Keesokan paginya, sekitar pukul 8 pagi..
"Alexa, bangunlah. Kita harus bersiap-siap sekarang. Daddymu sudah pergi dari tadi." ucap Jane, sambil menggoyang tubuh anaknya.
"Mom, apa kita harus pergi sekarang juga?" tanya Alexa, setengah terpejam.
Mendengar perkataan Alexa, sang ibu langsung lesu dan berkata dengan kecewa; "Tuh kan, kamu memang tidak berniat untuk menemani mommy, seperti perkataanmu semalam."
"Bukan begitu, mom. Alexa merasa tadi malam daddy telah menguping pembicaraan kita." kata Alexa dengan cepat.
"Alexa, kamu tidak perlu mengelak lagi. Sudah, mommy akan pergi seorang diri." Jane tiba-tiba mulai meringkas dan memasukkan barang-barangnya ke dalam sebuah koper besar berwarna hitam.
"Mom! Kenapa sih mommy begini terus? Kapan mommy akan mengerti maksud Alexa?" Alexa menggerutu.
"Kamu di sini saja, ikut daddy. Mommy akan pergi dari sini." Jane berkata dingin.
"Mom..!" Alexa memeluk ibunya.
"Sudah, tidak usah berpura-pura. Kau sudah cukup besar untuk mengetahui fakta. Mommy tidak sesukses daddy, jadi kamu harus ikut dengannya agar kamu bisa hidup layak." kata Jane dengan berat hati, namun berhasil ditutupi olehnya dengan sangat baik.
"Mom...!!" Alexa memekik dengan tangisan.
"Sudah, simpan saja air matamu. Mommy harus pergi sekarang juga, sebelum daddymu kembali."
"Mom!! Teganya mommy meninggalkan Alexa! Mommy jahat!" Alexa menangis keras.
Melihat putrinya yang menangis cukup serius dan memilukan, hati Jane mulai tergerak kembali.
"Alexa.. mommy hanya ingin pergi dari tempat ini dengan secepatnya." ucap Jane sendu, sambil duduk kembali di atas ranjang.
"Namun, apakah mommy sudah memiliki rencana akan tinggal dimana?" tanya Alexa tiba-tiba, secara logis.
"Alexa, itu.."
Jane terdiam. Ternyata, ia memang benar-benar belum memikirkan segalanya, dan hanya terbawa emosi serta kebutuhan untuk segera meninggalkan suaminya. Ia benar-benar telah dibutakan oleh luka hati dan kekecewaannya.
"Mom, kumohon berikan Alexa waktu. Alexa akan mendiskusikan hal ini kepada Aunty Elise, seorang pemimpin dari tim fotografiku. Dia baik dan suka menolong. Selama ini, dia telah menyediakan banyak sekali bantuan dari harta kekayaannya untuk para orang miskin dan juga anggota tim yang kesulitan."
"Alexa, bagaimana jika dia menolak untuk membantu kita?" Jane bertanya gusar.
"Mommy tidak usah khawatir. Dia benar-benar orang yang sangat baik. Alexa tidak mengarang-ngarang. Dia adalah seorang wanita berkebangsaan Prancis yang sudah lama tinggal di Indonesia dan sudah amat sangat membantu orang lain." kata Alexa meyakinkan ibunya.
"Orang Prancis?" Jane terkejut.
"Iya, mom. Tapi, jangan khawatir. Dia benar-benar lancar berbahasa Indonesia dan dia sangat ramah serta enak diajak bicara." kata Alexa.
"Tapi.. darimana kamu tahu bahwa daddymu menguping semalam?" tanya Jane.
"Hmm.. untuk tingkat kesensitifan, Alexa tidak kalah dengan mommy dan daddy. Bukankah kita bertiga adalah fotografer yang sejak dulu selalu sigap menemukan dan menangkap sosok apapun yang bergerak sekalipun ketika memotret? Makanya, kita dijuluki -Keluarga Fotografi Fantastis- bukan? Sedikit saja daddy bergerak semalam, Alexa sudah bisa merasakannya." jelas Alexa.
Sang ibu mendesah, lalu berkata; "Baiklah. Mommy berharap kepadamu. Jangan sampai kamu lupa bertanya atau berdiskusi dengan wanita itu."
