"Udah puas kamu lihatnya?"
***
"Hem ... enggak ... aku nggak liatin kamu kok, aku cuman lihatin Caffe Latte punyamu aja, soalnya aku kan suka banget sama Caffe Latte, dan punyaku belum dingin masih belum bisa diminum, hehehe," jawabku dengan senyuman palsu dan canggung karena menahan malu.
"Haha Ruby ... kamu lucu banget sih, jadi kamu pingin minum punya Ken gitu?" sahut Anggita.
"Hah? Enggak kok, aku kan juga punya sendiri, ini aku mau minum punyaku," ucapku yang lebih panik lagi.
Aku pun mulai salah tingkah. Tanpa sadar aku mengambil Caffe Latte milikku yang uapnya masih mengepul di cangkirnya dan langsung mencicipinya.
"Aaaaaauuucth ... panas banget," teriakku kaget setelah bibirku merasakan sensasi terbakar dari Caffe Latte panas.
"Gimana sih Ruby, itu kan masih panas, kok kamu langsung minum aja!" sahut Anggita.
"Kamu nggak papa Ruby?" tanya Reyhan.
"Huhu nggak papa kok, hah ... hah ...," jawabku sambil mengipas-ngipas mulut dengan tanganku.
Kulihat Ken masih terus menatapku, rasanya sungguh ingin menggali lubang dalam-dalam dan bersembunyi di dalamnya mengingat betapa memalukannya kejadian saat ini.
"Dasar bodoh," sahut Ken dengan nada datar.
Ken langsung mengambil cangkir Caffe Latte milikku yang masih panas dan menggantinya dengan Caffe Latte miliknya.
"Hah kenapa kamu tuker?" tanyaku.
"Bukannya kamu tadi ngeliatin aku terus karena pingin itu?" jawabnya.
"Ta ... tapi ... kan di cangkirku ada bekas bibirku, dan punyamu juga sama, abis kamu minum tadi!" sahutku.
"Terus?" Ken mengerutkan keningnya seakan tak peduli.
"Terusssss? Bukannya kalau dia minum punyaku tepat di bekas bibirku, berarti sama aja kita ciuman secara nggak langsung ya? Gimana sih? Kan aku nggak pernah begini! Bisa-bisanya dia nuker minumanku seenaknya di depan Anggita dan Reyhan!" gumamku dalam hati.
"Hmm ... nggak perlu kok Ken aku bisa sabar nunggu punyaku dingin dulu baru aku min ...."
Belum sempat menyelesaikan kalimatku tiba-tiba Ken langsung menyeruput Caffe Latte itu. Dia meniup ujung cangkirnya dengan bibir tipis nan merah muda miliknya lalu menyeruputnya lagi.
"Hee? yaudah deh kalau gitu," ucapku pasrah.
Disisi lain tampak Anggita dan Reyhan sama sekali tak bergeming. Mereka masih terheran melihat apa yang dilakukan Ken barusan, dimana sebelumnya sulit sekali hanya sekedar mengajaknya berbicara, tetapi sekarang dia malah mau mengganti minumannya dengan minumanku. Dan dia juga meminumnya langsung di hadapan mereka.
Lagi-lagi suasana menjadi semakin canggung, kami larut luruh dalam keheningan sepersekian detik, hanya berdiam, entah apa yang ada di pikiran kami masing-masing.
Klingg!
Tak lama suara otomatis bel Toko berbunyi saat terdapat pengunjung yang baru saja masuk. Aku pun berbalik badan dan bersiap untuk menyambutnya karena Ibu masih sibuk di dapur.
"Selamat sore, ada yang bisa diban ...."
Lagi-lagi belum selesai menyambut pengunjung itu, aku dikejutkan dengan sosok yang tampak tak asing, seorang wanita cantik dengan rambut panjang hitam tergerai dan tubuh yang seakan menggoda sedang berdiri di dekat pintu masuk Toko, dia seolah memiliki aura tersendiri yang hampir sama ketika Ken yang berdiri disitu sebelumnya. Dia adalah Luna gadis tercantik di sekolah.
Dia melambaikan tangannya pada kami seolah dia sudah tahu sebelumnya jika kami ada disini, terlihat jelas matanya hanya terfokus pada Ken, dan dia mulai berjalan mendekat menghampiri tempat duduk kami yang letaknya paling ujung.
"Weits bro lihat deh ada cewek sexy,"
"Lu liatin apaan sih sampe ngiler gitu?"
"Suit ... suit ... cewek kenalan dong,"
"Ahem, yang pake baju item jangan sampe lepas...,"
Beberapa pelanggan laki-laki pun seketika terbelalak dan tak dapat mengontrol raut wajah mereka saat melihat Luna. Entah apa yang membuat Luna datang ke Toko kami mengingat dia juga salah satu murid terkaya di sekolah yang tidak mungkin mau menginjakkan kaki di Toko sederhana seperti ini.
"Selamat sore, ada yang bisa dibantu? Lun? Luna?" ucapku menyapa dengan nada yang masih terkejut.
Luna tak menghiraukanku dan langsung melewatiku begitu saja, dia mengambil kursi yang didekatkannya di sebelah Ken, dan dia pun langsung duduk di sebelahnya.
Dengan memasang wajah sok imut, Luna pun bergaya sedang kebingungan memilih menu yang ada di Toko Kue.
"Ehhmm ... aku mau Mango Cake sama minumnya Cola aja deh," ucapanya.
"Ah, oke tunggu sebentar ya aku ambilkan pesanan kamu dulu," sahutku sambil bergegas pergi ke dapur untuk mengambil pesanan milik Luna.
***
"Hai Lun, mimpi apa kamu kesini? Kok bisa tau sih kita ada disini?" celetuk Anggita.
