Oleh karena itulah, banyak anak-anak muda yang ingin belajar darinya mulai dari tingkat paling basis sekalipun.

Mereka telah menyewa cafe tersebut untuk seharian penuh, dan diizinkan untuk mengambil gambar-gambar menarik di dalam dan dari luar cafe tersebut.

Cafe tersebut didesain secara cukup menarik dan unik, dengan seluruh dinding yang mirip lukisan dan nuansa kayu di dalam cafe yang membuat cafe tersebut terkesan artistik dan modern. Kemudian, para pramusaji di dalam cafe tersebut mengenakan pakaian dengan bahan dasar jeans, yakni pakaian kasual, sehingga menambahkan kesan 'gaul'.

Selain itu, lagu-lagu yang digunakan di dalam cafe itu kebanyakan adalah lagu-lagu daerah dari hampir seluruh Indonesia yang bernuansa tenang dan harmonis, serta musik-musik klasik-- alih-alih musik metal rock atau yang membuat suasana meriah dan heboh. Perpaduan ini membuat banyak orang ingin berkumpul, menikmati, atau menghabiskan beberapa waktu dengan tenang di dalam cafe tersebut.

Sebenarnya, kesempatan ini adalah kesepakatan win-win antara anggota tim fotografi dan pemilik cafe, dengan peluang menjanjikan untuk mempromosikan cafe.

"Alexa, apakah tadi kamu berkata ingin bertemu dengan Aunty Elise?" tanya Zahra, seorang gadis asal Turki, sementara mereka bersama-sama mengambil foto di dalam cafe yang cukup luas tersebut.

"Benar. Ada hal yang ingin kukatakan secara pribadi dengan beliau. Selama ini aku tidak pernah meminta bantuan apapun dari orang lain, namun kali ini aku benar-benar.." Alexa terlihat muram ketika berkata demikian.

"Alexa.. kamu tidak usah khawatir. Di dalam tim kita yang meski hanya terdiri dari 48 orang ini, semuanya akan siap untuk mendukung dan membantumu setiap saat kamu membutuhkan kami. Jangan berkecil hati setiap kali kamu menghadapi masalah, ok?" ucap Zahra dengan lembut.

"Baiklah. Terima kasih, Zahra." kata Alexa.

Zahra tersenyum ramah dan berkata; "Sama-sama, Alexa. Yuk, kita segera mengambil foto. Perlihatkan kebolehan kita, sebab nanti Aunty Elise dan pemilik cafe akan memilih foto terbaik dari antara kita."

Mereka pun mulai mengambil foto dengan lihai dan cermat. Semuanya nampak berbakat dan bersemangat.

"Mrs. Elise, kurasa anggota tim muda-mudi yang anda dirikan ini benar-benar handal dan sangat menginspirasi. Bagaimana cara anda mengumpulkan para ahli fotografi muda ini dari berbagai penjuru negara?" tanya pemilik cafe, yang juga fasih berbahasa Inggris.

"Ah, itu bukan apa-apa. Saya hanya mengumpulkan para pecinta fotografi dan alam yang tergerak untuk mengadakan perkumpulan demi saling mengenal dan mempelajari teknik, budaya, dan ciri khas masing-masing." jawab Aunty Elise.

"Ah, begitu rupanya. Lalu, apakah mereka harus diseleksi terlebih dahulu sebelum menjadi anggota tim?"

"Hmm.. sebenarnya, saya tidak pernah mengadakan penyeleksian atau pemilihan secara ketat dan khusus kepada para calon anggota. Yang saya berikan hanyalah pelatihan demi pelatihan."

"Apakah semua pelatihan tersebut dikenakan biaya?" tanya pemilik cafe, semakin penasaran.

"Tidak, sama sekali tidak. Namun, kami sering mengadakan pengumpulan dana secara sukarela untuk kelak dapat memberikan sumbangan sosial dan bala bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, baik secara nasional maupun internasional."

"Lalu, apakah sejauh ini pencapaian yang telah diraih oleh tim ini sangat besar atau lumayan?" tanya pemilik cafe.

"Benar. Itu karena kami telah mengikuti berbagai lomba nasional maupun internasional, baik secara perorangan maupun tim. Hasil yang kami capai bukan hanyalah materi, namun juga pengalaman dan kemampuan untuk lebih lagi menginspirasi sesama. Sejujurnya, saya melakukan pula pendisiplinan dan pemantauan secara dadakan kepada para anggota."

"Pendisiplinan dalam bentuk apakah itu, Mrs. Elise?" tanya pemilik cafe, semakin kagum dan penasaran pada tim One Solution.

"Saya selalu mengamati siapa di antara kami yang tidak berminat untuk bekerja sama, melakukan penggelapan dana, ataupun saling menjatuhkan rekan, serta tidak memiliki jiwa sosial dan ketulusan yang murni."

"Wah.. bukankah hal itu sulit untuk dipantau, Mrs. Elise?" ucap pemilik cafe.

"Bagi saya, hal itu seperti menemukan titik-titik hitam yang amat jelas di atas kertas putih. Meski titik-titik tersebut bisa saja berdampingan dengan satu sama lain, tetap saja yang seperti itu tidak akan bertahan dalam tim kami."

Pemilik cafe semakin terkesima, kemudian ia bertanya lagi; "Lalu, apakah ada sanksi atau hukuman yang akan diberikan kepada para pelanggar aturan?"

"Tentu saja, meski tidak secara verbal maupun kekerasan fisik, namun pendisiplinan itu akan amat terasa. Kami menggunakan sistem pendisiplinan secara social distance dan benevolent act; dimana saat setiap anggota membutuhkan kerja sama tim, seorang yang dijatuhi tindakan pendisiplinan diharuskan untuk mengerjakan semuanya seorang diri dan tidak akan mendapatkan royalti sebesar anggota yang lain. Hal itu sudah jelas, sebab semua orang dalam tim ini akan lebih bersinar dan berhasil bila mau bekerja secara tim. Dana pengeluaran pun dibagi secara tim, dan tidak boleh ada yang membantu orang yang sedang didisiplinkan."

"Oh.. jadi begitu. Wah, benar-benar tim yang sangat menarik ya.. Seandainya saya masih muda, mungkin saya akan tertarik untuk bergabung." ucap pemilik cafe yang berusia sekitar 40 tahun tersebut dengan senyuman.

"Haha. Anda bisa langsung saja mendirikannya, Mr. James. Buktinya, anda memiliki sebuah cafe yang sukses dan modern." kata Aunty Elise ramah.

Mereka bersenda gurau dan berbicara dengan ramah selama beberapa saat.

Sementara itu dari kejauhan, Alexa sesekali mengamati kedua orang yang sedang berbicara tersebut. Ia berpikir dalam hatinya; Kapan aku akan dapat mendiskusikan hal pribadi ini dengan Aunty Elise tanpa merasa sungkan.. semoga beliau bersedia untuk mendengarkan pergumulan kami..

Terpopuler

Comments

Girl on Fire

Girl on Fire

♥️♥️

2020-03-24

1

Ani Lestari

Ani Lestari

kereennn 👍

2020-03-24

1

Justin AAA

Justin AAA

mantapzz smp ga tidur" bacanya wkwkwk

2020-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!