chapter 2-4

Saat sampai di rumah Adinda langsung menaruh motor nya di garasi rumah. Adinda langsung masuk ke dalam rumah nya. Tangan nya yang luka sedari tadi di biar kan oleh Adinda meski darah terus keluar. Tanpa ada niat untuk mengobati nya.

"Kenapa kamu bisa berantam dengan Clara HA?!" tanya papa nya dengan sedikit meninggikan suara.

"Dia yang mulai" kata Adinda dingin.

"Apa kamu tau aku sangat malu datang ke sekolah mu dengan mengakui mu sebagai anak ku karena jika perusahaan lain tau mereka akan membatal kan kerja sama nya" kata Deri papa Adinda menatap tak suka.

"Kalau gitu jangan akui aku sebagai anak mu" kata Adinda dengan perasaan nya yang hancur.

"Sekarang jangan pernah memakai marga Alexs di nama mu dan jangan pernah mengakui kamu adalah bagian dari keluarga ini" kata papa nya dengan lantang.

Deg...

Rasanya dada Adinda seperti di tancap kan begitu banyak anak panah. Adinda tidak tau mengapa orang tua nya sangat membenci nya. Dia hanya ingin di sayang oleh kedua orang tua nya. Bukan nya malah seperti ini.

"Besok aku akan berangkat lagi keluar kota kamu jangan buat masalah lagi atau akan aku usir dari rumah ini dan satu lagi kamu di skor selama 2 hari" kata papa nya dengan dingin.

"Itu lah anda hanya mementingkan kerjaan di bandingkan keluarga anda" kata Adinda masih dengan wajah datar nya.

Setelah mengatakan itu Adinda langsung naik ke atas menuju ke kamar nya. Adinda benci dengan keluarga nya yang selalu membuat diri nya terluka. Bik yati yang melihat kejadian itu hanya bisa menatap kasihan kepada Adinda, sejujur nya Adinda benci dengan tatapan seperti itu.

Di kamar Adinda menatap pantulan diri nya di depan cermin. Dia menatap sendu diri nya. Setelah itu Adinda pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih karena tubuh nya sudah sangat lengket. Adinda tidak menangis karena pikir nya air mata nya akan terbuang sia-sia.

Sesudah selesai mandi Adinda langsung menghidupkan HP nya. Banyak panggilan tak terjawab dari Salsa, Adinda sedikit senang karena masih ada yang peduli dengan nya. Adinda langsung menelpon Salsa agar dia tidak kahwatir dengan diri nya. Saat sambungan telah di angkat Adinda yang mulai pembicaraan.

"Halo sa" kata Adinda memulai pembicaraan.

"Halo din gimana keadaan lo? Tadi kenapa bisa di panggil ke BP? Kenapa? Jawab din. Gue dari tadi nelpon lo tapi gak aktif. Gue beneran kahwatir" kata Salsa bertubi-tubi dengan sekali tarikan nafas.

"Gue baik. Gue berantem sama Clara. Iya HP gue sengaja gak hidup. Udah jangan kahwatir kan gue gak papa" kata Adinda menjawab semua pertanyaan Salsa.

"Kenapa bisa berantem?" tanya Salsa.

"Dia yang cari masalah" kata Adinda.

"Yaudah kalau gitu gue mau istirahat dah" kata Adinda dan langsung di mati kan secara sepihak.

Sejujur nya malam ini Adinda tidak bisa tidur. Adinda ingin ke bawah membuat coklat panas untuk sedikit menenang kan pikiran nya.

"Mau buat apa non?" tanya bik yati.

"Coklat panas bik" kata Adinda sambil menunggu air panas.

"Udah biar bibik aja" tawar bik yati.

"Gak udah bik" kata Adinda mencegah.

"Tangan non belum di obatin? Kalau belum biar bibik obatin yah" kata bik yati lalu pergi mengambil kotak obat.

"Sini dulu non biar bibik obatain" kata bik yati menyuruh Adinda duduk di bangku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!