Alexa mengangguk, kemudian ia berkata; "Mom, tidurlah lebih lama lagi bila mommy masih mengantuk. Semalam nampaknya mommy masih susah tidur."
"Alexa.. kenapa kamu jadi ikut terbangun gara-gara mommy?"
"Sudahlah, mom. Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan apapun. Sebaiknya, sekarang mommy beristirahat sementara Alexa akan membuatkan makan pagi untuk kita berdua." Alexa beranjak dari ranjang.
"Alexa.." Jane hendak beranjak pula dari ranjang, namun--
"Mom, istirahatlah. Alexa mohon. Lihat, betapa pucatnya wajah mommy.." Alexa menghalangi ibunya turun dari ranjang.
Jane ragu-ragu sejenak, kemudian membalas; "Baiklah, Alexa. Terima kasih ya, anakku."
Alexa dengan riang segera berjalan keluar kamar menuju dapur. Ia mulai menyiapkan susu cair dan membuat breakfast sandwich yang terdiri dari roti tawar, scrambled egg, beberapa irisan tomat tipis, ham, keju, saus barbecue, dan sedikit mayonnaise.
Ia menusukkan setiap potongan sandwich tersebut dengan sebuah tusukan kayu yang sedikit panjang, kemudian meletakkannya dengan rapi dari atas alas memotong ke sebuah piring. Ia juga mengambil nampan, lalu meletakkan makanan dan minuman itu di atasnya.
"Mom, makanannya sudah si---" ketika Alexa memasuki kamarnya, sang ibu sudah tertidur lelap.
Alexa hanya tersenyum lembut melihat ibunya yang akhirnya dapat beristirahat dengan baik. Ia meletakkan nampan berisi makanan itu di atas meja makan, lalu menutupinya dengan tudung saji.
Ia menutup pintu kamar, lalu makan seorang diri di meja ruang tamu sambil menonton TV.
Ia memutar saluran Netflix dan mulai memilih film yang berjudul "Our Planet".
Alexa memang suka menonton film yang berhubungan dengan kamera dan alam. Ia pun memutar film binatang setelah selesai menonton film tersebut.
Tak terasa, ia sudah keasikan menonton TV selama 3 jam. Sang ibu sudah terbangun dan mandi, kemudian ia melihat Alexa yang masih saja menonton TV.
"Alexa, mandilah. Jangan terpaku dengan TV terus." suruh Jane kepada putrinya.
"Baik, mom." Alexa beranjak dari sofa, kemudian mencuci piring dan bersiap untuk mandi.
Setelah selesai mandi, tiba-tiba..
"AAAAHHH!!"
Ia mendengar suara jeritan sang ibu.
"Mommy?!" Alexa mencari ibunya dengan amat khawatir, ia melemparkan handuk yang melingkar di bahunya ke atas sofa ruang tamu. Ia sudah berpakaian lengkap, namun rambutnya masih basah dan meneteskan air.
Seketika menemukan ibunya, wajah Alexa langsung menegang dan matanya membesar penuh amarah.
Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, sang ibu sedang dipukuli oleh ayahnya... yang membawa seorang wanita lain.
"CUKUPP!!" Alexa menjerit, lalu melindungi ibunya dengan pelukan erat.
"Alexa..! Minggir, cepat minggir! Pergilah, Nak!" Jane memerintahkan putrinya untuk membiarkannya seorang diri.
"Tidak mau!! Alexa tidak akan meninggalkan mommy! Tidak mauu!!" Alexa menjerit.
Tiba-tiba, Chris yang mengamuk secara buta itu menarik tubuh Alexa dengan kasar dan hendak memukuli istrinya lagi, namun--
"Tidakk!! Jangan pukul mommy!! Daddy..! Alexa mohon.." Alexa menjerit histeris sambil menangis, ia menahan kaki ayahnya dalam kedua lengannya.
Akhirnya, sang ayah yang seperti kesetanan itu mulai bernafas pendek-pendek dan keras, lalu berangsur-angsur tenang kembali.