"Hehe sorry kita kenal ya emang?" sahut Luna.
"Aku kesini bukan buat kamu loh ya, aku kesini cuman buat Ken, tadi ada postingan tentang dia yang viral di Instagram, dan fotonya ada di Toko kecil ini, tau dong ya aku pasti mudah dapat informasi apa aja," ucap Luna.
***
Aku kembali dari dapur dan membawa sebuah baki berisi Mango Cake dan Cola pesanan milik Luna di atas tanganku. Aku mulai meletakkannya satu persatu di atas meja.
"Ini Luna pesanan kamu, silakan dinikmati ya," sahutku.
"Ah ya ya ...," jawabnya.
"Oh ya, karena aku juga kan calon pacarnya Ken, jadi aku juga harus ikut dong kemana aja dia pergi, ya kan Ken?" Luna melanjutkan pembicaraannya dan seketika mengarahkan pandangannya pada Ken.
Ken hanya mengernyitkan dahinya dan menatap Luna seolah tak setuju dengan apa yang baru saja Luna katakan.
"Hmm, oh ya Ken, kamu ngapain sih ke Toko kecil begini? Kita kan bisa pergi ke restoran yang paling mahal," ucap Luna yang sedang menggoda Ken, tak jarang Luna membasahi bibirnya sendiri dan sesekali memilin rambutnya agar terlihat sexy di hadapan Ken.
Namun Ken sama sekali tak bergeming, dia hanya diam dan menganggap seolah Luna tak ada di sampingnya.
"Ken, kamu mau Cola punyaku ini nggak? Seger banget loh aku udah coba," sahut Luna lagi mencoba terus menggoda Ken.
Tapi sayangnya Ken lagi-lagi tak menghiraukan Luna, dia asyik bermain dengan telepon genggam di tangannya dan sesekali meminum Cafe Latte di mejanya.
"Hahaha, Ken risih tuh Lun, jelas-jelas Ken nggak suka kamu nemplok kayak gitu terus, tapi kamu kok nggak ngerti juga sih," celetuk Anggita.
Luna menatap tajam kedua bola mata Anggita, dia merasa sangat tidak senang dengan apa yang dikatakan Anggita, tapi dia berusaha untuk tetap tenang seolah ingin menjaga image nya di hadapan Ken yang saat ini tengah duduk di sebelahnya.
"Hmmph, Ken nggak risih kok sama aku, dia cuman malu aja kalau di depan umum kayak gini hehe, iya kan Ken?" Lagi-lagi Luna mengarahkan pandangan matanya pada Ken seolah mengharapkan jawaban darinya, tapi sayangnya Ken sama sekali tak terpengaruh.
"Oh ya dan kalian tau kan, kalau Ken itu cowok paling kaya dan tampan di sekolah kita, jadi cocoknya sama siapa lagi kalau bukan sama aku yang cantik dan juga kaya sepertinya, di sekolah kita mana ada yang lebih cantik dan lebih kaya dari aku? Ya kan?" Luna mengangkat bahunya seolah meyakinkan apa yang dia katakan.
Aku, Anggita dan Reyhan seketika hanya bisa ternganga melihat kepercayaan diri Luna yang begitu luar biasa. Aku pun berpura-pura mendengarkan dan menyetujui apa pun yang dikatakan oleh Luna agar dia merasa senang. Lebih tepatnya aku hanya tak ingin memulai perdebatan dengannya.
Namun dalam hati sebenarnya aku sangat merasa kasihan melihatnya yang begitu terobsesi dengan Ken, walaupun aku tidak dapat membedakan dengan pasti mana cinta sejati dan mana obsesi, tapi aku yakin kalau yang dialami Luna saat ini adalah obsesi, obsesi yang sangat berlebihan dimana dia tidak bisa menerima penolakan dari Ken.
Luna melakukan usaha apa saja untuk mendekati Ken hanya untuk kepentingannya sendiri, agar dia merasa lega. Dan dia juga tidak terlalu peduli, apakah Ken menyukainya atau tidak ataupun merasa nyaman dengannya atau tidak.
Aku sejenak berfikir apakah Ken memilih diam dan sama sekali tak menghiraukan Luna di saat Luna terus menggodanya karena dia sudah mengetahui jika Luna hanya terobsesi padanya sejak awal.
Karena terlalu pusing sendiri memikirkan hal itu, aku pun tanpa sadar mengambil Caffe Latte di depanku dan langsung menyeruputnya, disaat cup cangkir itu sedang asyik menempel di mulutku aku mulai tersadar bahwa ini adalah cangkir bekas milik Ken yang baru saja ditukarnya dengan milikku.
"Byuuuuurrrrr ... uhuk ... uhuk ...."
Aku pun tak sengaja menyemburkan minuman Cafe Latte ku dan mengenai baju hitam yang dipakai oleh Luna, sontak semua pengunjung kaget dan melihat ke arah kami untuk kesekian kalinya. Sepertinya baru saja aku membuat masalah lagi, terlebih mengapa minumanku harus mendarat mulus di baju milik Luna si macan betina.
***
.
.
.
.
.
*Mohon dukungannya untuk Author ya :) dengan klik favorit, like, vote dan komen..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Lailatul Azizah
hahaaa parah dech si Ruby cerobohnya kumat,,,
2022-02-14
1
Elya Roza Herel
iya betul ceroboh ☺️☺️☺️
2021-10-20
0
Rahayu Puspitasari
ada Mbah dukun
sedang ngobatin paseeeenyaa
konon katanya
sakitnya karna di guna guuunaaa
sambil komat Kamit mulut Mbah dukun baca mantra
dengan segelas cofelate lalu pasen di sembur....
Wuuur......
2021-09-01
5