Ia membungkukkan badan, kemudian menyentuh lengan putrinya dan berkata; "Alexa.. Daddy--"
PLAK
Tiba-tiba, Alexa menampar tangan ayahnya dengan kasar. Ia terlihat begitu marah dan kecewa. Matanya merah dan menyorotkan kebencian.
"Alexa..!" Jane berseru khawatir.
PLAK!
Tiba-tiba, wanita asing yang dibawa oleh Chris melayangkan sebuah tamparan pada pipi Alexa.
Melihat itu, kedua orang tua Alexa langsung berseru marah secara bersamaan.
"Stt, tunggu dulu. Aku tidak pernah melihat anak yang sekurang ajar ini kepada ayahnya. Lebih baik kamu mengendalikan diri, gadis kecil. Bila tidak, aku akan benar-benar merebut ayahmu." kata wanita asing yang terlihat barbar dan seenaknya itu.
"Amanda!" bentak Chris.
"Sayang, anakmu itu kurang ajar sekali padamu. Jadi, aku tidak tahan untuk memberinya pelajaran." tiba-tiba wanita itu berubah manja dan sok dekat dengan sang ayah.
Pemandangan itu membuat Alexa amat terkejut, jijik, dan muak. Matanya memandang tajam kepada mereka dengan penuh amarah.
"Tuh, lihat bukan? Anakmu itu melotot seperti setan. Bila kau memiliki seorang anak dariku, pastinya tidak akan seperti dia." ucap wanita bernama Amanda itu dengan pandangan menghina dan tanpa tata krama.
"Diam kau! Dasar wanita murahan! Pergi dari sini atau kami yang akan meninggalkan tempat ini sekarang juga!!" Alexa mengamuk.
"Alexa!" Jane segera menghampiri putrinya yang terguncang dan memeluknya erat.
"Jadi begitu. Kalian berdua memang bersekongkol untuk meninggalkanku? Kalau begitu, pergi! Pergi dari sini sekarang juga dan jangan membawa apapun!!" seru Chris dengan kejam dan dingin.
"Daddy jahat! Alexa sangat kecewa pada daddy! Alexa tidak akan pernah bertemu lagi dengan daddy, selamanya!!" Alexa menangis dan berlari menuju kamarnya.
"Alexa!" Jane pergi mengikuti putrinya.
Sementara itu, Chris pun merasa menyesal akan perkataannya. Ia nampak amat kesal pada dirinya sendiri dan memukul-mukul dinding dengan tangannya yang terkepal.
"Chris, sudahlah sayang. Lupakan saja keluarga kecil yang sama sekali tidak menghargaimu itu. Kamu masih memiliki aku." ucap Amanda, sambil menyentuh bahu Chris.
"Diamm!!"
PRANGG
Wanita itu menjerit. Chris membanting segala sesuatu yang ada di meja ruang tamu, termasuk vas bunga dan asbak rokok sehingga pecah berkeping-keping.
"Chris!!"
Wanita itu memanggil lelaki berusia 50 tahun tersebut, lalu berlari mengikutinya keluar meninggalkan rumah.
Sementara itu, Alexa dan ibunya berada di dalam kamar dengan suasana hati yang gundah, begitu pedih, dan susah untuk dikatakan.
Alexa hanya duduk termenung di atas ranjang, sementara ibunya itu sesekali menepuk-nepuk punggung Alexa lembut dengan salah satu tangannya, dan tangan lainnya menyisir rambut gadis itu setelah ia mengeringkannya dengan handuk.
"Alexa, bangunlah dan keringkan rambutmu dahulu, Nak." ucap Jane.
Alexa beranjak dari ranjang, dan dengan kurang bersemangat mengeringkan rambut dengan hairdryer. Akhirnya, ibunya pun membantunya.
Hari ini begitu penat dan menyesakkan dada bagi mereka. Namun, kini mereka telah mengerti tabiat sang ayah, dan akan selalu lebih waspada serta siap untuk meninggalkan rumah itu kapan saja muncul kesempatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Satsuki Mao
Kerennn thor. Ceritamu bagus2 knp ga lanjut thor?😌
2020-04-25
1
Justin AAA
yg benar yg menang! jgn menyerah ALEXA 😁😁
2020-03-23
1
leeeun
semangat! ! ! ! !💪
2020-03-23
1